15. LIAR

97 5 15
                                    

Ares memasukan handphone yang sedari tadi di pegangnya ke saku celana. Kegaduhan di kelasnya, gelak, tawa dan canda yang di lontarkan teman-temannya tidak membuat Ares tertarik untuk bergabung dengan mereka. Entahlah, hanya saja ia tidak begitu cocok dengan banyak orang. ia tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan yang seperti ini.

Seminggu ini mereka free dari pelajaran karena baru saja menyelesaikan Penilaian Akhir Semester. Masa-masa jam kosong saat selesai ujian sangat menyenangkan bagi seluruh siswa di kelas itu. Semua kecuali Kira dan Rius. Kira bisa saja menikmati jam kosong ini dengan bahagia seperti teman-temannya. Hanya saja Rius sedang mendominasi otaknya untuk sekarang.

"Hei, jangan galau gitu dong," tegur Ares yang kini memutar badan menghadap Kira yang duduk dibelakangya.

"Gue nggak galau. Emang gue galauin apa?"

"Rius?"

Kira tersneyum tipis, "Gue nggak galau. Biasa aja nih biasa." Kira memajukan wajahnya dengan senyum yang dipaksakan seolah memberitahu Ares bahwa ia baik-baik saja.

"Rius tadi ngechat gue, dia nanyain gimana keadaan lo," terang Ares dengan suara yang sangat tenang dan halus.

"Gue emang kenapa?"

"Lo itu pura-pura cuek apa emang cuek beneran sih Ki?" Rius memiringkan kepala dan mengerutkan alisnya, menatap Kira lekat-lekat seakan-akan tengah membaca pikiran Kira yang tidak ia ungkapkan.

Kira yang ditatap Ares sedemikian rupa mulai salah tingkah. Bagaimana tidak, Ares kini berada tepat di depannya, matanya yang tenang dan teduh tepat melihat ke bola mata Kira.

Kira mengalihkan pandangan dan menarik badannya sehingga kini ia bersandar di bangku sekolahnya. Ia harus sebisa mungkin untuk menjaga pandangannya agar tidak mudah goyah oleh pesona Ares. Ia sudah berpacaran dengan Rius, ia harus ingat itu.

"Gue.... apa adanya," jawab Kira diiringi dengan tawa setelahnya.

"Apa adanya itu yang kayak gimana sih?"

Kira agak berpikir sebentar untuk menjawab pertanyaan dari Ares.

"Apa adanya itu, yaaa lo nggak maksa buat jadi orang lain. Lo nyaman dengan diri lo sendiri, lo nyaman dengan apapun yang lo lakuin."

"Lo nyaman dengan diri lo sendiri saat ini?"

Kira menjeda lagi pembicaraan mereka. Ares menanyakan pertanyaan yang sebenarnya Kira sendiri masih belum yakin dengan jawabannya.

"Iya. Gue yakin."

Ares tersenyum, matanya menyipit membentuk eye smile cantik saat ia tersenyum. "Liar."

Bohong? Ha? Ares menyebut Kira berbohong? "Maksud lo?"

"Ki. You know what? Lo itu kayak gue."

"Gue nggak ngerti deh maksud lo apa."

"Setelah gue yang nggak ada sepuluh menit berbicara intens dengan lo, gue menyimpulkan bahwa kita sama."

"Sama? Dalam artian?"

"Kita tukang bohong," jawab Ares sambil mengedipkan sebelah matanya. Bukan berniat untuk menggoda Kira, hanya saja Ares puas mengetahui sisi lain dari Kira.

Ares tipe orang yang mudah sekali membaca kepribadian seseorang dengan mengajaknya bicara dan menatap matanya. Ia tidak mempunyai indra keenam, hanya saja ia mempunyai intuisi yang kuat.

Baru saja Kira akan membuka bibirnya untuk berbicara, sebuah bola kaki melayang menuju kearah Kira diringi oleh beberapa anak laki-laki yang berteriak "AWAAAASSS".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEIRIOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang