Cinta Monyet

1.3K 156 16
                                    



10/08/18 2:18 pm

ANXIETY

"Love. Obsession. Uncertainty."

.

.

Original characters and story of

Shingeki No Kyojin by

Hajime Isayama

A N X I E T Y (A Fanfiction)

By Kohan44

.

.

Eren mengerling, hampir terlihat membuang muka. Dia ingin membantah, tapi tentu saja kekuatan seorang dokter muda tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan guru senior di sekolah ini. Kakinya bergerak-gerak gelisah selagi Levi menunggu sejenak sampai langkah kaki murid yang diusirnya itu benar-benar pergi.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" kata Eren akhirnya.

Levi malah berdiam diri, menonton Eren bagai serangga malam mengerubuni lampu taman. Sebab, Levi ingin menyerang Eren atas tindakan dokter muda tersebut yang mengincar muridnya, tapi pada satu sisi, mengingat masa lalu mereka, Levi mendadak lemah.

"Pak?" Eren memanggil lagi, dan kali ini sungguh membangunkan Levi dari lamunan, menyadarkan niat awal kedatangannya kemari.

Semua berawal dari momen lima menit setelah puncak kenikmatan bercinta dengan Erwin Smith. Momen singkat yang menguras isi otak, membongkar apa yang telah tersimpan, menghantamnya dan membuatnya berhamburan. Pada satu bagian, itu membuka pintu-pintu ide brilian. Di bagian lain, kegelapan yang menyertainya, kecemasan dan perasaan terancam menyeruak, mengobrak-abrik ketenangan dan tanpa ampun mendorong siapapun untuk bertindak meniadakan perasaan itu.

"Kau bertemu mantan?" suara berat Erwin memecah keheningan.

Levi menelungkup di dada Erwin, terdiam mencari jawaban yang cerdas dan bukan sekedar tepat, sambil mendengar detak jantung Erwin.

"Dia magang di sekolahku." Ujar Levi.

"Dia mengejarmu lagi."

"Pikirmu begitu. Orang yang sudah sakit hati, mana mungkin bisa berbuat baik."

"Aku kira kau tahu dia itu orang macam apa."

"Memang tahu, dan kau tahu apa?"

Erwin mendengus atas nada kepura-puraan Levi tentang... tentang banyak hal, dan itu cara Levi membuat banyak peluang yang akan memudahkannya mengelak dari Erwin. Tapi, Erwin mengenal benar tabiat Levi. Erwin mengenalnya bukan dari lamanya mereka bertemu, melainkan dari sangat sangat sangat dalamnya dia mengikat Levi di hubungan yang tak berlabel ini. Tanpa kejelasan apakah mereka teman nge-sex, teman bersimbiosis mutualisme, dan tak mungkin hubungan kekasih menjadi salah satu pilihan label. Untuk mengendalikan keadaan, Erwin menyahut "Levi, bagaimana kalau kau pindah tempat kerja?"

Levi bangkit seraya berkata ogah-ogahan, "Ada-ada saja kau ini."

"Karena aku mengenal sifat mantan pacarmu. Hey," Erwin menarik tangan Levi, mencegahnya meninggalkan kasur.

"Lalu apa jika dia memang mengejarku?"

Lidah Erwin bergelung tertahan, kata-katanya tersendat dan Ini pertama kalinya dia ragu-ragu dalam berbuat. Sebab, jika dia katakan dengan lantang dan jelas, Erwin tahu konsekuensinya. Erwin mengerti Levi bukan tipe orang yang menetap dan tinggal di satu sisi dan mempertahankannya terus. Levi seperti serangga di taman. Selama ada lahan untuk bunga bermekaran, dia akan terbang ke sana. Ke tempat yang membuatnya merasa lebih baik. Jadi, Erwin memutar ide lain dengan berkata, "Dia memiliki perempuan itu."

ANXIETYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang