DJV : Bagian 27

309 125 55
                                    

Setelah mengambil buku dongeng dari kamarnya, Tristan segera turun dan memberikan buku itu kepada Elka. Jujur saja dia sangat berharap pembuktian yang coba Elka lakukan benar-benar menjauhkan Eve dari segala prasangka soal pembunuhan ini.

Elka mulai membuka lembar buku dongeng tersebut.

Di lembar pertama adalah kertas kosong berwarna hitam mengkilap, ada beberapa deretan kalimat yang ditulis di sana. Elka harus meraba dan menerawang.

"Ini tulisan Eve?"

Tristan mengeryit. "Saya nggak pernah tahu di sana ada tulisan." Elka memperhatikan tulisan itu lebih detail.

Di luar gelap. Di luar sedang hujan. Di luar berbahaya. Di luar sangat berbahaya. Banyak binatang buas. Banyak perangkap. Banyak orang jahat. Banyak orang jahat. Banyak pemburu. Banyak pemburu. Banyak pemburu.

Elka sama sekali tak mengerti. Gadis itu kembali membuka lembaran selanjutnya. Dongeng dimulai dari kisah Putri Salju dan Tujuh Kurcaci. Elka membaca tiap deretan kalimat di sana meski sudah tahu akan seperti apa endingnya. Dongeng selalu penuh dengan misteri, banyak versi dari tiap dongeng yang berubah sesuai dengan masanya. Terlebih lagi karangan Grimm bersaudara ini telah banyak mengalami perubahan. Semula dongeng adalah cerita yang penuh dengan hal-hal magis, mengandung misteri yang kuat, namun seiring dengan berjalannya waktu rangkaian kisahnya menjadi lebih manis.

Elka sampai pada lembar terakhir kisah Putri Salju. Kemudian sebuah catatan pendek tertulis di akhir kalimat.

Hindari pemburu. Hindari pemburu. Hindari pemburu.

"Selain Eve, siapa yang sering baca buku ini?"

Tristan menatap Elka sejenak. "Saya."

"Kamu yang menulis catatan kecil di sini?" Tristan menggeleng. "Kalau begitu berarti Eve?"

"Saya nggak pernah bertanya soal itu, jadi ... saya juga hanya bisa menduga."

Elka kemudian membuka lembar selanjutnya. Dongeng Si Tudung Merah. Elka yakin tak akan ada yang aneh dengan alurnya, gadis itu langsung membuka pada lembar terakhir kisah itu, seperti dugaannya ada catatan kecil di sana.

Menjadi pemburu. Menjadi pemburu. Menjadi pemburu.

Dongeng selanjutnya adalah Cinderella. Seperti sebelumnya, Elka membuka lembaran terakhir kemudian mendapatkan catatan kecil lagi. Tulisannya makin miring dan tiap katanya pasti terulang sebanyak tiga kali.

Jangan. Jangan. Jangan!

Judul dongeng terakhir pada buku itu adalah Hansel dan Gretel. Namun, di lembaran terakhirnya tak ada catatan apa-apa. Elka berulang kali membolak-balikkan lembaran itu, namun nihil. Tak ada satu pun catatan yang tertinggal. Apakah itu berarti hanya sebuah kebetulan saja pada lembaran sebelumnya?

"Apa si pembunuhnya membunuh sesuai dengan dongeng itu?" tanya Tristan. Elka mengangguk saja, itu memang dugaan terbesarnya. "Kalau begitu, catatan yang ditinggalkannya bisa saja berupa tanda bahwa tiap kisahnya sudah dia wujudkan. Artinya kisah Hansel dan Gretel belum terwujud."

Elka mengangkat kepala dan menatap Tristan dengan dua bola mata yang membulat sempurna. Benar juga!

"Kalau korbannya tetap warga di sekolah, sepertinya saya tahu siapa target berikutnya." Tristan menambahkan. "Cessa."

"Si kembar?" Tristan mengangguk mantap.

"Akhir-akhir ini mereka terus terlibat perseteruan. Soal lomba nyanyi solo yang eventnya besar-besaran, mereka jadi perbincangan. Banyak gosip miring yang beredar seakan mereka saling menjatuhkan satu sama lain, tapi akhirnya Cessa terpilih menjadi perwakilan lomba meski kualitasnya jelas dibawah Sena, adiknya."

Deja Vu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang