DJV : Bagian 16

308 125 4
                                    

Saat ini keadaan sekolah sedang tidak baik. Semua siswa dibuat terkejut, ada yang bahkan mengaku trauma. Kejadian ini pun tak dapat ditutupi lagi, kabarnya tersiarkan ke seluruh media. Para siswa tak dapat dikendalikan, hingga kabar mengenai perselingkuhan Nana dan Reksa pun terungkap. Dalam sekejap, SMA Garuda menjadi sorotan masyarakat. Meskipun tentu saja tidak semudah itu menjatuhkan imej SMA Garuda yang selama ini selalu melahirkan generasi-generasi terbaik bangsa.

Hal ini juga menjadi luka tersendiri bagi keluarga Reksa, terutama Reno yang harus menerima tatapan aneh dari teman-temannya. Tak sedikit yang menertawakannya, menganggap dirinya hina, sama seperti ayahnya. Lantas, apa yang terjadi dengan Nana? Gadis itu tak pernah lagi muncul di sekolah, seakan ia menghilang ditelan bumi. Bahkan, semenjak malam festival, gadis itu sudah tak terlihat lagi.

Hilangnya Nana menarik perhatian Elka. Annisa sudah mengonfirmasi kabar perselingkuhan Nana dan Reksa, dia juga sudah mengumpulkan bukti rekaman CCTV yang menunjukkan Nana seringkali ke ruangan direktur. Meski hal itu belum sepenuhnya membuktikan perselingkuhan Nana dan Reksa, namun bagi Elka yang melihat profil Nana, memang sangat besar kemungkinan isu ini benar.

"Kamu mencurigai Nana yang membunuh Pak Reksa?" tanya Annisa. Gadis berhijab itu sedang berkutat dengan leptopnya, mencoba mencari tahu lebih dalam perihal nomor asing yang menghubungi Elka.

"Kita patut mencurigai semua orang."

"Aku setuju," timpal Tomi yang datang membawa tiga botol soda.

Elka dan Annisa sekarang berada di apartemen Tomi, mencoba melanjutkan penyelidikan mereka. "Jika isu itu benar, maka Nana adalah terduga paling kuat."

"Tapi, apa Nana harus menelfon Elka dan mengintimidasinya?" tanya Annisa lagi.

Elka masih terdiam, sembari bergantian menatap gambar-gambar yang menunjukan potret mayat Reksa beserta beberapa hasil laporannya. "Bisa saja yang nelfon gue itu orang lain."

"Orang lain yang merupakan perencana pembunuhan ini?"

"Iya."

"Tapi kenapa dia harus gunakan kamu? Kenapa dia harus melakukan itu, seperti nggak ada gunanya juga 'kan?" Tomi terus mengocehkan rasa penasarannya. "Dia bertingkah seperti ini, seakan ingin bermain-main. Jika dia memang Nana, seharusnya dia hanya perlu membunuh Reksa tanpa embel-embel melibatkan kamu. Tingkah dia ini seakan-akan ...." Kalimat Tomi terpotong saat satu pemikiran gila terlintas di otaknya.

Elka dan Annisa saling pandang, kemudian kompak menatap Tomi. "Seakan-akan dia pelaku pembunuhan Gina. Dia tahu gue lagi menyelidiki kasusnya, dia tahu posisi gue di mana, dia tahu gue kebingungan dan dia seneng.

"Itu berarti tewasnya Gina dan Reksa adalah serangkaian pembunuhan yang dilakukan oleh satu orang?" Annisa memastikan. "Ah, kucing!" Gadis itu mengumpat. Annisa selalu seperti itu, tidak menyebut nama binatang yang sering menjadi bahan umpatan. Paling sering dia mengumpat dengan sebutan kucing, kelinci, atau paling parah harimau. Entah harus tertawa atau tegang, Elka dan Tomi jadi terdiam menahan tawa.

"Aku nggak bisa menemukan identitas pengguna nomor itu!" pekik Annisa dengan frustasi. "Nomor ini hanya sekali pakai dan digunakan di ponsel sekali pakai juga. Mengesalkan sekali kenapa kartunya diregistrasi otomatis." Gadis itu geregetan.

"Bagaimana dengan ponselnya? Kamu nggak bisa menemukan tipe ponsel yang dia gunakan?"

Annisa menggeleng lagi. "Aku melacak server panggilan di hp Elka, ini saja sudah cukup susah padahal aku sudah mewanti-wanti panggilan ini dan akhirnya memasang penyadap di hp Elka waktu dia mengadu soal panggilan misterius itu. Kita beruntung punya sedikit informasi bahwa pelakunya hanya menggunakan ponsel sekali pakai. Dan ponsel seperti ini, tidak ada di Indonesia."

Deja Vu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang