(32)

550 78 15
                                    

Sudah dua hari waktu berjalan, tapi dia yang bernama Zafran tak pernah Sean temukan. Padahal Sean yakin dia sudah cekatan memposisikan waktu untuk menemukan Zafran. Tetapi, dia seolah tahu kapan Sean akan datang, di saat jam istirahat Sean selalu menemukan Zafran tidak pernah ada di kelasnya. Bahkan, untuk sekedar berpapasan saja tidak. Ada apa dengannya? Apa mungkin dia sengaja menghindar agar aman dari amukan Sean? Atau mungkin dia punya rencana lain yang mungkin lebih membahayakan Sky?

Tidak hanya itu kesulitan yang Sean dapatkan, untuk bertanya ke orang lain di kelas itu pun dia kebingungan. Sebelum Sean bertanya, mata mereka sudah menyiratkan tidak suka. Tidak mungkin juga Sean bertanya memakai ancaman karena itu hanya akan menambah kebencian orang lain. Bertanya kepada orang yang pernah dekat pun Sean tidak berani, kepada Kuntum tentunya. Karena mereka sudah putus, rasanya Sean canggung untuk kembali menyapa, setelah waktu itu Kuntum memeluk yang dia akui kekasihnya di depan mata Sean.

"Kak Sean, nyari siapa?" Kini jantungnya terasa dipermainkan saat Kuntum sendiri yang datang menawarkan pertanyaan.

"I--itu ... kamu kenal Zafran? Aku ada urusan ... sama dia!" gagap Sean menjawab pertanyaan. Padahal jauh sebelumnya tidak begini, serasa Kuntum akan memakinya untuk umpatan kekesalan.

"Ada apa Kakak cari dia?" tanya Kuntum terdengar tidak biasa membuat jantung Sean semakin buta nada.

"Nggg ... cuma mau ngomong sesuatu doang!" jawab Sean merasa terpojok meski Kuntum tidak punya niatan untuk memojokkannya.

Kuntum meremas roknya dan menunduk setelah tadi Sean yakin dia menatap marah. "Aku mau kok, balikan sama Kakak, tapi enggak usah cari Zafran. Kakak mau ngehajar dia pun, enggak bakal ada gunanya. Aku sama dia enggak pernah pacaran kok!" Teriakan Kuntum terdengar tertahan karena dia takut Sean berbuat buruk kepada Zafran.

Sean mengerutkan dahinya kebingungan karena yang ditanya bukan masalah balikan dan lagi, apa hubungannya dengan Zafran? Kalaupun dia tidak berpacaran dengan Zafran, itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan keinginan Sean.

Sean menyentuh pucuk kepala Kuntum yang masih tertunduk. "Hei, kamu ini ngomong apa?" tanya Sean memiringkan kepalanya.

"Eh?" Kuntum mengangkat kepalanya dan melihat wajah kebinguan Sean. Kalau bukan karena ingin balikan, lalu untuk apa Sean mencari Zafran?

"Aku ke sini nyari Zafran, bukan ngajak kamu balikan. Lagi pun, aku udah punya cara lain buat bahagia!" jawab Sean santai.

Meski obrolannya tidak menyinggung apa-apa, tapi Kuntum merasa kecewa juga malu dengan dirinya yang menyimpulkan sendiri tujuan Sean mencari Zafran. Kuntum yang berpikir keterlaluan tentang keingin Sean mencari Zafran adalah untuk memintanya mengalah karena Zafran hadir di saat Sean menginginkannya kembali. Asal tahu saja, Sean tidak pernah tahu siapa laki-laki yang Kuntum peluk waktu itu. Selain karena dia membelakanginya, Sean juga tidak tertarik untuk mengenalinya. Terlalu menyebalkan bagi Sean untuk mengenali siapa laki-laki beruntung selanjutnya yang bisa memeliki Kuntum.

"Tadi katanya dia ke kelas sepuluh!" jawab Kuntum cepat dan berbalik segera agar Sean tidak melihat semburat merah di wajahnya. Bukan tentang kecewanya, tapi tentang malunya.

'Kelas sepuluh? Jangan-jangan Sky?' batin Sean dan berlari segera mencari keberadaan Zafran. Mencari keberadaan Sky lebih tepatnya karena dia mengkhawatirkannya.

Tidak butuh waktu lama bagi Sean sampai di kelas istimewa, hal pertama yang ditangkapnya di kelas itu ialah Sky yang berbicara sesuatu dengan orang yang memunggungi pintu. Sepertinya dia baik-baik saja dan itu mengartikan Zafran tidak datang ke kelas sepuluh untuk mencelakai Sky. Sean sedikit bernapas lega, sebelum yang tadinya membelakang berbalik badan. Mata Sean membola kala matanya itu tidak salah mengenali wajahnya, dia itu Zafran.

"Brengsek!" Sean maju segera dan memukuli Zafran dengan marah.

Seketika Sky dan Zafran sama-sama terkejut dengan Sean yang datang tiba-tiba membawa pukulan. Terutama Zafran yang kaget bukan kepalang, mata Sean seakan membidiknya tepat sasaran. Pukulan Sean tadi serasa bebatuan, berat dan sangat keras menimpa pipinya.

"Sean! Apa yang lo lakuin?" marah Sky dan membentangkan white cane-nya menghalangi Sean yang terdengar mau maju lagi untuk menyerang.

"Minggir, Sky! Bakal gue habisin brengsek itu!" amuk Sean saat Sky mulai membentangkan tubuhnya juga di hadapan Sean.

Zafran langsung mencari celah dan lari dari sana sekencangnya. Tidak semudah itu bagi Sean untuk melepaskannya dan Sean ingin segera mengejarnya. Lagi-lagi Sky menghalanginya dengan menahan tangan kirinya. Sky tampak berkerut menunjukkan kalau dia sedang marah dengan perlakuan Sean yang menonjok temannya tiba-tiba.

"Ngapain lo ngehalangin gue, hah?" teriak Sean marah.

"Lo yang ngapain! Ngapain lo mukul teman gue, hah?" ketus Sky dan melepas tangan Sean yang dia tahan dengan sedikit mendorongnya.

"Apa lo bilang? Teman? Lo demam? Atau lo lagi ngehalu?" ujar Sean berusaha mendengarkan apa yang Sky keluhkan terhadap pembelaannya.

"Gue juga punya teman! Enggak kayak lo yang punya teman cuma ada buat manfatin lo doang!" ketus Sky tanpa tahu ucapannya itu terlalu menyinggung.

Sean tergelak dalam amarahnya. "Lo ngelawak? Gue di sini buat lindungin lo, gue khawatir sama lo, Bangsat!" umpat Sean mendorong kasar bahu Sky dengan tangan kirinya.

"Khawatir juga ada batasnya, An! Seharusnya lo cari tau dulu, yang tadi itu teman gue apa bukan! Jangan main nonjok-nonjok aja!" tutur Sky yang belum tahu apa-apa tentang marahnya seorang Sean.

Terlalu ditelan amarahnya, Sean memukuli Sky dengan keras, meluapkan segalanya pada satu pukulan. Di sini, dia datang untuk menjauhkan Sky dari perbuatan tangan orang-orang kotor, tapi yang dia dapat sebagai balasan adalah ucapan menyakitkan dan menusuk hingga ke dalam. Selama ini Sean sudah berusaha dalam segala upaya agar Sky terlepas dari tangan mereka, tapi sekarang Sky justru menyebutnya teman. Serta mengejek Sean yang berteman hanya sekedar untuk dimanfaatkan.

"Sial, sial, sial!" Berikutnya Sean melampiaskan amarahnya pada meja di sebelah kanannya. Memukulnya berkali-kali agar amarahnya tidak lagi terlepas pada Sky yang tidak tahu apa-apa itu.

"Gue ngerti niat lo baik, tapi lo juga harus ngerti situasi! Enggak kayak gini, main pukul sembarangan!" ungkap Sky masih ingin melanjutkan perdebatan yang Sean ingin akhiri segera.

"Lo yang enggak ngerti, Sky! Dia yang lo bilang teman itu adalah orang dibalik semua penindasan yang lo dapat. Dia yang buat lo sama gue enggak masuk sekolah satu minggu kemaren! Gue enggak bakal mukul kalau gue belum cari tau siapa dia, gue juga punya otak, Sky! Lo bisa bilang gitu karna lo enggak liat apa yang gue liat." Teriak Sean dan menendang meja satu kali lalu pergi.

Sky bahkan tidak sampai bersuara untuk menanyakan lebih dalam tentang apa yang Sean jelaskan. Menurutnya ini terlalu berlebihan karena tidak mungkin Zafran yang berbuat dibalik semua ini. Marahnya Sean juga bukan seperti dia sedang menduga-duga saja, tapi seolah dia memang tahu siapa Zafran. Tetapi, yang Sky tidak paham adalah kenapa Zafran yang Sean tuduhkan? Sejatinya selama ini Zafran menjadi temannya dari awal-awal, bahkan Zafran yang membantu Sky untuk kali pertama Sky memerlukan bantuan. Juga Zafran pernah menyelamatkannya dari orang-orang yang juga berperan dalam kejadian seminggu ke belakang. Tidak mungkin juga 'kan kalau Zafran berteman dengan orang yang pernah dia pukuli untuk membantu Sky?

"Sean!" panggil Sky pelan karena dia sadar langkah itu tidak akan berbalik badan dan meninggalkannya begitu saja sebagai bentuk kekesalan.

Apa yang terjadi masih jauh dari pemahaman Sky, apa mungkin dia yang menawarkan diri sebagai penunjuk jalan adalah dia yang berusaha membawa Sky pada jalan kebuntuan? Bukankah ini terlalu kejam jika itu adalah kebenaran? Lalu, ada yang bisa menjelaskan kenapa Zafran menjadi temannya, sementara dia sendirilah yang berdiri dibalik penindasan yang Sky dapatkan? Hal itu hanya pertanyaan rancu yang akan Sky dapatkan bila menanyail langsung. Tetapi, kalau itu semua benar, Sky yakin pertemuan selanjutnya dia dengan Zafran tidaklah hal yang baik dan perlu dihindarkan. Kalau itu semua benar, Zafran pasti akan bertindak sebagai lawan dan memurukkan apa itu yang Sky pikir adalah teman. Kalau itu semua benar, dunia yang Sky jalani ini masih tentang sebuah kata yang biasa orang-orang sebut kekejaman.

Bersambung...

Sea (n) Sky [End✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang