"Seseorang tidak sabaran," kata Jongin.
Sehun mengangkat bahu, menunggu tangga udara diturunkan. "Aku hanya tidak sabar untuk berada di tanah lagi," katanya. "Turbulensi membuatku pusing."
"Apakah kau yakin itu alasannya? Dan bukan pria seksi yang menunggumu di sana?" Jongin mengendikkan kepalanya ke luar pesawat, menunjuk seseorang yang menunggu mereka di bawah.
Sehun tertawa. "Chanyeol adalah temanku. Kami hanya berteman, Jong. Sudah kubilang, dia juga seorang alpha." Sehun masih merasa sedikit bersalah karena memberi tahu Jongin tentang gender Chanyeol, tetapi dia tahu bahwa Jongin tidak akan pernah mengkhianati kepercayaannya. Mereka sedekat saudara kandung, dan Sehun memercayai Jongin sama seperti dia memercayai dirinya sendiri.
"Begitu?" Jongin berkata, mata hijaunya seperti menonton hiburan yang membosankan. "Itu bukan berarti bahwa alpha tidak pernah bercinta dengan alpha lain."
"Chanyeol tidak menyukai alpha," kata Sehun, berbalik menghaadap Jongin.
"Chanyeol tidak menyukai alpha," ulang Jongin perlahan sebelum tertawa meremehkan perkataan itu. "Kau hanya membuktikan bahwa aku benar, Sehun."
Sehun menatapnya dengan pandangan kesal. "Aku mulai menyesal membawamu bersamaku."
"Seolah-olah kau bisa menghentikanku untuk datang. Sudah cukup buruk aku tidak diundang ke pernikahanmu." Nadanya antara kesal dan terluka. Jongin mengerti akan keadaannya, hanya saja tetap membuat sesuatu di dadanya tidak nyaman.
"Hanya orang tuaku yang hadir, Jongin," ujar Sehun dengan tidak fokus saat tangga udara akhirnya diturunkan. Dia berjalan menuruni tangga, menatap Chanyeol.
Tapi Chanyeol tidak menatapnya. Matanya yang menyipit tertuju pada Jongin, menilai dan agak tidak senang.
"Suamimu adalah aku," kata Sehun tajam, tersenyum ketika dia mendekati Chanyeol.
Chanyeol akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Sehun, lubang hidungnya melebar.
Sebelum Sehun bisa mengatakan apa-apa lagi, Chanyeol menariknya mendekat dan memeluknya, wajahnya mendekati leher Sehun, tapi tidak terlalu menyentuh. Sehun bisa merasakan betapa tegang tubuhnya. Chanyeol mungkin ingin menandainya dengan aromanya, tetapi jelas dia tidak bisa melakukannya di hadapan orang asing. Bagaimanapun, beta tidak menandai orang.
"Halo juga untukmu," kata Sehun sambil terkekeh, kelopak matanya semakin berat saat aroma tanah basah dan ozon yang familiar menyerang indranya. Aromanya kental dan memabukkan, dan dengan cepat mengaburkan pikiran Sehun saat Chanyeol memompa feromonnya.
Dorongan untuk memamerkan leher menjadi tak tertahankan, dan Sehun melawannya dengan semua yang dia miliki. Sial, ini sangat aneh. Ketika dia berada di Luxion, dia mulai meragukan ingatannya, meragukan dirinya sendiri. Tentunya dia tidak dengan patuhnya memamerkan leher ke alpha lain secara teratur, kan? Tapi dia telah melakukannya.
Suara batuk terdengar.
Sehun butuh beberapa saat untuk mengingat bahwa mereka tidak sendirian.
Sambil membuka matanya, dia mundur dari Chanyeol dan berbalik. Dia mengira akan melihat geli di wajah Jongin, tapi alis gelap Jongin berkerut, tatapannya beralih antara Sehun dan Chanyeol. Jongin berbau seperti kebingungan—dan sesuatu yang lain. "Kim Jongin, Adipati Daerah Dumoon," kata Jongin, mengulurkan tangannya ke Chanyeol. "Sepupu Sehun."
Setelah beberapa saat, Chanyeol menjabat tangannya, mata hitamnya seperti membuat lubang pada Jongin. Dia masih memompa feromonnya tanpa henti, dan itu membuat Sehun gelisah. Dia ingin duduk. Dia ingin memulai perkelahian. Dia ingin menelanjangi lehernya. Dia ingin melarikan diri. Sehun menarik napas dalam-dalam, mencoba melepaskan dorongan dan keinginan yang kontradiktif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnatural
FanfictionSebuah planet berperang. Dua alpha dipaksa dalam pernikahan politik. Ketertarikan yang menentang semua alasan dan logika... Atau benarkah begitu? Kerajaan Luxion dan Republik Xourm telah berperang selama beberapa dekade. Perdamaian tidak mungkin ter...