Chapter 21

546 54 5
                                    

Co-trans Parkhea91 💎🐻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Co-trans Parkhea91 💎🐻

"Bu, apakah yang ini dibawa keluar?" Aku bertanya kepadanya tentang panci besar sup ayam yang biasanya laris manis di musim dingin ini.

"Iya bawalah keluar, hati-hati, itu panas."

Perlahan aku meletakkannya di depan rumah, dimana ibuku menjual makanan.

"Kan, ayah membelikan ini untukmu."

Ayah menunjuk kepada sekantong manisan yang untuk mendapatkannya harus mengantri lama dan ayah tahu aku menyukainya.

Setelah menyelesaikan magang dan menyetujui untuk bekerja pada perusahaan mulai bulan depan, sudah dua hari ini aku di rumah. Dua bulan yang lalu aku tidak melihat Phat sama sekali, aku tidak tahu bagaimana keadaannya karena ketika aku mencoba meneleponnya, dia tidak mengangkatnya. Untuk chat pun, dia hanya membaca tetapi tidak membalasnya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi di rumahnya. Aku bertanya banyak hal kepadanya, entah itu tentangnya, atau tentang ibunya. Meskipun aku bukan orang yang sangat baik, aku hanya berpikir jika itu adalah ibuku, aku juga akan menderita seperti Phat. Tapi aku tidak mendapat kabar apapun.

Segera setelah aku menyadari bahwa aku telah berhenti magang, sebulan sebelum bekerja, aku mengemas semuanya ke dalam tasku.

Segera pulang kembali ke ibu, karena tanpa pekerjaan, maka aku akan kembali memikirkannya.

... Aku rindu Phat...

"Maaf," Ibu berkata sebelum memberikan senyum kecil, karena dia tahu.

"Bu, Kan punya sesuatu untuk ditanyakan."

"Pelanggan sudah mulai berdatangan. Kita bicara nanti," kata ibuku. Aku mengangguk setuju sebelum keluar untuk membantu di depan toko. Anehnya, dulu waktu kecil aku benci berada di toko dan tidak bisa kemana-mana. Sepanjang hari, hanya membantu menyiapkan nasi untuk dijual. Tetapi, hari ini aku merasa hal ini cukup menyenangkan.

"P'Kan sudah kembali?" kata seorang gadis di lingkungan itu yang hendak berjalan kaki untuk membeli makanan  bersama ibunya. Aku tersenyum sebelum menyapanya kembali.

"Bagaimana kabarmu? Kelas berapa sekarang?"

"M. 1, Nong Kan, tetapi tidak dewasa sama sekali. Tidak seperti Nong Kan. Semakin tua, semakin tampan." Jawab ibunya.

"Anakku, tentu tampan. Selesai studi, dia sangat hebat langsung mendapatkan pekerjaan." Kata ibu sambil tersenyum lebar. Membuatku berpikir tentang diriku sendiri ketika aku berpikir bahwa aku tidak berharga. Sekarang aku menyadari bahwa aku adalah kebanggaan orang tuaku.

"Mau makan dulu? Sayuran gorengnya enak," tanya ibu sambil sibuk mengikat sekantong kari untuk kerumunan pelanggan.

"Mari kita makan bersama, bu."

[END] Man in Tinder #กันต์และกันย์ [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang