13. DO WHAT YOU WANNA DO

83 7 17
                                    

"I DON'T CARE ABOUT YOUR LIFE ANYMORE. DO WHAT YOU WANNA DO. BIAR DIPENJARA AJA SEKALIAN!!!" teriak Bianca kepada mamanya sebelum ia menutup dengan keras pintu rumahnya.

Ia berlari kecil melewati halaman rumahnya yang cukup besar. Rumput-rumput dan ilalang mulai meninggi, bunga-bunga tak lagi tertata rapi. Walaupun dalam kegelapan malam, masih terlihat jelas bahwa rumah yang cukup besar berlantai 2 itu tidak lagi terawat.

Bianca membuka gerbang rumahnya, dan mendapati sebuah porsche berwarna merah sedang menunggunya.

"Sejak kapan lo punya porsche?" tanya Bianca setelah ia duduk di kursi penumpang.

"Kenapa muka lo kusut kayak gitu?" tanya Rius yang duduk di kursi kemudi.

"Gue yang nanya duluan," sewot Bianca. "Ayo jalan," lanjutnya.

Rius mulai menjalankan mobilnya. Dengan tenang melewati perumahan elit tempat rumah Bianca berada.

"Kenapa muka lo kusut kayak gitu?" tanya Rius untuk yang kedua kalinya.

"Biasa nyokap gue, cari gara-gara lagi," jawab Bianca singkat. Lalu ia terdiam.

Baru saja Rius akan menimpali jawaban Bianca, Bianca kembali berujar, "gila ya nyokap gue. dia nggak mikir apa anaknya cewek musti kerja malem-malem dan sering dikira pelacur cuma buat menyambung hidup eh dia malah enak-enakan belanja barang barang branded. Adek gue baru aja minta uang buat les piano. Pada nggak mikir apa keluarga gue, kalo kita tuh sekarang zero. Mana nggak mau jual rumah lagi. Gue udah bilang nggak ada gunanya hidup di rumah gede di perumahan elite dengan biaya perawatan yang mahal kalo buat makan aja kita masih mikir pake uang darimana. Lo ngerti maksud gue kan Ri? Keluarga gue tuh sekarang miskin, yang kerja cuma gue, eh, masih aja gayanya selangit. Pengin mati gue rasanya."

Rius terdiam masih tetap menyetir.

"Kok lo diem aja sih? Lo dengerin gue nggak sih?"

"Lo udah nyerocosnya?" Rius menengok melihat Bianca yang masih bermuka masam.

"Udah," jawab Bianca. Tapi sedetik kemudian, "aaahhh Riuuusss gue capeeeekkkk..." keluh Bianca akhirnya. Ia memerosotkan dirinya dan terlihat sangat tidak bersemangat di kursi penumpang.

"Kalo lo mau bunuh diri gue anterin ke jembatan ancol sekarang," balas Rius dengan tawa terkekeh dari mulutnya.

Bianca memukul lengan Rius dengan kencang karena menertawakannya.

"Btw lo darimana? Lo jemput gue telat tau."

"Pacaran lah. Kan gue punya pacar."

Bianca mendengus, "gue ngggak nyangka lo bisa pacaran sama Kira," ucap Bianca, yang dengan segera dipelototi oleh Rius. "I mean, Kira tuh anak baik-baik gitu lho. Anak cupu. Bukan tipe lo banget deh pokoknya."

"Sok tau lo. Lo tau darimana Kira cupu?"

"Keliatan aja dari pergaulannya."

Rius tertawa secara tiba-tiba, yang membuat Bianca mengerutkan alisnya, "Kira tuh nggak secupu yang orang-orang pikir."

"Emang lo udah ngapain aja sama Kira?" Kini Bianca mencondongkan tubuhnya dengan mata memicing berusaha untuk menginterogasi Rius.

Rius dengan cepat mendorong kepala Bianca yang kian mendekat ke dirinya dengan tangan kirinya yang bebas. "otak mesum kayak gini-gini nih yang buat gue mikir 100 juta kali buat macarin elo."

Bianca berdecak, "Hai, jangan seolah-olah lo nggak suka ya sama gue."

"Gue emang nggak suka sama lo."

SEIRIOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang