BAB 15

343 52 2
                                    

***

Berita tentang Vio dan Haidar sudah lama hilang, tapi masih ada satu dua orang yang berbicara miring. Namun itu bukan masalah besar bagi Vio.

Setelah menikah Vio jadi belajar banyak hal. Dia harus lebih hatihati dan menahan diri dalam melakukan apa pun.
Dulu dia terangterangan mengejar Haidar, jadi berita pernikahannya atau apa pun yang menyangkut pernikahannya menjadi konsumsi publik.

Bukan hanya memperbaiki sikap, Vio telah belajar banyak hal untuk menjadi istri yang baik.
Selama ini Haidar sering memasak untuknya, karena itu diamdiam Vio belajar memasak juga. Diamdiam Vio pergi melakukan konseling pernikahan agar pernikahannya dengan Haidar berjalan baik meski kemajuan hubungan mereka mungkin lambat.

"Kak, kamu bahagia?" tanya Jehan saat Vio pulang ke rumahnya.

Vio tersenyum pada bundanya itu lalu mengangguk.
"Vio bahagia, Bund!"

"Syukurlah, Nak! Haidar memperlakukanmu dengan baik?"

"Alhamdulillah, Abang Haidar selalu baik pada Vio."

"Tak terasa sudah hampir setahun kalian menikah. Tapi rasanya baru kemarin Bunda melepas kamu."
Rasa sayang Jehan pada Vio sangat besar. Tiap Vio pulang dia selalu bertanya hal yang sama seolah Vio baru menikah kemarin. Apa kamu bahagia? Apa Haidar memperlakukanmu dengan baik? Apa mertuamu tak menyulitkanmu? Banyak pertanyaan yang selalu diulang oleh Jehan.  Kadang dia tak tahan membiarkan Vio kembali ke rumah Haidar saking sayangnya. Tapi bagaimana pun, Vio sudah berkeluarga. Jehan harus menerima. Anak gadisnya tentu saja akan ikut kemana pun suami pergi.

"Vio tetap anak Bunda!" Vio memeluk Jehan erat. Setua bangka mana pun seorang anak akan selalu jadi bayi di depan orangtuanya.

"Iya. Eh tapi sudah beberapa kali kamu pulang kesini Haidar tak pernah ikut. Apa dia masih marah pada Lily karena kasus dengan keponakannya itu?"

"Enggak lah Bund. Itu juga sudah berbulanbulan lalu, Abang Haidar tahu Lily tak sengaja. Dia belum sempat mampir kesini karena terlalu sibuk saja," jelas Vio.
Dulu Haidar berjanji akan selalu menginap di rumah orangtuanya tiap akhir pekan, tapi dia tak menepatinya.

Kesibukan Haidar belum berkurang. Vio selalu melihat kelelahan di wajah Haidar tiap dia pulang. Makanya Vio lebih rajin mengurus pekerjaan rumah agar Haidar nyaman saat pulang dan bisa istirahat dengan tenang.

***

Haidar tak bisa menjemput, jadi Vio pulang naik taksi dari rumah orangtuanya. Jehan menawarkan diri mengantar, tapi Vio menolak.

Masuk ke dalam rumah Vio melihat sekeliling. Seperti biasa, sepi. Meski hubungannya dengan Haidar selalu terlihat baik, tapi Vio merasa sikap Haidar masih  dingin. Haidar tersenyum dan bicara manis padanya tapi hati Vio tak merasa hangat.
Selama ini dia selalu berusaha memperbaiki diri, mencari cara untuk mendekatkan diri dengan Haidar, tapi Vio tak melihat usaha yang sama dari sang suami.
Mungkin karena pikiran Haidar masih terbagi dengan pekerjaan yang belum stabil ditambah tesis yang belum kunjung selesai makanya belum bisa memfokuskan diri pada hubungannya dengan Vio. Jadi untuk saat ini Vio masih memaklumi.

Ponsel Vio berbunyi, itu pesan dari Yesha.
Vio tersenyum setelah melihat pesan itu. Yesha mengirim video Dara yang sedang mengaji. Alhamdulillah anak itu semakin baik saja akhlaknya, dulu dia susah sekali diajari mengaji, sekarang ngajinya sudah lancar. Memang ada baiknya Dara dipulangkan waktu itu.
Sikap Dara pada Vio masih tak terlalu baik, tapi dia sudah tak sebermusuhan dulu saat bertemu Vio.

"Kenapa senyumsenyum?"

"Innalillah!" Vio terkejut mendengar suara Haidar. Tak sadar suaminya sudah ada di belakang. "Kak Yesha mengirimiku video Dara. Manis sekali anak itu!"

Bukan Salah Jodoh ✔Where stories live. Discover now