Palang terbuka otomatis ketika Jeongwoo memindai tanda pengenal pada panel pemindai, kemudian bergegas ke alat presensi biometrik yang masih terdapat di lobi, untuk memindai sidik ibu jari. Aksesnya pada alat itu ditolak karena sudah ditutup 30 menit yang lalu, berarti kehadirannya di sini tidak berguna dan dianggap tidak masuk.
"Sialan!"
Semua itu karena Jeongwoo bangun kesiangan dan terlambat datang ke kantor, alarm yang terus berdering tidak mempan untuknya. Tidak sempat sarapan dan langsung pergi ke kantor dalam keadaan perut kosong.
Dia tidak bisa membolos hari ini, karena Junkyu akan lebih marah dan mengusir dari tim. Bergegas menuju lift untuk ke lantai tiga, langsung masuk ketika pintu terbuka.
"Anda terlambat, Pangeran Park?" tanya Kim Seungmin. Jaksa yang cerdas dan overpower, selalu menang di pengadilan memberantas orang jahat.
Mengangguk lesu untuk mengiyakan. "Kak Junkyu pasti marah besar."
"Dia gak suka dengan junior yang hobi terlambat dan membolos, hati-hati aja sih." -Choi Soobin.
"Lo bisa gabung ke gua kalo Kim Junkyu mengusir lo dari tim." -Kim Seungmin.
Citra buruk yang hobi membolos sudah melekat, padahal baru juga setahun disumpah jadi jaksa. Mereka semua semakin membuatnya takut tentang Junkyu yang dia kira baik dan sabar.
Panel layar digital menunjukkan angka tiga, bergegas keluar dan berlari menuju ruangannya. Energinya terkuras habis karena berlari dari pelataran parkir ke lobi, keluar dari lift juga begitu.
Mendorong pintu ke arah dalam. Jeongwoo merasakan aura yang berbeda ketika sudah di dalam, Cha Junho dan Karina tidak peduli dengan kedatangannya, begitu juga Kim Junkyu yang diam saja.
"Ikut gua."
Baru kali ini dia mendengar ucapan dingin tanpa ekspresi dari Kim Junkyu. Belum sempat duduk dia melepas ransel dan diletakkan di kursi, kemudian mengekor pria itu ke bilik interogasi.
"Tutup pintu!" perintah Kim Junkyu dengan posisi tubuh yang membelakanginya.
Jeongwoo patuh dengan perintah atasannya, menutup pintu bilik tanpa mengintip keluar. Barulah Junkyu memutar tubuh, secara tiba-tiba memberinya pukulan di wajah, hampir saja dia tersungkur. Kepalanya pening, rasa nyeri di tulang pipi yang kena bogem, menjalar hingga ke mata.
"Gua capek dan lo bertingkah seenaknya. Silahkan mengadu, gua gak takut sama Jihoon."
Benar kata Karina, dia hanyalah pemula di antara mereka semua, tidak memandang latar belakang keluarga. "Maaf, Kak."
"Mending lo cari tim lain yang bisa menerima lo yang bisa pergi dan bolos seenak jidat. Terserah lo mau kencan sama siapa aja, tapi hargain orang lain."
"Maaf, Kak." Tertunduk menatap sepatu Junkyu dan hanya bisa mengucapkan kata maaf.
"Hari ini juga silahkan pindah dan cari tim lain."
Berlalu meninggalkannya yang masih menunduk, membanting pintu ketika keluar. Ya seperti itulah rasanya dimarahin dan dibentak, dia tidak bisa berbuat lebih atau membela diri karena memang salah.
Keluar dari bilik dan melihat dua jaksa dan asisten sedang berberes untuk menghadiri rapat dengan tim lain, karena pernah menyelesaikan kasus orang yang sama. Kehadiran Jeongwoo benar-benar tidak dianggap oleh mereka.
"Karina, data panggilan terakhir pelaku sudah didapat?"
"Sudah, Pak Bos."
"Bawa saja, mungkin bisa berguna."
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love Never Wrong. ✔
أدب المراهقينSekuel Hierarchy. Babak baru kisah yang lebih rumit antara Park Jeongwoo dan Watanabe Haruto. Keduanya berusaha bangkit dari keterpurukan akibat berakhirnya hubungan yang baru berjalan satu tahun. Warning!! Hanya cerita fiksi. BXB. Mature content. B...