Chapter 25

549 54 1
                                    

Co-translator Parkhea91 🔫🍝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Co-translator Parkhea91 🔫🍝

Hari ini adalah hari pra-penjualan proyek kondominium di Sungai Chao Phraya yang aku pimpin. Aku sudah bangun sejak jam 4 pagi. Naik taksi ke venue lebih awal untuk melihat persiapan akhir acara tersebut. Aku sering datang ke acara seperti ini sebagai fasilitator atau koordinator.

Tapi hari ini, aku mengenakan setelan indah yang dibuatkan ibuku dan menyuruh bibiku di pasar untuk membuatkannya untukku. Dan aku tetap berlarian sibuk ketika aku mendengar bahwa semua reporter sudah datang tetapi sistem reservasinya belum siap untuk digunakan. Semua tamu yang diundang hari ini terkenal dan kaya. Saat aku berdiri untuk memperkenalkan proyek baru kepada seorang wanita, sudut mataku melirik ke seseorang yang sudah lama tidak kulihat. Aku tahu bahwa suatu hari nanti aku akan bertemu dengannya di suatu tempat.

Aku sering merindukannya. Aku ingin dia bahagia di suatu tempat yang jauh. Dan hari ini dia terlihat bahagia. Tangannya memegang tangan ramping dan cantik dari seorang wanita yang tampak manis yang tidak jauh darinya. Aku melihat wajahnya sebelum berbalik. Aku menyuruh temanku untuk melanjutkan menjelaskan proyek sebelum berbalik untuk pergi ke kamar mandi.

Dulu aku berharap jika aku bertemu dengannya lagi, kita bisa saling tersenyum. Tapi anehnya aku tidak bisa. Air mata kembali menggenang layaknya aku sedang patah hati, meskipun sudah empat tahun berlalu. Aku membasuh wajahku dengan air dan melihat diriku di cermin lagi. Aku memaksakan senyum meskipun hatiku sekarang mengatakan ingin pulang. Tetapi, hidup harus terus berjalan... sama dengan pekerjaanku sekarang.

(Ayo tebak, siapa yang diundang Virgo?)

Aku tidak tahu apakah aku harus menyalahkan atau berterima kasih karena aku begitu sibuk hari ini. Jadi itu tidak menggangguku. Sebagian besar kesalahan yang dibuat oleh tim acara adalah ketidaktepatan pada waktu. Tetapi itu sudah berlalu dan aku berdiri menunggu taksi pada jam 3 sore. Aku merasa bahwa aku telah bekerja sepanjang hari karena aku sangat lelah, lapar juga, tetapi aku masih harus ke kantor utuk membereskan semuanya.

"Naiklah, ayo pergi bersama."

Aku melihat melalui kaca mobil yang perlahan turun untuk menunjukkan orang yang seharusnya sudah kembali tetapi masih di sini. Aku ingin menolaknya, tetapi aku lapar dan sudah menunggu taksi lebih dari dua puluh menit. Aku masih memiliki pekerjaan untuk ditutup dan dibereskan. Dengan tidak mempunyai alasan untuk menolak, aku naik ke dalam mobil mewah familiar itu.

"Kenapa kamu belum pergi? Semua orang sudah pergi."

"Menunggu untuk melunasi tagihan." Kataku sambil mengangkat ponselku. Aku akan membalas e-mail yang tertunda dari kemarin, tetapi pemilik mobil tampak tidak puas.

"Tunggu, kau akan kehilangan penglihatan. Letakkan ponselmu."

"Ah, baik, khrab."

Aku, berpikir bahwa aku telah membuat keputusan yang salah dengan naik ke mobil ini, meletakkan ponselku di pangkuanku sebelum melihat ke jalan. Aku ingat mobil ini. Lima tahun lalu, aku pernah menaikinya sekali, saat pertama kali kita bertemu. Dia membawaku ke ruangan itu.

[END] Man in Tinder #กันต์และกันย์ [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang