BAB 12

3.2K 74 0
                                    

Azka POV

Perempuan itu telah terlelap. Aku mengenakan kembali bajuku yang berserakan di lantai. Mengecup pelan dahi dan bibir perempuan cantik yang sedang terlelap itu. Lalu memastikan sekali lagi gadis cantikku benar - benar terlelap. Aku membuka pintu dengan pelan, berjalan dengan sedikit berjinjit meninggalkannya seorang diri di dalam apartemenku.

Hari sudah semakin larut. Udara penghujung malam menusuk kulitku. Aku dengan cepat menyalakan mesin mobilku. Mengendarai mobil menuju rumah itu. Kali ini aku tidak menyebutnya dengan kata 'pulang'. Bagiku pulang adalah jalanku menuju Shanin. Pulang tidak harus tentang rumah. Pulang bisa jadi kata yang disematkan untuk seseorang yang dapat membuatmu nyaman untuk melepaskan gelisah dan penat karena kejamnya dunia. Hampir setiap malam aku habiskan bersama Shanin. Bianca tidak pernah curiga sekalipun karena biasanya aku juga pulang dini hari karena menghabiskan malamku di basecamp kami.  

Aku memasuki kamarku dengan Bianca dan tidur disebelahnya. Rasanya ada perasaan aneh di dadaku. Bianca seperti orang asing bagiku. Kullitku seperti enggan bersentuhan dengan kulitnya. Seperti sedang melakukan sebuah dosa. Aku seperti sudah gila tidak bisa membedakan yang mana yang halal dan haram. 

****


Aku terbangun oleh suara gaduh yang berasal dari lantai bawah. Saat kulihat semua orang sedang sibuk melakukan dekorasi memindahkan meja bahkan menukar kain gorden. Aku bertanya - tanya pesta apa yang akan dilaksanakan disini.

Aku mencegat salah satu orang yang bertugas mendekorasi. "Kenapa kalian disini?" tanyaku penasaran.

"Kami bertugas untuk mendekorasi rumah ini, Pak. Untuk pesta anniversary pernikahan." jawabnya sopan.

Oh, sudah dua tahun saja rupanya. Sudah dua tahun aku menikahi perempuan itu. Perempuan yang sama sekali tidak aku cintai. Dia senang mengadakan pesta di rumah. Rasanya baru kemarin ia mengadakan pesta ulang tahun. Aku kembali ke kamar dan mulai merebahkan tubuhku lagi di tempat tidur. Pasti banyak tamu yang datang nanti malam. Aku penasaran apakah Shanin juga diundang?

Aku kembali ke dalam kamarku lalu memilih kemeja yang akan aku pakai ke kantor. Lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Sungguh aku tidak peduli dengan pesta apa yang akan dipersiapkan oleh Bianca. Hari ini aku akan tetap ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaanku. Aku menyalakan pancuran air dan mulai membersihkan badanku. Sungguh aku sudah tidak peduli lagi pada Bianca.

Hanya satu tahun. Aku hanya perlu bertahan satu tahun lagi. Saat ini perusahaanku sedang melakukan ekspansi keluar negeri. Jika kami bercerai sekarang akan mempengaruhi harga saham dan dana investor yang masuk. Sejak awal aku sudah berniat menikah untuk bercerai. Ayahnya cukup membantu perusahaan saat itu. 

Aku sudah selesai bersiap - siap dan berjalan menuju dapur untuk dibuatkan sarapan oleh asisten rumah tanggaku. Tiba - tiba Ibuku memasuki rumah kami dan menghampiriku. "Mau kemana kamu?" tanya Ibuku heran.

"Mau ke kantor, mi." jawabku santai.

"Kamu gila ya? Hari ini kan peringatan anniversary pernikahan kalian. Banyak tamu penting yang diundang hadir. Seharusnya kamu tetap di rumah membantu istrimu mempersiapkan pestanya." kata ibuku dengan nada kesal.

"Kan udah ada event organizer yang bantu. Aku ada kerjaan, mi." kataku kesal. 

Ibuku memukul pundakku dengan keras. Sepertinya ia sangat kesal padaku. "Bisakan setidaknya kamu pura - pura membantu. Apa kata karyawan kamu di kantor kalau kamu tetap bekerja di hari ulang tahun pernikahanmu? Jangan buat masalah, Azka!" kata ibuku berbisik tajam.

Aku membuka jasku kasar dan melemparnya ke atas meja makan dengan kasar. Aku melonggarkan ikatan dasiku dan berjalan dengan menghentakkan kakiku kembali menuju kamar. Ya Tuhan aku sudah muak menjadi boneka yang harus menjaga citraku demi perusahaan sialan itu. Aku benci semua hal tentang pernikahan bodoh ini. 

An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang