BAB 15

2.6K 75 4
                                    

Author POV

Azka terbangun dari tidurnya sebuah kue dan lilin yang menyala hadir di hadapannya saat ia membuka matanya. Bianca sedang memegang kue tersebut dengan senyum yang merekah.

"Happy birthday hubby," ucapnya sambil mengecup pipi Azka. Tangannya yang lain sibuk mengabadikan momen mereka berdua menggunakan ponselnya. 

"Terima kasih," ucap Azka lirih. Matanya masih mengantuk, dengan cepat ia meniup lilinnya dan kembali berbaring untuk tidur kembali. 

Bianca tampak sedikit kecewa pada tingkah laku Azka. Tidak ada kecupan balik atau suapan potongan kue pertama untuknya. Ia mencoba berbesar hati mengira bahwa Azka sangat lelah setelah berkerja seharian. Bianca meletakkan kue di kulkas. Hari ulang tahun Azka sebenarnya akan lewat dalam hitungan beberapa menit lagi. Tepatnya pukul 12.00 dini hari tadi ia berulang tahun. Tetapi, Bianca masih dalam perjalanan dari New York. Ia baru saja pulang berlibur bersama teman - temannya. Ia sedikit merasa bersalah pada Azka karena meninggalkannya sendirian di hari ulang tahunnya.

Azka bukan tipe laki - laki manja yang selalu harus dilayani dan diurus seperti suami teman - temannya yang lain. Ia melakukan segala hal sendiri, bahkan ia bisa memasak makanannya sendiri. Azka tipe laki - laki mandiri yang berjiwa bebas. Hampir setiap bulan ia pergi menaiki gunung dan setiap akhir pekan ia akan bersepeda dari subuh. Kadang ia bisa bersikap romantis, menyanyikan beberapa lagu dengan gitarnya. 

Bianca membaringkan tubuhnya di sebelah Azka. Menatap punggung Azka yang tampak kokoh. Ia mengusap punggung Azka pelan. Ia selalu ingin menyentuh Azka yang sedang terlelap. Tetapi, laki - laki itu hampir tidak pernah memeluknya ketika tertidur. Ia selalu membelakangi Bianca. Azka terasa sangat jauh dan dingin. Ia seperti memasang tembok pembatas di antara mereka.

Bianca sudah terlelap dalam tidurnya. Azka beringsut pelan bangun dari tempat tidur. Hampir tanpa suara. Ia tidak ingin membangunkan Bianca. Ia segera berjinjit pelan menuju pintu kamarnya dan keluar dari kamar. Dompet serta kunci mobilnya sudah berada dalam genggamannya. Persetan dengan celana pendek dan baju kaos yang ia kenakan. Ia sudah tidak peduli lagi karena kekasih dan teman - temannya sudah menunggunya di base camp.

Teman - temannya juga baru merayakan ulang tahunnya hari ini. Kemarin adalah hari khusus untuk dirayakan bersama Shanin. Shanin berada di sampingnya tepat saat umurnya genap 27 tahun. Azka menyalakan mobilnya dan melajukan mobilnya menuju tempat dimana teman - temannya menunggu.

Jalanan tampak sepi sehingga ia mempercepat laju mobilnya. Saat tiba di bangunan yang sekarang sudah menjadi cafe itu, sudah banyak mobil yang terparkir. Kursi - kursi sudah disusun rapi dan lampu cafe telah mati. Tidak ada orang yang tersisa di lantai bawah. Ia manaiki tangga menuju basecamp mereka. Saat membuka pintu ia dikejutkan dengan letusan suara balon dan nyanyian lagu selamat ulang tahun. Ia sudah menduganya tetapi, tidak menyangka kalau akan sebanyak ini orang yang ikut merayakan ulang tahunnya.

Semua sahabatnya hadir, kecuali satu. Raya, yang sampai sekarang tidak ada yang tahu dimana keberadaannya. Salah satu korban dari perjodohan orangtua. Rumah tangganya juga hancur. Marchell membawa kekasihnya Mikaila, dan Ryo membawa Zoya. Sepupu Ryo yang baru - baru ini bercerai. Tentu juga akibat perjodohan. Sedangkan Farel masih senang sendiri. Ia memeluk Azkalalu melemparkan sekotak hadiah padaku. Azka menangkap kotak tersebut. 

Isinya sebuah kunci mobil. "Thanks bro," kata Azka berterima kasih pada Farel. Ia tersenyum sumringah karena ini adalah mobil yang ia ingin punya sejak sebulan yang lalu. Mungkin Farel pernah melihatnya memandang gambar mobil ini di ponselnya. Sedangkan Ryo menghadiahinya dua tiket liburan ke Dubai, lengkap dengan tiket penginapannya. Lalu Marchell menyodorkan kotak hadiah yang paling besar diantara semuanya. 

An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang