♠Ruang rahasia.

193 29 3
                                    

Happy Reading.
Akunnya ilang bberapa waktu lalu dan ada kesalahan sistem. So, bru bisa UP :)

I'm come back! No meninggoy.
NF akan mulai teratur UP setiap malam minggu.
Anggap aja malam ini bonus💕

Welcome to story NF~

'Baper kita itu beda. Kamu bapernya; bawa perasaan kalau aku bapernya; bawa persenjataan.'
NF~

"Gimana lo bisa tau kalau cat itu di campur zat kimia beracun? Secara zat racun itu termasuk cairan berbahaya yang jarang di ketahui orang-orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana lo bisa tau kalau cat itu di campur zat kimia beracun? Secara zat racun itu termasuk cairan berbahaya yang jarang di ketahui orang-orang. Jangankan wujudnya, baunya aja nggak." Pertanyaan interogasi yang ingin aku tanyakan pada Gandhi.

Ah iya, aku dan Gandhi singgah di sebuah cafe bergaya klasik yang berada di tengah kota. Ah lupakan. Aku daritadi bertanya tentang sosok misterius yang sering mengintai Gandhi belakangan ini dan yang lebih mengejutkan adalah orang itu menggunakan zat kimia beracun dalam campuran cat.

"Perusahaan saya bekerja sama dengan produk kimia luar negeri. Ya, sudah jelas saya tahu zat kimia itu," jawabnya tanpa beban.

"Really? Produk kimia mana yang menggunakan zat beracun?" Nadaku terdengar menyindir.

Menaruh sendok dan garpu di atas piring, Gandhi mendongak memandangku.

"Kamu banyak tanya. Habiskan dulu makanannya."

Yaiyalah aku banyak tanya! Aku rasa orang yang mengintai Gandhi berniat jahat, apalagi orang itu sepertinya bukan orang biasa, dia pasti memiliki kelompok kejahatan.

Aku memang tak peduli dengan Gandhi tentang apapun itu, tetapi aku paling tak suka ada seseorang yang berniat mengambil mangsaku walau aku tahu Gandhi bukan incaran namun, Gandhi adalah kunci untuk aku membuka pintu. Pintu yang mempertemukan aku dengan keluarga sasaran pembalasan dendam.

"Lo gak takut kalau misalnya orang yang ngintai lo selama ini ngincar nyawa lo?"

Gandhi terlihat mengerutkan kedua alisnya.
"Kamu khawatir?"

Apasih Bambang! Mana ada seorang pembunuh khawatir sama mangsanya.

"Khawatir? Iya gue khawatir banget. Lo 'kan calon suami gue." Aku tersenyum manis, memajukan wajah. Mari bermain~

Gandhi tampak terkejut, aku terus menatapnya.

Menutup mulut, menahan tawa.
"Khawatir kalau lo mati gak ada lagi cowok tajir yang bisa kasih gue duit banyak dengan cara jadi calon istri pura-pura." 

 Nerium Fiorella.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang