DJV : Bagian 2

453 127 9
                                    

Halo, temans.
Aku hanya mau bantuan kalian, ketika sedang membaca dan kalian menemukan kesalahan dalam PUEBI atau typo, tolong ditandai ya. Biar cepat aku revisi.

Gomawo ;)

Happy reading

***

"A-aku baru pertama kali ke ruang ganti tim basket. Ternyata lumayan besar yah." Martha pasti benar-benar sudah gila karena mencoba membuka pembicaraan dengan Tristan.

Respon Tristan yang bahkan tak menoleh sedikit pun, menambah kesan tolol pada Martha. Tristan melangkah menuju lokernya dan tanpa canggung membuka bajunya di hadapan Martha. Gadis itu kontan melototkan matanya dan mematung. Otaknya langsung memerintah untuk berbalik, namun tertahan karena ingatan untuk memenuhi keinginan Gina. Martha menutup mata kuat-kuat, jantungnya memacu dengan cepat.

Gila. Gila. Gila.

Martha pasti sudah gila karena saat ini, gadis itu mengangkat kameranya dan memutuskan untuk memotret pemuda itu.

Martha benar-benar mendapatkannya!

"Ruang permandiannya ada di sebelah sana." Tristan bersuara tanpa menoleh.

Martha mengangguk dengan gugup. "A-aku bisa sendiri." Suaranya canggung diiringi tawa yang jelas dipaksakan.

Tristan terlihat mengganti sepatunya, kemudian bersiap pergi dari sana. "Kalau gitu gue bisa cabut duluan kan?

Martha mengangguk kaku. " I-ya."

Tanpa berkata-kata lagi, Tristan melewatinya. Tetapi, cowok itu bahkan belum sampai di ambang pintu. Tristan memundurkan langkahnya, hingga bersebelahan dengan Martha yang masih menyembunyikan rasa gugupnya.

"Lo punya selera yang bagus."

Tubuh Martha kaku sepenuhnya, gadis itu menahan napas. Seperti tersiram air es, Martha benar-benar membeku. Sementara, selepas mengatakan itu, Tristan berlalu tanpa mengindahkan ekspresi Martha yang terpaku dengan wajah pucat pasi.

Sial. Martha pasti benar-benar tamat kali ini.

***

Martha tidak tahu apa yang biasanya orang lain lakukan ketika stres, ketika merasa tertekan atau ketika merasa tubuhnya terlalu lelah. Yang jelas, bagi Martha semua itu bisa diatasi dengan membaca novel di tengah-tengah perpustakaan sekolahnya yang super besar ini. Salah satu yang Martha sukai dari sekolahnya adalah perpustakaan. Perpustakaan sekolahnya mempunyai dua lantai, lantai pertama diisi dengan buku-buku pelajaran atau pun yang berbau edukasi lainnya, sementara di lantai dua berisi novel-novel, dongeng, antologi, kumpulan puisi, pantun, biografi dan masih banyak lagi.

Martha sangat suka melihat jejeran buku di tiap rak-rak berukuran raksasa yang berdiri kokoh seperti menyatu dengan dinding. Kemudian juga rak yang membentuk sekat dan menciptakan lorong di perpustakaan itu. Martha benar-benar tak pernah bosan meski sekarang adalah tahun keduanya menjadi siswi SMA Garuda. Luar biasa.

Untuk itulah, saat merasa sangat capek dengan segala aktifitasnya hari ini, Martha memutuskan berkunjung ke perpustakaan. Sebelumnya, Martha sudah menerima pesan dari Gina. Tentu saja isinya berupa ancaman dan tagihan. Dasar orang kaya, seenaknya saja memerintah. Martha mengabaikan pesan itu, biar saja Gina yang mencarinya sendiri. Lagian, Gina pasti akan puas dengan hasil kerjanya.

Saat sampai di lantai dua perpustakaan, Martha langsung menuju ke rak yang menyediakan novel. Entah novel terjemahan atau novel lawas, Martha tetap menyukainya. Setelah menemukan novel yang ingin dibacanya, Martha membawa diri ke meja panjang yang berada di tengah lorong rak-rak buku itu.

Deja Vu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang