28/07/18 12:33pm
ANXIETY
"Love. Obsession. Uncertainty."
.
.
Original characters and story of
Shingeki No Kyojin by
Hajime Isayama
A N X I E T Y (A Fanfiction)
By Kohan44
.
.
Bercinta dengan Erwin Smith memang pilihan tepat. Levi mungkin tak akan menemukan lelaki macam ini di luar sana, serajin apapun Levi mencarinya. Tapi Erwin Smith bukan lah Eren Jaeger. Tinggi dan postur tubuh mereka jelas-jelas berbeda, dan Levi mengira-ngira apakah bagian yang paling menggelitiki rasa ingin tahu itu pun berbeda. Sebab, siang-malam berganti dan tiada hari tanpa bayang-bayang Eren Jaeger mengganggu pikirannya.
Agaknya sulit diterima bahwa Eren Jaeger yang dikenalinya hari ini bukan lagi anak kecil di tubuh SMP, yang waktu itu tingginya tak lebih dari Levi. Levi mngerut,menggigit bibirnya sendiri. Perkataan Hange yang melulu menyindirnya terkait permasalahan Eren, Levi menolaknya karena semua perkataan itu terlalu jujur. Permasalahan asmaranya di masa lalu belum selesai, dan ini menimbulkan perdebatan batin yang melawan realita, status dan perannya sebagai guru senior dan peran Eren Jaeger sebagai dokter magang.
Pada kesempatan-kesempatan tertentu, seperti briefing pagi rutin, seluruh civitas sekolah akan berkumpul pada satu ruangan. Itu adalah kesempatan Levi untuk menuntaskan rasa ingin tahunya. Tapi sekalipun mereka duduk berdekatan dan kesempatan memperhatikan kepemilikan Eren terbuka amat lebar, melayangkan pandangan ke bagian itu nampak terlalu jelas dan tidak senonoh. Beberapa guru mungkin bakal memergokinya. Jadi, Levi mencari kesempatan lain pada jam makan siang, pada saat melewati laboratorium atau UKS, dan pada tiap kesempatan yang ada. Tapi di kesempatan mana pun, Levi sadar... Kini mereka berdua telah tumbuh menjadi pria dewasa dan tak lagi mampu bersenang-senang dalam kenikmatan yang kecil. Sekecil menuntaskan rasa ingin tahu.
.
.
ANXIETY
"Love. Obsession. Uncertainty."
.
.
Bila hari ini ada yang menggugatnya atas tuduhan pedofilia, Levi tiba-tiba memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak akan menolak gugatan itu dan menyerahkan seluruhnya di pengadilan. Karena jika diingat-ingat lagi, Levi tidak akan berbohong tentang kenangan yang dia pura-purakan telah lupa. Sekarang, setelah Eren kembali ke kehidupannya, kenangan itu bertaburan bagai pasir di gurun dan tertiup angin. Meksipun bentuknya tak karuan, dan sulit digenggam, tapi mereka ada dan terus bergulir, berpindah dari satu tempat ke yang lainnya bersama perasaan yang terperangkap bagai kekeringan gurun yang abadi.
"...Mr Levi!"
Gema suaranya,
"...aku sayang..."
...yang perlahan menipis dengan gaung yang menjauh, kedua telapak tangan mungilnya yang Levi tarik melingkar di lehernya, dan bagaimana semburat merah muda muncul di pipi Eren ketika dia tertawa, Levi ingat benar. Atau ketika Levi memberinya ciuman dalam sehingga dia terengah, Levi ingat bagaimana Levi menahan diri mati-matian untuk tidak menyentuh Eren lagi dengan cara seperti itu.
"Mr. Levi, kopi?"
Hari ini, Eren mengangkat cangkirnya. Levi geleng-geleng lalu menjawab, "Tidak. Teh," dan mengangkat cangkir tehnya. Tidak ada lagi nada panggilan serupa di masa lalu. Caranya memegang kuping cangkir, atau buah adamnya yang bergerak ketika kopi itu ditelan, mengapa hal sekecil itu begitu menggoda? Levi menurunkan pandangan, berusaha menjaga diri.
"Oh," Eren menimpali singkat. "Aku rasa, kau juga tidak merokok?"
Levi geleng-geleng lagi. "Aku merokok. Sesekali."
"Wow. Aku tidak pernah tahu itu."
"Yeah," Levi membalasnya tenang. Padahal dirinya terguncang mendengar respon sependek itu. Sebab, tiap kalimatnya jatuh menjadi jembatan ke masa lalu. Terdengar seperti mempertegas mereka pernah saling mengenal di masa lalu, dan perpisahan membuat mereka menjadi orang asing kembali. Mengingat cerita Hange tentang Eren yang sering menanyainya melulu, Levi mengira-ngira apakah cerita itu benar dan bukan Cuma rekaan Hange untuk mengusili Levi?
Ketika Levi tengah menikmati raut Eren menyeruput kopinya—dan Eren melempar pandangan keluar, sekonyong-konyong pertanyaan yang paling sering didengar Levi pun muncul, dan ini pertama kalinya Levi merasa ini adalah pertanyaan yang berat. Padahal Levi seringkali menangani pertanyaan macam ini dengan baik. "Sudah menikah?"
"Menurutmu?"
"Tidak bisa."
"Apa?"
"Aku tidak bisa menebaknya."
"Mudah saja menebaknya. Kau tahu seberapa tua aku."
"Tidak. Ini pertama kalinya kita bertemu."
Levi menghela nafas, mengakui kekalahan. "Oke. Salahku. Maaf. Aku tidak bermaksud begitu."
"Tidak apa. Setiap orang pasti ingin menghapus mantan pacar."
Levi mencengkram cangkirnya, dan berharap cangkir itu tidak akan pecah. Ini situasi membekukan. Paling canggung. Mereka telah membicarakan hal semacam ini sebelumnya, dan mengapa topik ini masih muncul. Oh, Levi menarik nafas dalam hati ketika terlintas sebuah pemikiran kelewat konyol, tapi tetap diharapkan untuk menjadi nyata.
"Eren, kenapa kau kembali ke sini?"
Ya, Levi memanggilnya Eren. Bukan Dokter Muda, atau Dokter Magang, atau sejenisnya seperti yang dilakukan guru lain.
"Bagaimana aku harus menjawabnya? Apa aku harus menawarimu pilihan seperti kau ingin jawaban jujur atau yang tidak melukai perasaan?"
"Aku tidak sedang bercanda."
"Aku juga. Belum lama aku di sini, rasa-rasanya aku ingin segera hengkang."
Sesaat Levi terdiam. Di telinga Levi, kalimat itu terdengar seperti aku ingin cepat-cepat pergi dari sini karena aku tak menyukaimu.
"Hengkanglah kalau begitu. Kemballi pada pacarmu." Ucap Levi.
"Ada apa kau ini?!" Eren menyembur, membanting cangkir kopinya keras-keras. "Bertahun-tahun berlalu, tapi kau tak berubah!"
Levi duduk di kursinya, masih memegangi cangkir teh, dan terlihat tenang. Tapi tentu, pria tua ini juga manusia yang terhentak dan panik berusaha mengendalikan diri di dalam pikirannya.
"Kali ini, aku yang akan mempermainkanmu. Kau tahu, kan? Ini peringatan." Sahut Eren.
Setelah Eren pergi, Levi mendesis sembari merutuk dirinya sendiri. apa-apaan ini?! Levi tahu benar, hubungan mereka di masa lalu pasti bakal menimbulkan dendam. Levi telah menduga apa konsekuensinya dan dengan sombongnya dia mengambil resiko.
.
.
ANXIETY
"Love. Obsession. Uncertainty."
.
.
Kohan-shishi lagi!
Halo!
Saya gk berani janji macam-macam /hehehe/
di unggahan sebelumnya, saya memang bermaksud update seminggu sekali seperti di FFn. Tapi... banyak hal terjadi, dan hal tersebut sulit dilakukan. Yang jelas, kalau ada update, pasti di akhir pekan.
Terimakasih untuk semua dukungan dan pembaca setia ANXIETY!!

KAMU SEDANG MEMBACA
ANXIETY
FanfictionMereka adalah guru dan murid sebelum menjadi kekasih. Sekarang mereka bukan siapa-siapa, cuma rekan kerja dan berpura-pura masa lalu tak pernah ada. Tapi Eren, pikiran dan tubuhnya, telah tumbuh dewasa. Bagaimana Levi harus menghadapinya bersama pe...