BAB 7

4.4K 87 0
                                    

Shanin POV

Aku memasukkan barang - barang yang aku perlukan ke dalam tas. Hari ini aku ada pemotretan untuk clothing brand yang baru saja akan launching bulan ini. Sebagian pemotretan outdoor telah dilaksanakan minggu lalu. Hari ini hanya tinggal pemotretan di dalam ruangan.  Aku sudah melihat beberapa model pakaiannya. Sepertinya aku suka beberapa model gaunnya.

Aku menungggu orang yang akan menjemputku di lobby apartemen. Bianca mengirimkanku supir untuk menjemputku dan mengantarkanku ke lokasi pemotretan. Bianca adalah pemilik clothing brand tersebut. Bianca adalah seseorang yang ramah dan ceria. Ia juga tahu bagaimana cara menghargai seseorang. 

Sebuah mobil sedan mewah memasuki lobby. Seorang lelaki muda keluar dari mobil dan menghampiriku. "Chef Shanin?" tanya nya memastikan.

"Ya, saya." kataku sambil bangun dari dudukku.

"Saya diutus Ibu Bianca untuk menjemput Chef Shanin."

"Oh, oke." kataku sambil mengikuti lelaki itu ke dalam mobil. Ia membukakan pintu belakang mobil. Aku duduk dengan nyaman di dalam mobil mewah tersebut. Perjalananku lancar tanpa hambatan. Sepanjang perjalanan aku hanya diam, tenggelam dalam pikiranku. 

"Saya suka melihat chef memasak di TV." kata lelaki itu memulai obrolan.

"Rasanya saya baru tiga kali memasak di TV." kataku sambil tersenyum ke arah kaca spion depan. 

"Saya menonton ketiga - tiganya. Teknik memasak chef sangat simpel dan mudah dipraktekkan." katanya memujiku.

"Terima kasih. Saya senang kalau ilmu saya dapat berguna." kataku padanya.

Aku sempat demo memasak di TV sebanyak tiga kali. Untuk membuat hidangan hari raya dan dua lainnya diundang di acara penjurian kompetisi memasak. Nama laki - laki ini adalah Randi. Ia sudah dua tahun menjadi supir Bianca, dari semenjak Bianca menikah dengan suaminya. Randi merangkap menjadi supir pribadi dan juga asisten pribadi Bianca. Ia lulusan S1 Manajemen Universitas di dalam negeri.

Sampai akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Aku turun dari mobil. Membawa tas yang berisi perlengkapanku. Aku memasuki studio yang telah ditata sedemikan rupa. Bianca seperti sudah menungguku dan menyambutku dengan senyuman.

"Halo Chef. Apa kabar?" katanya berbasa - basi menanyakan kabar padaku.

"Baik, anda sendiri bagaimana?" aku menanyakan kabarnya kembali.

"Sangat baik, apalagi hari ini pemotretan terakhir. Rasanya tidak sabar menunggu clothing brandku launching." katanya bersemangat.

"Langsung mulai?" tanyaku memastikan. Aku tidak ingin membuang - buang waktuku yang berharga. Nanti malam aku sudah harus terbang ke Jepang ada festival daging yang hanya diadakan sekali setahun.

"Oh, tentu. Chef bisa mengikuti staff makeup untuk di makeup. Aku ingin makeup kali ini agak bold." kata Bianca dan staff nya mulai mendandaniku. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang