Pria Homo Mati Saja

1.3K 146 17
                                    



16/11/18 11:46 pm

ANXIETY

"Love. Obsession. Uncertainty."

.

.

Original characters and story of

Shingeki No Kyojin by

Hajime Isayama

A N X I E T Y (A Fanfiction)

By Kohan44

.

.

Mulut senapan itu mengarah tepat ke dadaku, dan pastilah mengenai jantungku dengan tepat jika Mikasa memang mau, tapi perempuan itu hanya berdiri sembari menjulurkan kedua tangan, menggenggam senapan api bagai berpegang pada tali yang menentukan hidupnya. Dia mengunciku. Sorot matanya, aku tahu dia tidak melihatku sebagai seseorang dengan marga yang sama. Dia... dengan seragam kepolisian dan senjata, mengunciku seolah aku seorang pembunuh buronan.

Mungkin aku memang seorang pembunuh. Telah lama aku merencanakan pembunuhan; apakah dengan menyayat pergelangan, menggantung di seutas tali, racun, atau menabrakkan diri ke kereta. Yang manapun pilihannya, korbannya selalu sama. Aku. Aku ingin membunuh diriku sendiri yang telah mengacaukan masa indah seorang anak lelaki, dan karena itu anak laki-laki tersebut pun mengubah perempuan ini menjadi sesuatu yang tidak pernah diimpikan.

"Dor." Kata Mikasa sembari berpura-pura menembakkan satu peluru, dan aku bisa merasakan kebencian dari nada datar itu, nada dingin yang tak pernah menjadi bagian menyenangkan. Aku tidak pernah terbiasa meskipun telah mengenalnya seumur hidupku. "Tidak ada ucapan selamat?"

Aku geleng-geleng, dan melewatinya tanpa berbasi-basi hanya untuk sekedar menghormati kehadiran seorang petugas kepolisian di sekolah. Masa bodo. Aku bukan orang ramah.

"Jangan bermain-main dengan hal serius." Kataku balas melempar suara rendah.

"Aku tidak punya peluru." Mikasa menjawab, dan terus lanjut berkata meskipun aku menjauhinya. "Beberapa petugas hanya diberi senjata kosong untuk gertakan. Beruntung, punyaku tertinggal. Coba kalau aku ingat membawanya pagi ini."

Ada masa ketika aku mengira-ngira apakah Mikasa pernah tinggal bersama Paman Kelly. Sebab, dalam sudut pandang berbeda, mereka berdua memiliki kesamaan sifat ketika menghadapi orang yang tak mereka sukai. Mereka bakal bertindak ekstrim, bagai tak memiliki perasaan segan. Jika bukan karena satu alasan nyata, aku tahu Mikasa bakal mencoba membunuhku dengan serius. Hanya kebetulan saja alasan yang sama menahannya untuk berbuat hal keji itu.

"Mikasa," akhirnya aku menyahut untuk mengusirnya. "Eren sudah bukan bagian dari sekolah ini lagi. Dia berhenti magang."

"Aku tau. Aku ke sini untuk memastikan sepupuku yang begitu jauh jarak usianya dariku, tidak macam-macam. Lagi."

Dan barangakli aku memiliki alasan seperti yang dimiliki Mikasa. Alasan itu membuatku tertahan tak balik berlaku keji. Mikasa sibuk berpikir Eren mengejarku ketika pada kenyataannya aku hanya bagian kenangan tak menyenangkan bagi Eren. Aku ingin menyerahkan diri kepada Mikasa. Mati dan berhenti menjadi pria tua homo yang melulu berharap, tapi jika aku mati... Mikasa kehilangan lawan. Eren bakal jatuh padanya, tapi sekalipun aku mati, aku tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Kuberitahu, kamu tidak bisa membelokkan rel kereta api hanya karena kamu ingin membuatnya begitu." kataku.

"Oh. Tidak bisa mendatar lurus... Kalau begitu, kubuat saja dia berdiri."

ANXIETYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang