Chapter 31

664 50 4
                                    

Co-translator Parkhea91 🧸🥟

- Virgo POV

Kan itu sangat keras kepala, jika aku menyuruhnya untuk ke kiri, dia akan ke kanan. Jika aku bertanya apa dia lapar, meskipun dia kelaparan sampai mati, dia akan mengatakan dia tidak lapar. Saat aku bertanya apakah dia cemburu padaku, dia tidak memberikan reaksi apa-apa. Aku bahkan tidak tahu bagaimana perasaannya.

Aku adalah anak manja, terutama pada orang yang aku sayang, aku ingin dia berada di dalam kendaliku. Aku ingin dia merindukanku. Aku adalah orang yang pencemburu. Berapa banyak yang telah dia perbuat kepada Phatra, aku ingin lebih, tapi aku tidak pernah membayangkan betapa itu akan menyakitinya. Aku terus membuat orang yang kucintai menangis. Air mata Kan tadi malam membuatku sadar bahwa jika aku mencintainya... aku tidak seharusnya menyakitinya.

Aku selalu bermimpi tentang malam ini, aku pikir jika aku dapat memeluknya lagi, dia tidak akan pergi ke tempat lain. Tapi sekarang aku khawatir jika aku bangun, pria itu tidak akan menatapku lagi.

Aku bangun pagi-pagi sekali karena aku sama sekali tidak bisa tidur. Tubuh telanjang orang yang masih tidur di tempat tidur memiliki bercak merah. Tubuhnya lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Aku meletakkan tanganku di pipi mulus tanpa janggut seperti pria normal. Menggunakan ibu jariku untuk menyapu bulu mata panjangnya. Phat suka menyebut Kan sebagai orang yang cantik. Awalnya aku tidak begitu mengerti, sekarang aku tahu kenapa.

"Maafkan aku," kataku pada orang yang sedang tidur dan menempelkan hidungku ke pipinya dengan ringan. Orang yang seharusnya tertidur perlahan membuka matanya.

Aku selalu bermimpi bahwa jika dia membuka matanya dan melihat wajahku, dia akan tersenyum hingga aku bisa melihat lesung pipitnya yang indah Tapi sekarang dia menghindari pandanganku. Kan mencoba untuk berdiri. Dia mengerutkan kening, mungkin karena seluruh tubuhnya sakit.

"Apakah kamu bisa berdiri?"

Kan tidak menjawab. Tapi dia mencoba berdiri meski kakinya gemetar. Aku sudah katakan, bahwa dia keras kepala.

"Kemari." Aku menggendongnya. Mencoba untuk tidak memaksakan diri untuk menekan bokong yang indah itu sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

"Keluar," katanya dalam suara seraknya.

"Tidak, bagaimana jika kamu pingsan?"
Aku menatap wajahnya yang tidak menyerah.

"Oke, jangan kunci pintunya. Aku akan menunggu di depan kamar mandi. Jika ada masalah, panggil aku."

"Um."

Aku menekan ciuman ke dahi yang panas, sebelum berjalan keluar seperti yang dikatakannya. Sepertinya aku harus mencari obat. Jika tidak, aku harus membawanya ke dokter. Aku mendengar suara shower yang mengenai lantai.

.

.

Ketika kita masih muda, setelah ini apa yang kita lakukan? Kami berpisah dalam perjalanan pulang. Aku selalu meninggalkannya di tempat tidur kelelahan. Aku tidak pernah peduli tentang betapa sakit tubuhnya setelah aku puas.

"Kan, ada apa?" Aku mengetuk pintu saat mendengar suara sesuatu jatuh.

"Jika kamu tidak menjawab, aku akan masuk."

"Botol shampoo jatuh."

Aku menghela nafas dengan marah, bahkan tanpa memahami diriku sendiri.

"Beri aku handuk."

Aku mengambil handukku yang tidak terpakai dan menyerahkannya kepada Kan, bersama dengan celana pendek dan t-shirt. Tempat ini adalah kamar yang telah aku tinggali selama bertahun-tahun. Hanya aku dan asisten rumah tangga yang keluar masuk secara teratur. Aku suka menjaga tempat ini tetap sederhana, Berwarna putih bersih, tapi hanya di kamar tidur yang aku hiasai dengan warna gelap. Karena kamar tempatku dulu tinggal dengan Kan berwarna gelap, ketika aku melihatnya, aku memikirkan Kan.

[END] Man in Tinder #กันต์และกันย์ [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang