Esok harinya sekolah menjadi gempar dengan berita Sean dan Sky yang mendapat penyerangan menyebar luas. Berita itu dimulai saat salah satu anak murid SMA tempat Sean dan Sky belajar memposting di media sosialnya lokasi di mana Sean dan Sky diserang. Di mana, motor Sean yang hancur tak berbentuk dia tangkap dengan kamera ponselnya. Dia juga mempublikasikan tas Sean dan Sky yang tercerai begitu saja, juga bukti nama lengkap Sean ada di dalam buku salah satu tas tersebut. White cane beserta satu tas lagi yang berisi buku braille juga dia publikasikan sebagai bukti.
Berita itu sekarang sampai di telinga Kuntum yang tidak mengetahui berita itu sebelumnya. Tentu saja karena Kuntum jarang menggunakan ponselnya selain untuk belajar. Saat berita itu berdenging di telinganya dan dia juga sudah melihat postingan itu dengan matanya, Kuntum kaget bukan kepalang.
"Lo beneran enggak tau, Ntum?" tanya salah seorang teman Kuntum yang memberitahukannya pada Kuntum.
Kuntum menggeleng dan terus menyaksikan semua foto-foto pada postingan itu. Kuntum tampak masih kaget dengan kejadian itu dan membuatnya belum juga bersuara sedari tadi. Yang Kuntum pikirkan sekarang adalah bagaimana keadaan Sean.
"Wah, gila! Mentang-mentang udah jadi mantan, sampai berita beginian aja lo ketinggalan!" ledek salah satu dari tiga orang temannya.
"Kalian tau enggak, keadaan kak Sean sekarang gimana?" tanya Kuntum bersuara untuk pertama kalinya.
"Cieee, perhatiaann! Ingat, udah jadi mantan!" goda temannya lagi.
"Apaan sih? Jangan main-main. Gue juga enggak tau keadaan kak Sean ama Sky gimana, kayaknya enggak ada yang tau deh," jawab salah satu temannya lagi. Serta memperingati mereka agar tidak menggoda Kuntum.
Kuntum menekan kepalanya dengan kedua tangan karena hampir menangis gara-gara khawatir. Bisa-bisanya dia khawatir sementara Kuntum sendiri sudah mengatakan kalau dia tidak lagi peduli dengan Sean apa pun yang terjadi.
"Stthh!" Seorang temannya itu menyenggol bahu Kuntum dan menyembunyikan ponselnya tadi yang Kuntum gunakan untuk melihat informasi.
Kuntum menoleh bingung dengan kodean temannya sambil menatapnya bingung. Temannya tampak memainkan mata yang membuat Kuntum bisa membaca gerakkan mata mereka. Kuntum menoleh ke belakangnya dan mendapati Zafran yang sedang menyimpan tasnya di atas meja.
"Lagi pada ngobrolin Sean, ya?" tebak Zafran dan tersenyum sebagai sapaan.
Semuanya terdiam dan menatap Kuntum bersamaan agar Kuntum saja yang menjawab pertanyaan. Kuntum tahu pertanyaan itu memang lebih ditujukan kepadanya karena di sini Kuntum adalah mantan Sean dan Zafran adalah orang yang pernah menyatakan perasaan kepadanya. Bahkan sampai sekarang mereka semakin dekat dan hampir menuju hubungan berupa pacaran.
"Wajarlah, 'kan mantan! Namanya juga belum move on, pasti masih khawatir 'kan?" tutur Zafran tertawa kecil meski ucapannya terkesan kecewa.
"Eng--enggak, siapa bilang belum move on? Ya, kali aku masih suka kak Sean, kalau aku masih suka enggak bakal aku putusinlah waktu itu!" jawab Kuntum gelagapan.
"Ekhem, kalian enggak ada niatan buat keluar gitu? Ganggu orang pacaran aja," ucap salah satu teman Kuntum dan memberi kode dua temannya lagi untuk keluar agar Kuntum dan Zafran bisa berbicara lebih leluasa.
Setelah mereka bertiga pergi, Zafran tidak mengalihkan pandangannya dari Kuntum sedikit pun. Dia tahu gadis itu berbohong dan itu tidak bisa disembunyikannya sedikit pun. Kuntum sendiri bahkan ragu dengan perasaannya sendiri yang mengatakan siap melupakan Sean dan siap menerima Zafran.
"Kenapa wajahnya gitu? Biasa aja kali, aku juga pernah kok khawatir sama mantan." ungkap Zafran dingin.
"Bukan gitu, kamu apa-apaan, sih? Aku dah move on! Kamunya aja yang belum ngasih kepastian, padahal aku udah siap loh," jawab Kuntum meyakinkan Zafran dan juga meyakinkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea (n) Sky [End✅]
Teen FictionGenre : Brothership Follow sebelum baca! Ini adalah kisah dua orang berbeda antara Sean dan Sky. Mereka adalah permisalan laut yang tak bisa bertemu langit. Mereka sama-sama biru, namun tak bisa saling menyatu. Mereka sama-sama nyata, namun tak bisa...