(36)

508 70 10
                                    

"Sky, tadi di kelas gue diajak satu kelompok sama ketua kelas. Kayaknya gue udah mulai dianggap sama anak-anak lain, kayak punya teman baru gitu. Kalau menurut lo, itu gue dimanfaatin apa enggak? Emang sih, tadi dia nyuruh gue yang nyatat, tapi katanya karena tulisan dia enggak bagus, dia juga banyak tugas kelompok yang dia kerjain kok. Kedengarannya kayak dimanfaatin, ya?" ungkap Sean kegirangan sendiri dan berjalan sedikit berlari.

Terlampau kegirangan dengan teman sekelas yang mulai menganggapnya ada, Sean malah mempercepat langkah dan hampir lupa dengan Sky yang dituntunnya. Kemudian, Sean merasakan white cane terlepas dari tangan Sky yang membuatnya menoleh segera. Sepertinya langkah Sean terlalu cepat bagi Sky untuk mengikutinya. Tetapi, apa yang Sean lihat tidak sesuai dengan apa yang ada di pikirannya. Sky justru tetap saja berjalan pelan dan sepertinya dia tidak menyadari tongkatnya terlepas dari tangannya. Terbukti dengan tangan kanannya yang masih menggulung layaknya memegang tongkatnya.

Sean mengerutkan dahinya bingung dan menunggu Sky akan berhenti berjalan atau menabraknya. Benar saja, Sky sama sekali tidak menyadari itu dan berjalan pelan seolah dia ada tuntunan. Sean pun menepuk bahu Sky dengan tangan kirinya saat Sky benar-benar akan menabraknya.

"Oii, Sky! Lo kenapa?" tanya Sean yang membuat Sky langsung tersadar dan terlonjak, Sky bahkan menyingkirkan tangan Sean dengan refleks.

Saat menyadari itu bukan ancaman, Sky tiba-tiba kepanikan. "Eng? Tongkat gue mana? Tadi gue pegang, kok!" paniknya dan berjongkok merabah tanah.

"Ooi, lo kenapa? Tongkat lo ada di gue!" komentar Sean sangat keheranan dengan Sky yang benar-benar tidak menyadari kalau tongkatnya terlepas dari tangannya.

Sean pun membantunya berdiri dan menyodorkan tongkatnya. "Lo sakit? Kenapa tingkahnya aneh gini?" tanya Sean sambil memeriksa suhu tubuh Sky dengan telapak tangannya.

"Eh? Bukan apa-apa, ayo pulang!" elak Sky cepat dan menyengir.

Sky pun mendorong tongkatnya mengisyaratkan Sean agar kembali berjalan, tapi tongkat itu ditahan Sean karena dia masih butuh penjelasan atas apa yang terjadi dengan Sky. Tidak biasanya dia begitu karena suara kecil saja sudah mampu menganggunya. Tetapi, sekarang Sean sudah bercerita panjang dan Sky bahkan tidak mendengar hal itu. Tidak mungkin juga dia hanya bengong memikirkan hal kecil saja sampai-sampai tongkat terlepas dari genggamannya, Sky juga tidak menyadarinya.

"Lo jangan nyembunyiin apa-apa dari gue! Apa Zafran datangin lo lagi? Dia ngancam lo lagi? Dia bilang apa? Cepat bilangin sama gue," desak Sean.

Sky menggeleng. "Enggak! Zafran enggak datangin gue, katanya lo udah selesaiin. Mana mungkin dia gangguin gue lagi, jangan mikir yang aneh-aneh. Ayo cepetan pulang, papa pasti udah nungguin di depan!" elak Sky lagi dan berusaha meyakinkan Sean kalau dia tidak apa-apa, "Gue tadi cuma mikirin pelajaran," imbuhnya jelas berbohong.

Sky kembali mendorong tongkatnya agar Sean kembali menuntun jalannya, tapi Sean tetap menahannya dan kali ini Sean bahkan lebih mengeratkan pegangannya. Gigi-giginya merapat kuat dan rahangnya mengeras karena tidak suka dengan kebohongan yang Sky ciptakan. Dramanya itu terlalu buruk untuk dijadikan pemain peran karena wajahnya itu tidak meyakinkan.

"Lo bohongin gue? Enggak mungkin 'kan gara-gara mikirin pelajaran, lo sampai enggak dengar apa yang gue ceritain? Lagi pula, kita ke sekolah bawa motor, papa enggak bakal jemput. Ini bukan lo yang biasanya, lo enggak mungkin lupa hal sekecil itu," debat Sean karena drama Sky terlalu berantakan.

"Gue enggak bohong! Beneran! Gue cuma pusing dikit aja, enggak usah debatin hal yang enggak penting deh, An! Ayo kita pulang, gue perlu istirahat!" ketus Sky masih bersikeras dengan dramanya.

Tentu saja Sky menutup mulutnya karena Zafran melarangnya untuk memberitahu Sean akan bisikannya. Sky hanya mengkhawatirkan Sean kalau sampai dia tahu kebenaran bahwa yang menjadi masalah bagi Zafran bukan hubungan Sean dan Kuntum, tapi ada pada Sky itu sendiri. Sky juga belum tahu pasti apa itu permasalahannya, tapi yang jelas, sepertinya dia memang sudah menghilangkan nyawa seseorang. Terbukti dengan kata-kata terakhir Zafran yang menyinggung tentang membunuhnya pelan-pelan agar Sky bisa merasakan penderitaan. Entah itu terjadinya kapan, tapi Sky tahu dia memang pernah melakukannya. Memangnya kesalahan apalagi yang Sky perbuat kalau bukan menghilangkan nyawa orang lain?

Sea (n) Sky [End✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang