DJV : Bagian 5

367 132 10
                                    

Deja Vu ganti cover. Aw, spesial thanks buat Kak nurfaaza_ yang sudah iseng-iseng coba buat cover Deja Vu dan isengnya tuh bagus banget. Sweet banget pembaca satu ini, aku mau terharu gitu kan tapi lupa caranya gimana.

Ini partnya aku panjangi jugaaa. Oke, stop. Maaf bacot. Janji di akhir part nggak ada Author note ;)

Selamat hari Minggu, selamat membaca. Enjoy!

***

Martha tak tahu mengapa Tristan begitu nekat. Keadaan koridor kelas menjadi ramai hanya karena Tristan mengajaknya mengobrol. Oh, baiklah. Pemuda itu memang sangat jarang berbicara dengan lawan jenis. Selama ini, Eve adalah satu-satunya perempuan yang kelihatan banyak mengobrol dan selalu bisa dekat dengan Tristan. Namun kali ini, justru Martha. Si kutu buku yang kini terpaku seperti orang bodoh, merapatkan tubuhnya ke dinding dan meremas kuat buku di depan dadanya. Gadis itu gugup dan sedikit takut.

"A-aku punya salah?" Bola mata gadis itu tak henti-hentinya berotasi, mencari sosok Gege. Namun, teman sebangkunya itu belum kelihatan sama sekali.

"Gue rasa kita perlu bicara."

Martha memberanikan diri menatap mata Tristan. "Soal apa?"

"Inget buku dongeng di perpustakaan?" tanya Tristan yang segera diangguki Martha. "Lo ambil? Udah nggak ada di perpustakaan."

"Ah, i-iya. Bukunya aku bawa ke rumah."

"Lo harus bawa buku itu besok."

"Bukannya kamu udah sering baca ya?" Sedetik kemudian, Martha merasa sangat tolol karena sudah berani bertanya. Tatapan Tristan kian menajam. "Maaf."

"Itu buku kesayangan Eve." Martha akhirnya mengangguk. Tristan terdiam sebentar, kemudian ia kembali bertanya. "Soal Gina." Tristan mengambil jeda, pemuda itu berdeham. "Lo ngambil foto gue buat dia kan?"

Martha merasa sangat lemas, ia sebenarnya ingin melupakan ingatan soal Gina. Soal apa pun tentang gadis itu, lagi pula semua kenangan tersebut seharusnya tak perlu ia ingat lagi.

Melihat Martha yang terdiam sangat lama, Tristan tak ingin menunggu lagi, pemuda itu berlalu dari sana, mengabaikan tatapan-tatapan orang yang merasa heran.

Martha sadar ia sedang diperhatikan. Gadis itu berusaha abai, ia sedikit menunduk saat berjalan menuju lokernya. Buku yang dari tadi dipegangnya dengan erat, ia simpan ke dalam loker. Kemudian gadis itu mengambil sebuah kamera di sana, ia akan menuju ruang jurnalistik, menyiapkan naskah siaran untuk disiarkan di radio sekolahnya.

Program eskul jurnalistik ini salah satu yang paling terkenal. Layaknya seperti media sosial resmi milik sekolah, radio adalah sarana komunikasi yang klasik dan menyenangkan. Untuk itulah, di setiap malam Minggu akan ada siaran khusus radio Garuda FM. Martha salah satu yang paling sering mengisi acara siaran.

Sesampainya di ruang eskul, Martha terkejut melihat Aliska melemparkan sebuah berkas ke wajah anggota baru jurnalistik. Namanya Rati, siswi kelas sepuluh yang baru dua minggu bergabung di divisi perencanaan naskah dan skenario. Aliska adalah ketua cheers yang rencananya akan menjadi bintang tamu di wawancara radio Garuda FM malam ini.

"Gue nggak suka skripnya. Lo bisa ganti 'kan?"

Rati tergagap saat menjawab, "B-bisa Kak. Tapi aku sudah mengkonfirmasi ke Kak Martha dan udah disetujui kok."

Deja Vu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang