Part 25.

678 91 20
                                    

Bagaimana ketika perasaan dan ucapanmu sendiri tidak sinkron, bukankah nanti akan ada perang dengan dirimu sendiri? -💙.

.

Kim Seokjin mendudukan dirinya didepan perempuan sang pemilik dompet yang ia temui tadi pagi.

Senyumnya tak luntur dari tadi, menatap lawan bicaranya yang tengah menunduk. "Kau siapanya Taehyung?" tanya Seokjin random dengan tiba-tiba.

Jisoo yang sedari tadi menunduk mengangkat kepalanya dan menyerit heran, "O-oh, nde?" tanya Jisoo balik tidak mengerti.

"Taehyung mengenalmu, mangkanya aku bertanya." jelas Seokjin.

"O-oh, iyah dia sahabatku." jawab Jisoo. "Yakin?" ujar Seokjin cepat tersenyum miring dengan alis mengangkat sebelah.

"Iyah, dia sahabatku dari kecil. Wae?" ujarnya bertanya balik, dia tidak mengerti kenapa Kimjin aka Kim Seokjin ini bertanya tentang Taehyung.

"Tidak ada, hanya memastikan." ujarnya.

"Maksudmu?" Jisoo menyerit.

Belum Seokjin buka suara, tiba-tiba suara lain terdengar. "Jisoo-ah."

Keduanya menolehkan kepalanya, mendapati pria dengan style kemeja denim dibalut jaket hitam berjalan menghampiri keduanya. "Kau disini, aku menghubungimu eoh." ujarnya.

"Jinjja? aku tidak mendapatkan panggilan satu pun darimu." ujar Jisoo menatap pria itu dengan mengadahkan kepalanya, karna ia tengah duduk dan pria itu berdiri.

"Ponselmu tidak bisa dihubungi."

Jisoo dengan cepat mencari ponselnya di totebag nya, dan dilihat layarnya hitam dan tidak menyala. "Ah batrai ku habis, pantas saja. Mianhae Jimin-ah." ujar Jisoo merutuki dirinya sendiri dan menampilkan senyum bodoh pada Jimin. "Dasar pabbo." ujar Jimin mencubit pipi Jisoo pelan.
Dan hanya dibalas cengiran lucu.

Seokjin yang menyaksikan keduanya hanya diam, tidak ingin merusak ataupun mengganggu keduanya.

"Kajja kita pulang."

"Ah, nde." ujar Jisoo merapihkan bekas makannya dan berdiri.

"Aku duluan." ujar Jisoo pada Seokjin dan dibalas anggukan singkat, Jimin yang seakan sadar kalau yang dihadapan sahabatnya ini adalah Kimjin sedikit terkejut karna baru menyadarinya. "Oh Jin hyung."

Seokjin yang sedikit ragu menyerit, apa pria itu menyebut namanya? Karna tidak ada yang memanggil nama yang diakhirannya saja. "Nde?"

"Kajja Jim, sudah larut." ajak Jisoo menarik Jimin supaya tidak lama-lama dengan Kimjin, takut hal yang tidak diinginkan terjadi. "Baiklah, kami pulang hyung." ujar Jimin berpamitan pada Seokjin yang masih termenung.

Lalu kedua sejoli itu berjalan meninggalkan Seokjin dengan banyak pertanyaan dikepalanya, dilihatnya Jimin memberikan jaket yang dikenakannya pada Jisoo dengan memakaikannya dan tidak ada penolakan dari sang perempuan.

Seokjin berfikir, itu kekasihnya(?) berarti Taehyung kalah dong(?) apakah dia tau kalau perempuan incarannya sudah ada kekasih(?) dan bagaimana perasaanya nanti kalau ia mengetahui hal ini(?) ah malang sekali nasibnya.

Oke sudahi pemikiran itu, sekarang pertanyaan yang ada diotaknya sedari tadi kenapa pria tadi memanggilnya Jin(?) dan juga ia menggunakan kata hyung(?) pria itu mengenalinya(?) siapa tadi namanya, Jimin? Iyah Jimin nama itu tidak asing ditelinganya.

Ah Taehyung pernah memanggilnya, iyah, tapi sepertinya bukan itu ia seperti pernah dengar Taehyung berbicara tentang Jimin. Tapi dimana(?) ia lupa sungguh.

Loiterer✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang