BAB 5

6K 122 0
                                    

Perempuan berambut cokelat itu menyeruput vanilla latte-nya dengan tenang. Ia tidak peduli dengan banyaknya pasang mata yang sedang memperhatikannya. Ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian orang-orang. Cafe dimana ia duduk sekarang terasa nyaman. Suasananya hangat dan ada sedikit sentuhan klasik. Richard meminta Shanin untuk bertemu disini. Sekarang ia tengah menunggu Richard yang sedari tadi mengabarinya bahwa ia sudah di jalan.

"Hai, udah lama?" tanya sang pemilik suara yang sedari tadi tengah Shanin tunggu.

"Nope, aku baru aja nyampe kok." kata Shanin sambil tersenyum.

"Sorry, tadi ada urusan sebentar. Kakakku nebeng dan harus nganterin dia ke suatu tempat yang nggak jauh dari sini." kata Richard mencoba menjelaskan alasan keterlambatannya.

Shanin tertawa kecil, ia sudah maklum jika Richard terlambat, tetapi ekspresi wajah Richard sangat menyesal dan hal itu tampak lucu bagi Shanin. Mereka sudah berteman lama, tetapi Richard masih tampak segan-segan padanya. Obrolan mereka baru berlangsung seru ketika Shanin menceritakan satu cerita lucu saat ia bersekolah di Prancis.

"Aku pernah nggak masuk kuliah cuma karena gatau cara berhentiin busnya. Akhirnya aku balik lagi ke tempat dimana busnya jemput aku pertama kali." kata Shanin sambil tertawa.

"Ya ampun, Sha. Aku kira kamu udah berubah jadi lebih pintar ketika di terima sekolah di Prancis." kata Richard sambil tertawa.

"Aku masih sama kaya yang dulu, chard. Aku nggak ngerti kalau kamu sekarang memandang aku sebagai orang yang berbeda."

"Sekarang aku ngelihat kamu sebagai chef yang sukses. Seorang model yang cantik dan juga berwibawa. Udah cewek bangetlah sekarang. Tapi, masih bisa taekwondo kan?" tanya Richard penasaran. Mereka dulu sama-sama belajar taekwondo. Shanin satu-satunya teman Richard yang sebaya dengannya dulu. Ya, karena Richard mengikuti kakakknya untuk ikut belajar taekwondo. Semuanya lebih besar dari Richard kecuali Shanin.

"Udah enggak. Kan dulu aku keluar karena sakit-sakitan karena latihannya berat banget. Setelah itu aku ikut les melukis."

"Jago dong sekarang. Kapan-kapan buatin aku lukisan, ya?" 

"Siap, asal harganya cocok ya." kata Shanin sambil tertawa diikuti dengan derai tawa Richard.

Shanin memandang ke arah pintu masuk. Matanya bertemu dengan mata laki-laki itu. Ia bertemu lagi dengan laki-laki itu. Kali ini dia datang bersama kakaknya Richard, Ryo. Laki-laki itu baru saja masuk  dan mengikuti langkah Ryo menuju panggung kecil yang disediakan untuk bernyanyi. 

Ryo mulai mengambil gitar yang sudah disediakan di panggung kecil tersebut. Sedangkan laki-laki tersebut mulai mengambil mic dan mengeceknya. Mereka membawakan lagu lama. Lagu itu pertama kali keluar saat Shanin duduk di bangku sekolah menengah pertama. Black Out judulnya 'Resiko orang cantik'. Laki-laki itu bernyanyi sambil menatap lurus ke arah Shanin. Shanin tidak ingin besar kepala mengsalah artikan pandangan laki-laki itu. Ia menunduk menatap mie rebus yang baru saja tiba di hadapannya. Lalu ia mulai menyantap makanannya. Suara laki-laki tersebut terdengar sangat nyaman masuk ke telinga Shanin. 

"Cafe ini punya Azka. Makanya aku ngajak kamu kesini." kata Richard. Mata Shanin seketika membesar. 

"Emangnya kenapa kalau cafe ini punya Azka?" tanya Shanin penasaran.

"Biar kita bisa makan gratis, hehe." kekeh Richard. 

Shanin ikut tertawa mendengar alasan Richard. Setahu Shanin Richard lebih kompetitif dan perhitungan dibandingkan kakaknya. Itu lah yang membuat Shanin bingung karena Ryo yang memegang manajemen perusahaan, sedangkan Richard hanya menjadi pilot di perusahaan ayahnya. Mereka bercerita tentang masa kecil mereka. Keluarga mereka sudah akrab dari mereka masih di dalam kandungan. Hal lain yang membuat Shanin betah berteman dengan Richard adalah karena Richard satu-satunya teman laki-lakinya yang tidak pernah menyimpan rasa padanya. Ia memang menganggap Shanin sebagai sahabat, bahkan lebih seperti adiknya. Jadwal belajar dan kegiatan mereka yang padat membuat mereka sedikit berjarak akhir-akhir ini. 

An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang