Maaf menunggu terlalu lama. Book sudah fix dan tidak ada perubahan.
Happy reading.
Ada tambahan bab epilog di book sebelumnya.Bukan pemuda lagi, kini ia menjadi seorang pria dewasa. Park Jeongwoo mengumpulkan kesadaran di tepi ranjang king sized. Entahlah, suka banget dengan ranjang berukuran besar, biar ada ruang lebih dan tidak akan ada drama jatuh dari ranjang.
Pria dewasa umumnya tidak mengenakan atasan ketika tidur, begitu juga Jeongwoo yang bangun dengan bertelanjang dada. Begitu nyawanya sudah ke-download barulah dia berdiri dan menapaki marmer yang dingin. Kulitnya badak, jadi bisa tidur dengan nyenyak walau tanpa atasan dan pendingin ruangan menyala.
Masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan buang air kecil. Ketika mengusap wajah, tangannya merasakan rambut yang tumbuh di dagu dan sekitaran leher, juga memeriksa kumis tipis di antara bibir dan hidung.
"Cepet banget sih tumbuh, gini amat jadi cowo dewasa." Dia memprotes rambut di wajahnya yang cepat tumbuh.
Memangkas sumber emosinya pagi ini dengan pisau cukur listrik, mencukur habis hingga semulus pantat bayi. Melihat bentuk tubuhnya yang agak gembul karena jarang olahraga dan kebanyakan makan, dia mengabaikan masalah baru yang membuatnya harus berolahraga.
Keluar dari kamar mandi ketika selesai, membuka pintu ke balkon dan jendela kamar agar mentari pagi menyinari kamar tidurnya yang besar untuk sendirian. Musim panas seakan tidak pernah selesai, karena seharusnya sebentar lagi memasuki musim penghujan.
Mengenakan bathrobe biru navy dan lanjut melangkah ke balkon. Merelaksasikan ototnya di hadapan hangatnya sinar matahari pagi, ditambah sedikit gerakan senam aerobik.
Melihat ke garasi, mobilnya tidak ada di sana. Baru inget kalo ban mobil pecah ketika mau pulang dan ditinggalkan di kantor Kejaksaan, alhasil dia menumpang dengan Junkyu. Berarti pagi ini dia akan pergi naik taksi online.
"Sial," umpatnya.
Jeongwoo tidak pulang di istana lagi, lebih memilih beli rumah baru di pemukiman elite Hyojadong untuk tempat tinggalnya, yang masih satu distrik dengan istana, jadi tidak jauh. Selama tinggal sendiri masih tidak punya keahlian memasak, bisanya masak mie instan doang. Setiap malam selalu diantarkan makan malam dari istana atau order makanan secara online.
Dia tidak mau mendapatkan gelar Adipati Iksan, gelarnya masih Pangeran dari Joseon. Tapi untuk sekarang dia lebih senang dipanggil Jaksa Park daripada Prince Park.
Selalu didesak untuk menikah biar ada yang mengurusnya dan gak jomblo lagi, terserah mau cewe atau cowo. Trauma masa lalu membuat Jeongwoo males untuk deket sama siapapun.
Cukup sudah narasi tentang Park Jeongwoo, karena nanti narasi Haruto lebih banyak.
Dia masuk ke dalam, menutup pintu dan memutar kunci. Melirik jam yang sudah hampir pukul 8 pagi, waktunya untuk mandi biar ganteng.
30 menit berlalu.
Sudah mandi, sudah rapi, tapi kamarnya masih berantakan. Di meja makan bikin teh hangat, kemudian mempersiapkan empat lembar roti yang akan dibuat roti isi. Dia benci dengan nama 'sandwich', makanya penyebutan diganti dengan roti isi, entah kenapa jalang itu dikasih julukan sandwich.
Empat lembar roti sudah dipanggang sebentar, kini perlu menggoreng telur dan bacon, tidak perlu waktu lama dua isian tadi sudah matang.
Selembar roti diletakkan di piring, lapisan pertama disi dengan, telur, bacon, saus sambal, keju, tomat dan selada. Terakhir ditutup dengan satu lembar roti lagi. Sarapan mewah low-effort sudah selesai. Kini dia mengulangi step dari awal untuk satu porsi roti isi lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/128943250-288-k710093.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love Never Wrong. ✔
Novela JuvenilSekuel Hierarchy. Babak baru kisah yang lebih rumit antara Park Jeongwoo dan Watanabe Haruto. Keduanya berusaha bangkit dari keterpurukan akibat berakhirnya hubungan yang baru berjalan satu tahun. Warning!! Hanya cerita fiksi. BXB. Mature content. B...