BAB 6

5.1K 108 0
                                    

Tujuh tahun yang lalu

Azka POV
Aku berjalan menyusuri pantai menikmati semilir angin yang menyejukkan. Kaki telanjangku menginjak pasir dengan nyaman. Hari ini adalah hari peringatan kematian papi. Aku pergi ke kota ini untuk melihat makam papi. Hatiku sedikit sedih. Rasa sedihnya sudah tidak sebanyak dahulu saat tiga tahun yang lalu papi meninggalkan kami untuk selamanya.

Aku mencoba menghibur diriku dengan memasuki sebuah kedai es krim. Aku suka sekali dengan es krim karena bisa menaikkan moodku. Rasanya setelah makan es krim dunia terasa lebih ramah. Kedai es krim ini ramai dan penuh sesak. Karena kedai ini memang terkenal dengan gelato es krimnya. Selain itu kita dapat menikmati sunset dari dalam kedai ini. Banyak pasangan kekasih yang mengantri untuk bisa makan es krim disini. Mejanya sudah diatur hanya untuk dua orang.

Aku terpaksa harus berbagi tempat duduk dengan seorang gadis yang sedang duduk di hadapanku. Ia tersenyum memamerkan giginya yang rapi. Sebuah senyum basa-basi yang indah. Sejenak aku terpana melihatnya, lalu buru-buru membalas senyumannya. Aku terlalu malu untuk memulai percakapan. Kami hanya hening menikmati suara deburan ombak serta matahari yang mulai kembali ke peraduannya.

Hari ini akan aku kenang selamanya. Sunset terindah seumur hidupku ditemani gadis cantik dengan mata bulat yang bersinar. Aku mengutuk diriku yang tidak berani meminta nomor ponselnya. Setidaknya hatiku sedikit membaik setelah disenyumi gadis cantik ini.

Matahari hari sudah tenggelam sempurna. Sebuah tangan kekar menarik perlahan tangan gadis di hadapanku. Aku memandang wajah pria itu. Pria itu tersenyum kepadaku. Lalu aku membalas senyumannya. Ia ternyata kakak tingkatku di kampus. Apakah dia adalah pacarnya? Aku hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati tanpa berani untuk bertanya langsung.

Perempuan itu dibawa pergi. Aku hanya bisa memandanginya dari jauh. Rambut cokelatnya yang terurai bergerak-gerak tertiup angin pantai. Semoga istriku kelak secantik dia. Kalau bisa dialah yang jadi istriku, doaku dalam hati. Setidaknya hari ini tidak seburuk tahun lalu. Aku bersyukur. Tuhan, terima kasih.

Flashback end

Author POV

Perempuan itu melai meletakkan wajannya ke atas kompor dan mulai menyalakan kompornya lalu memasukkan bahan utamanya ke dalam wajan. Chef cantik itu sedang memasak Foie Gras, terbuat dari bahan utama hati angsa. Semua mata terpana dengan kelincahan tangannya yang sibuk memasak hidangan utama. Semua orang bertepuk tangan untuknya ketika semua hidangan sudah selesai ia masak. Para asisten dapur mulai menghidangkan makanan untuk para tamu. 

"Good job, Sha." puji Laura ketika Shanin mendekati Laura yang sedang bersiap-siap untuk menu selanjutnya. Laura bertugas untuk membuat hidangan penutup. Si bintang utama hari ini. Pembukaan restauran Laura dihadiri oleh dua puluh orang tamu istimewa. Mereka berasal dari berbagai kalangan yang kelak akan mendukung bisnis Laura. Mestinya Shanin juga ikut duduk di antara mereka. Karena banyak permintaan untuk melihat Shanin memasak, Laura memanfaatkan hal itu untuk meminta Shanin mengadakan show memasak untuk tamu istimewanya. 

Selesai makan para tamu diperkenankan untuk mencicipi berbagai dessert yang disusun sedemikian rupa di sisi samping panggung. Seorang wanita dengan rambut sebahu mendekati Shanin yang sedang mencicipi cheese cake dengan serius. "Chef Shanin." sapa wanita itu ramah.

"Oh, halo." sapa Shanin yang sedikit terkejut.

"Perkenalkan, aku Bianca." kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya kepada Shanin. Shanin dengan sigap meletakkan piringnya lalu menjabat tangan perempuan tersebut. 

"Aku tertarik untuk menjadikan chef Shanin sebagai model clothing brand aku." kata wanita itu terus terang. 

"Saya merasa terhormat." kata Shanin sambil tersenyum. 

An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang