Hange terkekeh di depan meja Levi. Kacamatanya berkilat memantulkan surya pagi. Dengan sisa lengking kekehan, tapi kau pasti ingat betul suara menjengkelkannya itu bisa terdengar besar seperti suara laki-laki, betapa ritme yang acak-acakan, menjengkelkan, Hange berkata, "Ya... aku tahu semua orang tidak bersemangat hari ini karena dokter muda kita mengundurkan diri dari program magang."
"Apa maksudmu?" guru lain di seberang ruangan menimpali dengan semangat sampai pantatnya terangkat dan lehernya menjulur melewati papan kubik kerja mencari perhatian Hange.
"Dia berhenti. Keluar. Tamat. Tidak masuk kerja lagi." Jawab Hange setengah berteriak.
Levi menaikkan sebelah alis, berpura-pura apa yang didengarnya hanya angin lalu sambil membenahi tumpukan buku tugas murid-muridnya.
"Oy, Petra!" suara lantang Hange memenuhi ruang guru yang luas itu sehingga tiba di meja Petra yang jauh di belakang pojok meja Levi. Lantang suaranya sudah menjadi maklum bagi para guru, terbiasa dengan cara Hange berbicara. "Apa kamu lihat Eren kemarin?"
Petra berdiri tegap setelah menyimpan setumpuk buku di bawah meja.
"Kemarin?" Petra balik bertanya. Rautnya tampak mengingat-ingat sesuatu.
"Iya. Bukannya kamu ada ketika Eren ke kantor Yayasan?"
"Oh, iya... Eren bawa banyak dokumen, katanya dia mau pindah tempat magang."
"Oh, gitu ya? Thanks, Petra!"
Petra tersenyum garing kemudian melanjutkan pekerjaannya, seolah ruangan itu tak dipenuhi bisikan gosip mengudara. Sebab, Dokter Muda itu memang lezat jadi bahan gosip. Bukan cuma parasnya, tapi sesudah bertukar beberapa ucap saja, hati makin lincah bergeriliya ingin lekat-lekat dengannya.
"Kau dengar itu, Lev?" Hange menurunkan suara, hampir terdengar bisikan. "Ada apa ini? Kau mau begini saja? Membuatku kebingungan setelah dua hari kita libur di akhir pekan? Kau tiba-tiba datang ke sekolah babak belur dan Dokter Muda favoritku mengundurkan diri. Bagaimana bisa dia mengundurkan diri seolah universitas tempat dia belajar itu miliknya? Katakan, jika ini bukan atas kuasa Ackerman, atas kuasa siapa kalau begitu? Bagaimana bisa kau, laki-laki pendek yang nyali dan tenaganya dua kali lipat kuda bisa separah ini terluka? Iya, aku katakan parah karena aku berpengalaman mendapat bogem mentahmu. Dengan tinjuan sekuat itu, mana mungkin kau bisa begini. Cepat ceritakan sebelum aku beritahu dunia dan Kepala Sekolah seberapa hausnya lubangmu terhadap si Jaeger. Kepala Sekolah menanyaimu juga kan? Apa aku harus kuberitahu dia juga soal ukuranmu? Apa sekalian saja kuperlihatkan bentukmu?"
Levi mendesis, hampir saja kepalannya melayang kalau bukan rasa sakit robekan di pipi bagian dalam. Levi sangat mengenal tabiat Hange yang begini, tapi tidak pernah tidak terpancing emosi kapan pun mulut kotor Hange mencacau hanya demi menyerangnya begini. Heran, bagaimana bisa mereka berteman sangat lama dan tak ada yang betulan terluka fisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXIETY
FanfictionMereka adalah guru dan murid sebelum menjadi kekasih. Sekarang mereka bukan siapa-siapa, cuma rekan kerja dan berpura-pura masa lalu tak pernah ada. Tapi Eren, pikiran dan tubuhnya, telah tumbuh dewasa. Bagaimana Levi harus menghadapinya bersama pe...