BAB 18

746 14 1
                                    

Laki-laki itu berulang kali terjatuh. Ia berusaha tetap berdiri tegak dan mulai berjalan sambil sempoyongan. Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat ke arah layar. Matanya berkunang-kunang tapi ia bisa melihat bahwa perempuan itu tidak membalas pesannya.

Meskipun ia telah memohon padanya agar ia tidak pergi. Tetapi, ia tetap juga pergi. Mungkin ini adalah akhir dari cerita mereka. Ia harus ikhlas menerima perpisahan ini dan rela terkurung dalam pernikahannya.

Sedangkan gadis yang sedang ia tunggu-tunggu kabarnya sedang berusaha untuk menjauh sejauh mungkin darinya. Shanin melanjutkan study Magisternya di London. Shanin cukup populer di kampusnya. Selain otaknya yang cemerlang, ia juga memiliki kepribadian yang baik dan menyenangkan. Sudah dua bulan ia melanjutkan pendidikan magisternya di London. Ia sudah mulai terbiasa dengan rutinitas barunya.

Sesekali Gian menelfonnya untuk menanyakan kabarnya. Ia tahu kakaknya sedang memantau kehidupannya kini. Ia hampir saja menjatuhkan martabat keluarganya. Shanin sadar dengan apa yang ia lakukan. Bodohnya rasa cintanya lebih besar dari rasa malunya. Ia sangat tidak tahu diri mengharapkan cinta dari pria yang telah beristri.

"Andrea?" ucap Shanin terkejut melihat Andrea berdiri di depan pintu apartemennya. Shanin memeluk Andrea. Ia sangat merindukan Andrea.

Shanin mempersilahkan Andrea masuk ke apartemennya. "Happy?" tanya Andrea pada Shanin. Satu kata yang masih ia cari selama ini. Ia sama sekali tidak merasa bahagia.

Shanin tersenyum simpul. Matanya berkaca-kaca. Tinggal disini bagaikan hukuman baginya. "Apanya yang bahagia?" tanya Shanin sinis.

Andrea mengusap pelan punggung tangan Shanin. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Shanin. Shanin tampak sangat frustasi. Shanin termangu menatap layar ponselnya. Entah sudah berapa ratus pesan yang dikirim kan Azka padanya. Bukan ia tidak pernah membacanya. Shanin selalu membacanya tanpa membalas. Ia tidak mengaktifkan fitur tanda telah dibaca pada aplikasi pesannya.

Shanin tahu Azka kini sedang tersiksa karenanya. Ia pun sama tersiksanya. Dosa apa? Kutukan apa yang telah menimpanya? Ia masih terus bertanya - tanya pada sang pemilik hati dan seisi dunia ini.

Kehidupannya berjalan sesuai rencana Gian. Ia sama sekali tidak boleh menjatuhkan martabat keluarganya. Andrea menghidangkan cokelat panas di hadapan Shanin. Shanin menyeruputnya pelan. Ia bersyukur mempunyai Andrea. Ia akan membiarkan Shanin tenggelam dalam pikirannya tanpa bertanya sepatah kata pun. Shanin bisa seperti ini seharian. termenung sambil menatap ponselnya. Atau sesekali pandangannya jauh ke arah jendela. Bahkan ketika ia berbaring di tempat tidur pandangannya menerawang ke langit-langit.

Shanin akan kembali memasang topeng terbaiknya ketika keluar dari apartemen ini. Bertemu teman-temannya, berbelanja, makan makanan enak, dan pergi ke pub untuk menghilangkan sesak di dadanya. Sesekali Abi datang mengunjunginya. Abi teman yang sangat menghibur.

Minggu lalu Abi membawakannya rendang. Shanin tersenyum senang menyantap nasi dan rendang. Ia sudah rindu pada tanah airnya. Lebih tepatnya rindu pada seseorang yang ada disana. Sang pemilik hati. Separuh dirinya tinggal disana.

" Apakah dia bahagia?" tanya Shanin pada Andrea. Jelas ia tahu jawabannya tetapi, ia masih menanyakan itu pada Andrea.

"Tidak, keadaannya buruk. Ia sudah dua kali dilarikan ke rumah sakit karena maag akut," jawab Andrea menghela nafas.

"Masih sering neror kamu buat nanyain kabar aku?"

"Masih, kadang dia berdiri di depan kantorku berjam-jam. Padahal aku sedang ke luar kota dengan Gian. Kamu bagaimana?" tanya Andrea menanyakan kabar Shanin. Ia tidak terlalu peduli dengan keadaan Azka. Shanin lah yang harus dikhawatirkannya.

"Apa keadaanku masih penting?" Shanin  berbalik bertanya.

Andrea tersenyum simpul. Ia tidak ingin memancing pertengkaran dengan Shanin. Sudah delapan bulan ia tinggal disini tanpa masalah. Tugasnya adalah memastikan Shanin nyaman tinggal di London tanpa ada masalah.

"Satu hari aja, ndre. Satu hari aja aku pulang dan melihat Azka. Aku rindu," kata Shanin memelas.

Andrea hanya diam. Wajahnya kaku. Tugasnya adalah memastikan Shanin nyaman dan tetap disini. Ia tidak boleh pulang ke Indonesia. Masa depannya bisa hancur hanya karena cinta sesaatnya pada Azka.

Shanin menangis tergugu, ia sudah lama merasakan sesak di dadanya. Hatinya sakit, ada beban berat yang menghimpit di dadanya. Ia diasingkan jauh dari keluarganya. Jauh dari orang yang ia cintai.

Baru kali ini ia merasakan cinta yang sangat besar, dan juga menerima cinta yang sangat besar dari seseorang. Ia merasa dicintai dengan sangat oleh Azka. Ia rindu cara Azka memandang dirinya, membelai rambutnya, dan semua perlakuan Azka yang sangat lembut padanya.

Azka sempurna di mata Shanin. Hanya istrinya yang membuat nilai sempurna Azka menjadi cacat. Mencintai Azka adalah dosa besar. Ia bisa menarik jatuh seluruh keluarganya ke bawah bersamanya.

Pelakor adalah isu yang berat di Indonesia. Semua yang menjadi pelakor akan dicaci habis - habisan. Gian, kakaknya dengan cepat mengambil tindakan untuknya.

Shanin kini adalah badut yang bersandiwara bahagia, ceria, dan berbuat seolah ia tidak apa - apa. Namun, ketika ia di rumah ia lepaskan topeng badut itu. Ia hanyalah wanita yang sedang jatuh cinta. Disiksa cinta dan rindu.

Mau ke ujung dunia pun ia pergi, ia tidak akan bisa melupakan Azka. Balasan atas dosa - dosanya. Telah banyak hati yang ia lukai. Telah banyak perempuan yang menangis karenanya.

Shanin tertidur setelah menangis setengah hari. Ia kelelahan, Jika, orang - orang bilang ia terlalu berlebihan karena dipaksa putus cinta. Orang - orang itu lah yang belum pernah merasakan cinta. Cinta kadang menguatkan tetapi, tak jarang cinta jugalah yang melemahkan manusia.

Andrea masih duduk di kursi itu. Ia membiarkan Shanin menangis, tidak ada pula hak nya untuk memeluk perempuan itu. Ia adalah adik boss nya. Gian dan Andrea memang bersahabat saat masih sekolah tetapi, Gian tetaplah atasannya.

Shanin adalah satu - satunya perempuan yang berhasil merebut hatinya. Ia tahu perasaan itu seharusnya tidak boleh. Bagaimana pula ia bisa bersama tuan putri dari versace group.

Andrea cukup sadar diri. Menatap wajah Shanin yang sedang terlelap sudah membuatnya bahagia. Jika Shanin terjaga ia sama sekali tidak berani menatap lama mata indah itu. Mata itu kini sendu, tidak bersinar seperti dulu. Andrea juga sakit melihat Shanin seperti ini. Sekaligus lega, ia tahu sepak terjang Azka Waldermar. Ia seorang pecundang yang sengaja menikahi istrinya untuk memperoleh kesuksesannya. Dibandingkan temannya yang lain ia cukup melejit kini.

Di otaknya hanya ada uang dan kekuasaan. Tetapi, entah sejak kapan pula Azka kini tertarik dengan perempuan. Setahu Andrea ia tidak senang main perempuan seperti teman - temannya yang lain.

Azka kini jatuh sakit, dan Andrea tahu itu. Andrea masih terus memantau kehidupan Azka. Ia takut kalau Azka berhasil menemukan Shanin. Setidaknya jika ia tidak bisa memiliki Shanin, Shanin harus bersama orang yang tepat. Bukan dengan orang yang bisa menghancurkan hidupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang