Part 39.

776 95 32
                                    

'Jangan tinggal aku, maaafkan aku' -💙.

.

Seokjin yang melihat kejadian begitu cepat seketika membeku, rasanya raganya tidak bisa menahan nya untuk tetap berdiri tegak.

Dengan gerakan begitu cepat Seokjin berlari kesebrang jalan, dan tidak menyadari kalau sedari tadi Irene sedang memeluk lengannya yang otomatis terlepas begitu saja. Sang empu yang masih terkejut juga tak menyadari dan ikut menyusul Seokjin yang sudah bersama keruman orang.

Seokjin terpaku melihat tubuh kaku Kim Jisoo yang berlumuran darah, dadanya bergerumuh dan begitu sesak. Seperti sesuatu tengah menjepit rongga dadanya. Dengan langkah berat Seokjin terduduk dan memapah kepala Jisoo pada pahanya.

"Kim Jisoo." lirihnya.

"Jebal ireona, kau harus kuat Kim Jisoo." Seokjin menepuk pelan pipinya yang sudah tidak sadarkan diri, ia mengusap lembut rambut Jisoo. Matanya memanas begitu melihat banyak darah yang keluar dikeningnya.

"Bertahan lah, jangan tinggalkan aku." ucapnya dengan lirih dan menundukan kepalanya.

Irene yang menyaksikan semuanya menangis dalam diam, ia ikut berjongkok disebelah Seokjin. Dan memegang bahu Seokjin dengan pelan membuat sang empu menolehkan kepalanya.

"I-Irene-ya, Kim Jisoo-"

"Tenang lah, ambulan sebentar lagi datang." ujar Irene mengusap bahu Seokjin, pria nya tampak begitu sedih. Dirinya juga merasakannya, ia sedih melihat tubuh temannya yang berlumuran darah.

Seokjin tidak bisa apa-apa, ia ingin menangis tapi air matanya tidak ingin dikeluarkan. Ia hanya menatap sendu wajah cantik milik Kim Jisoo yang sudah berlumuran darah, sesekali mengusap wajahnya dengan lembut..

Seokjin berdoa didalam hati untuk keselamatan Kim Jisoo, dan selalu menggumamkan kata maaf sampai ambulance datang.

.

Di Rumah Sakit.

Seokjin  mondar-mandir didepan pintu IGD, menunggu akan kondisi Jisoo sekarang. Pikirannya sekarang tertuju untuk Kim Jisoo, berdoa semoga perempuan itu baik-baik saja dan tidak ada hal serius yang menimpanya.

Kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Seokjin akan menyalahkan dirinya sendiri. Penyebab kecelakan tersebut, seharusnya ia tidak menolak pada ajakan Irene yang ingin menemuinya. Seharunya ia bergerak cepat sebelum Kim Jisoo menyebrang, dan seharusnya dirinya memperhatikan Kim Jisoo tanpa harus membuang muka karna egonya sendiri.

Tanpa memperdulikan penampilannya sekarang yang acak-acakan baju yang masih ada bercak darah dan rambut acak-acakan dengan wajah lesunya. Seokjin hanya berharap kesadaran Kim Jisoo sekarang, tanpa sadar dia sudah mengabaikan perempuan cantik yang berstatus tunangannnya tengah memperhatikannya sedari tadi.

Irene hanya diam dengan sisa-sisa air mata yang sudah ia keluarkan sedari tadi, rasanya air matanya sudah habis karna mengkhawatirkan kondisi Kim Jisoo yang sedang berada diruangan IGD.

Kejadian tadi begitu membuatnya shock, jelas ia melihatnya dengan kedua matanya dimana mobil itu menabrak tubuh Kim Jisoo sampai terpental walaupun tidak begitu jauh.

Dan sekarang Irene tengah memperhatikan Seokjin yang tampak sangat terpukul dan raut wajah yang kacau, ia berfikir kalau Seokjin tengah begitu mengkhawatirkan kondisi Jisoo. Jelas ia tau karna mereka pernah bersama bagaimana pun juga.

Tak bisa dipungkiri Irene menatap kecewa ke arah Seokjin, namun ia menahan dengan menutupnya.

Lalu terdengar suara pintu terbuka membuat keduanya menolehkan kepalanya, dengan cepat juga Seokjin menghampiri Dokter yang menangani Jisoo sudah berada diluar.

Loiterer✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang