BAB 3

7.1K 126 1
                                    

"Hai." sapa Shanin sedikit malu-malu. Pria itu terperangah melihat sosok Shanin. Shanin jauh berkali-kali lipat lebih cantik dilihat langsung dibandingkan di foto. Abi masih mengenakan seragamnya tampak jelas ia langsung kesini selesai mendarat.

"Halo, aku Abi." kata Abi dengan cepat menguasai dirinya yang masih mengagumi sosok Shanin.

"Gimana penerbangannya? Lancar?" tanya Shanin berbasa-basi.

"Lancar, aku akan kembali terbang jam 9 pagi nanti. Maaf membangunkan kamu pagi-pagi sekali." katanya dengan wajah menyesal.

"Enggak apa-apa. Aku suka bangun pagi. Mau sarapan dulu?"

"Boleh, kamu yang pilihin ya." pintanya.

"Oke, nggak ada alergi sesuatu kan?"

"Nope. Bebas mau makan apa aja."

"Espresso Macchiato and Panino for two, please." kata Shanin pada pelayan yang melayani mereka.

"Great, aku butuh kopi sepertinya." kata Abi memuji.

"Di Itali harus ada kopi di setiap sarapannya, karena kita lagi di Itali kayanya nggak apa-apa mencoba sarapan seperti orang  Itali." kata Shanin menjelaskan yang hanya dibalas anggukan oleh Abi.

Percakapan mereka berjalan lancar, Abi adalah teman bicara yang menyenangkan. Dia tipe lelaki yang serius. Kebanyakan obrolannya sangat berat. Untungnya Shanin dapat mengimbanginya. Shanin suka cara Abi merapikan mejanya setelah selesai makan. Bahkan ia memungut remahan roti yang tidak sengaja berceceran di taplak meja. Abi sepertinya tipe pria yang perfeksionis. 

"Sayang sekali kita hanya bisa mengobrol sebentar. Kapan-kapan boleh aku mencoba masakan kamu?"

"Of course, dengan senang hati. Atur aja waktunya, aku bisa kapan aja. Everthing is Saturday for me." kata Shanin sambil tersenyum.

"Semoga kamu bisa cepat-cepat menemukan tempat kerja yang baru ya." kata Abi mendoakan dengan tulus. Shanin hanya tersenyum.  Abi seperti mendorong Shanin untuk dapat bekerja kembali. Abi memang teman bicara yang menyenangkan, wawasannya luas, ia tahu apa keinginannya dan apa yang harus dilakukannya. Wajar saja karirnya melesat cepat di umurnya yang masih terbilang muda. 

Shanin memasuki kamarnya dan bersiap untuk mandi. Ia ada acara siang ini. Acara launching produk baru dari brand yang mengundangnya untuk datang ke Milan. Sebelum mandi ia menyiapkan pakaian yang akan dipakainya. Serta kalung berlian dari brand yang mengundangnya. Shanin memang tidak berkesempatan untuk catwalk tetapi ia tetap ingin terlihat memukau. 

Dia adalah dewi yang haus akan perhatian. Ia suka menjadi pusat perhatian orang. Shanin selalu berdandan simpel dan classy. Tanpa membutuhkan usaha yang besar pun ia sudah menjadi pusat perhatian orang-orang. Mungkin karena tidak ada pria di sampingnya. Membuat orang-orang tertarik padanya. Ia selalu sendirian, tanpa teman dan kekasih. Bahkan ia seperti menolak untuk dekat dengan orang. 

Selesai mandi ia mulai berpakaian dan menyapukan beberapa sentuhan makeup. Memakai baju berwarna merah di siang hari, tentu saja menarik perhatian orang-orang. Dia adalah perempuan cantik yang paham akan kecantikan dan kelebihannya.

 Dia adalah perempuan cantik yang paham akan kecantikan dan kelebihannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang