ANXIETY
"Love. Obsession. Uncertainty."
***
Secarik kisah dari ribuan eksemplar buku cerita kehidupan.
***
Original characters and story of
Shingeki No Kyojin by
Hajime Isayama
"Watch" by Billie Eilish
A N X I E T Y (A Fanfiction)
By Kohan44
.
.
"Dengarkan lagunya ketika kamu membaca ini.
Meskipun berulang kali."
.
.
Eren mendorong kursiku. Padahal aku tidak sesakit itu untuk duduk di kursi roda. Beberapa perawat berhenti sejenak menyapa kami, dan beberapa sengaja membungkuk menyalami Eren Jaeger si anak Kepala Dokter ternama di rumah sakit ini.
Kami tidak bertukar kata hingga kami masuk ke mobil dan Eren mengemudi ke suatu tempat yang aku sendiri belum yakin dimana. Apakah aku akan membawanya ke kediamanku, atau mengalihkannya ke tempat lain dan membuat kebohongan kalau tempat itu adalah tempat seumur hidupku.
Lalu tiba-tiba dia bercerita, tentang seseorang yang kuhindari dalam obrolan.
"bagaimana bisa Mikasa menghajarmu dan kau tak melawan?"
Kalau kukatakan padanya kejujuran, apa yang Mungkin bakal terjadi? Dia akan mengamuk memarahiku? Atau tertawa menertawai ketololanku? Atau diam bersedih karena dia tau aku sudah pasrah dalam kesengsaraan antara mencintai dan merasa bersalah?
Yang baru kutahu setelah Aku keluar dari rumah sakit, ternyata Eren dan Erwin sempat berseteru di apartemen Mikasa. Memperdebatkan siapa yang akan bertanggungjawab atasku, dan Eren memenangkannya. Entah bagaimana. Erwin enggan bercerita panjang, dan aku tak cukup berani untuk bertanya pada Eren. Alih-alih Erwin menyampaikan simpati soal Mikasa yang terlupakan.
"Levi,"
"Hubungan kami memang seperti itu." Jawabku. "Kami Ackerman. Mau Bagaimana lagi?"
Eren tak menyahut, seolah sepakat kalau keturunan Ackerman memang suka adu jotos, laki-laki Maupun perempuan. Tapi aku bukan tuhan, siapa yang tahu kalau mungkin dia berpikir aku dan Mikasa memiliki hubungan yang lain.
"Eren, maaf..."
"Tidak. Aku yang minta maaf sudah mengancammu dengan tolol. Ngomong soal dendam, apalah...." lalu dia mendesis sembari memukul stir. "Kamu tahu, aku masih sama. Entah kapan aku bisa sepertimu, Mr Levi."
"Jangan panggil aku begitu."
"Kamu selalu Mr Levi buatku. Kamu selalu jadi panutanku. Bahkan ketika aku berada di usia sepertimu dulu, aku tidak bisa sedewasa kamu. Jadi, buatku yang kekanak-kanakan ini, dicintai olehmu adalah anugerah dan kebanggaan."
Aku diam, karena perkatannya salah. Dia tak menyadari apa yang telah kuperbuat padanya. Aku yakin, bahkan dia tak sadar telah menjadi apa dia sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANXIETY
Fiksi PenggemarMereka adalah guru dan murid sebelum menjadi kekasih. Sekarang mereka bukan siapa-siapa, cuma rekan kerja dan berpura-pura masa lalu tak pernah ada. Tapi Eren, pikiran dan tubuhnya, telah tumbuh dewasa. Bagaimana Levi harus menghadapinya bersama pe...