BAB 4

6.1K 108 0
                                    

Shanin memasuki ruangan tersebut sambil menggandeng lengan ayahnya. Ini pertama kalinya ia ikut menghadiri pertemuan seperti ini. Ia datang untuk menggantikan ibunya yang sedang mengunjungi neneknya di Kanada.

Hari ini adalah ulang tahun maskapai penerbangan yang dimiliki oleh teman ayahnya, Eagle Air. Ia cukup mengenal Richard, teman masa kecilnya dulu yang merupakan anak dari pemilik Eagle Air. Richard adalah seorang pilot di perusahaan maskapai ayahnya sendiri.

Semua mata tertuju kepada Shanin, putri bungsu Versace corp. Akhirnya ia menampakkan diri. Banyak orang yang penasaran akan dirinya. Namanya cukup terkenal tetapi, ia tidak pernah muncul di pertemuan-pertemuan seperti ini.

"Akhirnya ia muncul ke permukaan." bisik wanita bargaun hijau emerald membicarakan Shanin pada sahabatnya.

"Seperti rumornya. Dia memang cantik. Wajar kalau ia cantik, dengan uang sebanyak itu ia pasti tidak pernah memikirkan tagihan kartu kredit."

"Gue pernah melihat wajahnya di mall. Sepertinya dia seorang model."

"Tapi, kabarnya dia chef lulusan Prancis."

"Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi. Nanti dia juga akan menikah dengan pilihan orangtuanya seperti kita." cemooh salah satu wanita yang sedang bergosip itu.

Nayla yang sedang duduk dibelakang dua wanita itu mendengarkan dengan seksama. Ia kesini dengan Abi, suaminya. Ya, akhirnya ia menikah dengan Abi. Jangan sampai Abi bertemu kembali dengan Shanin. Perempuan matre yang ternyata seorang putri konglomerat. Nayla kesal mengapa Shanin berpura-pura bagaikan seorang pengemis yang meminta uang seratus juta padanya. Seratus juta mungkin hanya untuk membeli alas kaki baginya.

Sedangkan perempuan yang sedang menjadi bahan pembicaraan tersebut sedang perjalan menuju Richard. Ia menemui Richard untuk bertukar kabar. Ia lelah mengikuti ayahnya dan memilih untuk duduk bersama Richard. "Hello. Long time no see." sapa Richard saat Shanin menghampirinya.

"Hai, apa kabar?" tanya Shanin.

"Haha, kabar baik." jawab Richard sambil tertawa. Agak aneh mendengar teman kecilnya menanyakan kabarnya setelah sekian lama.

"Tumben mau ikut?" tanya Richard memasang ekspresi heran.

"Yaah, nggak ada pilihan lain. Mommy gue lagi di Kanada. Gian juga lagi di Jepang liburan dengan keluarganya." kata Shanin terdengar pasrah.

"Duduk disini aja. Take your time." ujar Richard yang seakan mengerti Shanin yang enggan menyapa orang banyak. Ia tahu Shanin tidak suka keramaian dari dulu.

Shanin menikmati pesta dengan memakan beberapa makanan. Richard dengan sukarela mau mengambilkan makanan untuknya. Tiba-tiba mata Shanin menangkap sosok itu lagi. Pria yang ia temui di Milan. Ia ada disini sekarang. Sedang mengobrol dengan kakaknya Richard, Ryo.

"Eh, chard. Itu yang lagi ngobrol sama kakak lo siapa sih?" tanya Shanin penasaran.

"Oh, itu sahabat kakak gue, Azka Waldermar." jawab Richard.

Shanin hanya mengangguk-angguk paham. Ketika sedang asik memperhatikan pria tersebut tiba-tiba seseorang menghampirinya.

"Hai, Sha. Apa kabar?"

Shanin menoleh ke arah sumber suara. Orang itu adalah Abi. Pria yang beberapa waktu lalu menjalin hubungan dengan Shanin. "Hai, bi. Baik, kamu gimana?" tanya Shanin balik.

"So bad." kata Abi sambil menatap nanar ke arah Shanin. Ia masih belum bisa melupakan perempuan tersebut. Perempuan yang ingin ia habiskan sisa hidupnya bersamanya.

"Elo kenal Shanin?" tanya Richard antusias.

"Yah, kami ketemu di Milan." kata Abi menjelaskan.

An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang