CHAPTER 11

1 0 0
                                    

Aku mengerjapkan mata tidak percaya dengan apa yang aku lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengerjapkan mata tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Awalnya kupikir dia memang Debiru dalam perawakan baru, ternyata dia bukan Debiru tapi Leon seorang pemuda yang mungkin pernah aku kenal sebelumnya. Lalu aku bisa lihat Debiru bersembunyi di belakang Sian.

"Leon? Itu namamu?" tanyaku penuh selidik karena aku pikir dia Debiru, bukan Leon. Lihat saja dia terlihat mirip Debiru yang aku kenal.

"Kau pikir aku siapa? Masa kau lupa kalau aku ini kekasihmu?" Leon berbalik tanya padaku.

Aku menghela napas, "Baiklah anggap saja seperti itu. Kau Leon yang mirip dengan Debiru," kataku.

Aku bangkit dari duduk menuju ke kamarku di rumah milik Kakek. Kulihat semuanya belum berubah, bahkan aku rasa aku masih di sini kemarin. Ah, aku lupa kalau aku pergi ke masa depan bukan mengalami pertumbuhan yang sebenarnya.

"Bagaimana Pak Zier tiada secepat itu, padahal aku merindukannya," gumamku.

Nenek membuka pintu kamarku dengan tanpa permisi, aku tersentak sedikit sambil mengelus dada karena jantungku hampir lompat dari tempatnya. "Aku lupa kalau kamar ini sudah ada penghuninya," ujar Nenek membuatku hampir mencibir.

"Ah, baiklah." kataku memaklumkan ingatan Nenek.

"Mbak, bagaimana Kakek bisa secepat ini tiada?" tanyaku penuh penasaran.

Nenek menaruh selimut yang dibawanya pada bibir kasur. "Umurnya, 'kan, sudah tua," jawab Nenek.

"Hanya itu?" Aku masih bertanya penuh selidik, kurasa bukan umur saja yang menjadi faktornya.

"Kau koma terlalu lama sampai-sampai Pak Zier tidak kuat menahan kesedihan dan mengalami serangan jantung. Lalu tiada saat lusanya kau terbangun," jawab Nenek membuatku bungkam.

Rasanya lidahku kelu, badanku membeku dengan kaki yang gemetar membuat aku lemas. Apa aku yang menjadi faktor Kakek tiada? Aku penyebabnya. Kurasa itu tidak bisa aku terima.

Aku menyeru pada Nenek untuk ke luar. Kututup pintu kamar rapat-rapat lalu aku menelungkup dan menyusup masuk pada bantal. Aku menangis dengan diam tanpa suara. Air mataku lolos begitu saja. Napasku mulai sesak, aku tidak bisa berhenti memikirkan aku penyebab Kakek tiada. Aku adalah cucuk yang jahat. Aku berpikir aku tidak ada gunanya. Kupikir selama aku di sini tidak akan ada yang terjadi pada tahun 2038. Tapi aku salah, dunia itu, tahun itu masih berjalan dengan semestinya tanpa mengalami pemberhentian waktu.

Aku merasa gagal. Bagimana caranya aku kembali?

"Debiru!" Aku berteriak dengan kuat.

Aku terus menangis, seperkian waktu aku lewati dengan napas yang tidak karuan. Hingga lama-kelamaan aku rasa aku mulai berada di alam bawah sadarku. Aku tertidur, masuk pada alam mimpi.

Aku bisa lihat aku kembali remaja, menjadi Ariana yang dimarahi Kakeknya dan masih bermain sukaria. Tapi di suatu sisi aku juga sadar kalau itu hanya mimpiku. Dan aku tertidur di sini. Pernahkah kau sadar kau tidur tapi sedang bermimpi? Mungkin seperti itu rasanya, karena sekarang aku mengalaminya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Debiru, Future in 2050Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang