Mengapa harus Debiru dari banyak manusia? Mungkin karena aku Ariana.
Perjalanan waktu menuju masa depan tak pernah Ariana harapkan, apalagi sampai dewasa tiba-tiba dan bertemu dengan Debu Biru.
Bagaimana bisa dia ada di sana? Dan sulit untuk kembali...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Heh, Debu Biru! Ganggu aja!"
"Heh, aku sedang mandi mengapa datang tiba-tiba?! Untung aku sudah memakai handuk! Dasar Debu Biru"
"Debu Biru!"
"Bisa diam, Debu biru?!"
"Derian Bintang Rusen!"
Debiru baru bisa diam jika aku berhenti memanggilnya debu biru. Padahal sudah kubilang itu sangat bagus, dan cocok untuknya.
Aku menghela napas, mendekat ke arah Debiru setelah aku selesai berpakaian. Sungguh Debiru akhir-akhir ini sangat menggangguku. Jika Debiru bisa di lihat banyak manusia selain aku, aku akan mengobralnya dengan harga paling murah.
"Mengapa akhir-akhir ini kau menggangguku?" Aku bertanya sambil duduk di samping Debiru.
Debiru menghadapku dengan senyum jahil. "Sudah aku bilang, aku ini jailangkung seperti katamu. Dan seperti kataku, aku akan menerormu."
Aku menatapnya tajam, lalu tanpa sengaja aku melayangkan telapak tangan kananku pada kepala Debiru. "Dasar hantu gila!"
Debiru membalas dengan menoyor keningku pelan. "Sudah kubilang aku belum meninggal!"
"Terserah saja. Intinya, dalam peraturan lisan kau tidak boleh tiba-tiba datang! Apalagi di saat aku sedang tidak berpakaian." Aku mempertegas kata-kataku.
Debiru mendelik lalu mengubah posisi duduknya jadi menghadap depan dan tidak menghadap aku yang berada di sampingnya. "Kau yang memanggilku, Ariana. Kau menggosok tanganmu, itu caraku datang."
Aku berpikir sejenak, mataku langsung membulat karena paham maksudnya. "Jika itu caramu datang, lantas bagaimana caramu pergi?" tanyaku memastikan.
Debiru mendelik. "Dasar tukang usir!"
Aku menghela napas, "Aku bertanya serius!"
"Tidak ada cara untuk aku pergi, aku sudah memutuskan untuk tinggal di sini. Menjadi pendampingmu lalu menikahimu suatu hari." Debiru berhasil membuatku malu, aku mendadak canggung.
Aku berdehem, memperbaiki suasana canggung karena perkataan Debiru barusan. "Kau mengada-ada. Aku ingin pergi bekerja, sampai jumpa," kataku sembari bangkit dan berjalan pergi.
"Ariana, aku serius! Kau akan menjadi milikku suatu hari." Debiru mempertegas kata-katanya, itu masih terdengar di telingaku.
"Aku tua dulu nanti!" aku memperbaiki ucapannya.
Debiru lari menghampiriku, "Tidak akan, ini hanya dunia pararel. Kau akan menjadi milikku di dunia nyata."
Aku diam, menghentikkan langkahku. "Tapi, ini duniaku yang sekarang." Aku makin mempertegas kata-kataku. Berusaha tidak peduli dengan apa yang di maksud Debiru, hari ini sudah cukup bertengkar dengannya.