(30)

652 74 32
                                    

Hanya satu minggu mereka berdua berhenti sekolah, berikutnya mereka masuk di hari yang sama dengan Arsen yang kembali mengantar jemput mereka. Tentu saja karena motor Sean sudah tidak ada dan Sean sendiri juga tidak pernah belajar mengemudi mobil. Juga dengan alasan kondisi mereka masih membuat Arsen khawatir, ditambah lagi dengan mereka berdua yang tidak pernah menjawab apa masalah dibalik luka-luka mereka berdua.

"Sean, jaga Sky!" pesan Arsen sebelum mobilnya meninggalkan gerbang sekolah.

"Pasti!" jawab Sean dengan mantap dan memungut tongkat Sky yang baru dia buka lipatannya, "Ayo!" ajak Sean dan mulai berjalan.

Sky pun segera mengikutinya dan sampai tidak sempat berpamitan pada Arsen karena Sean yang tampak terburu-buru. "Kenapa semangat gitu? Enggak biasanya senang gini berangkat sekolah," komentar Sky yang merasa aneh dengan Sean yang bersiul kecil menandakan suasana hatinya sedang senang.

"Iyalah, udah lama enggak ke sekolah. Serasa libur semester," jawab Sean sambil menghirup udara sekolahnya yang asri.

"Yakin gara-gara itu? Bukannya karena bakal ketemu Kuntum, ya? Udah seminggu enggak liat dia, pasti kangen!" goda Sky sambil tertawa kecil.

"Udah move on, ya elah! Lagian gue juga punya kesenangan lain."

"Apa? Makanan ibu kantin?" tanya Sky penasaran dengan kesenangan lain yang Sean maksudkan.

"Bukan itu, tapi ... balas dendam. Mereka pikir gue bakal diam gitu aja? Gue cari ke setiap kelas kalau bisa," sahut Sean membenarkan alasanya senang kembali masuk sekolah.

"Engg?" dengung Sky karena tidak kepikiran sampai ke sana.

Ternyata Sean tidak main-main dengan ucapannya untuk balas dendam akan perbuatan mereka yang menyerang tanpa alasan. Sky pikir kata-kata Sean waktu itu hanya gertakan di kala dia tak terima dengan kekalahan. Sky ternyata belum sadar juga kalau dia itu bermakna besar bagi Sean. Untuk itu Sean ingin menjaganya dan membalaskan apa saja yang membuatnya terluka.

"Sean, lo yakin? Mereka bukan dua atau tiga orang loh, lo aja belum sembuh sepenuhnya," komentar Sky bingung harus menanggapi kemauan Sean seperti apa.

"Yakin seratus persen. Mereka semua harus ngebayar apa yang udah mereka perbuat. Terutama dia yang paling berkuasa, brengsek bermata coklat pekat itu ... brengsek itu bakal gue habisin sampai suara dinginnya itu membeku, sampai dia enggak lagi bisa bicara!" cecar Sean mengepal kuat jemarinya, sampai langkahnya Sean hentikan karena memikirkan wajah dia yang memerintah para orang gila tak berperasaan menyerangnya dan Sky tempo lalu.

"Dia? Apa yang bernama Bimo itu?" tanya Sky karena saat pemimpin mereka ke luar, Sky sudah tak sadarkan diri.

"Bukan dia, tapi dalang boneka di balik layar yang menggerakkan Bimo dan yang lainnya! Dia juga pernah berperan dalam permainannya dengan mulut terkunci," terang Sean menahan amukan yang hampir menguar.

Sean menghembuskan napasnya yang memburuh. "Ayo! Kelas lo udah dekat!" ajak Sean berhasil menahan amukannya.

"Ada pemimpinnya? Siapa?" tanya Sky penasaran dengan sosok yang Sean sebutkan tidak satu pun dari mereka yang dimainkan.

"Tenang aja, dia bukan apa-apa kalau sendirian. Dia lemah karena itu dia butuh pasukan, bakal mudah ngabisin brengsek itu."

Bukannya merasa tenang, Sky malah ketakutan. "Sean, jangan balas dendam. Kalau mereka ada pemimpinnya, kekuatan mereka pasti bertambah dan itu bukan pertanda baik. Gimana kalau mereka tetap sama-sama dan lo yang bakal dalam bahaya? Gue enggak mau lo dalam bahaya lagi gara-gara gue!" halang Sky menolak habis-habisan pemikiran Sean.

"Tenang aja. Lo bilang, lo bakal baik-baik aja kalau ada gue. Gue juga, gue bakal baik-baik aja kalau ada lo! Urusan ini serahin aja sama gue, emangnya mereka bakal terus sama-sama? Enggak, ada kalanya mereka berpisah karena kelas mereka berbeda. Tiga di antaranya gue yakin itu kelas dua belas dan yang lainnya adik kelas, jadi mereka enggak bakal selalu bersama." jawab Sean teramat yakin dengan keinginannya.

Sea (n) Sky [End✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang