⚫Angkara

1K 89 11
                                    

Hai.
Welcome back my story.
Jangan lupa vote and coment.

Area Wajib Coment!!
Say hai dulu ges :)

Ilr

Membunuh? Seperti makanan sehari-hari tidak sulit namun, susah untukku telan.
~Nerium Fiorella.

Duduk di balkon kamar memandangi langit malam sepi, tak ada bulan atau pun bintang, malam ini terasa sangat dingin, angin berembus kencang seakan angin turut memikirkan kejadian tadi siang. Beginilah aku, ketika sedang memikirkan sesuatu yang rumit aku akan duduk di balkon, berdiam diri, berbicara sendiri hingga nantinya aku lelah sendiri juga.

Tadi siang aku begitu semangat, hasrat membunuhku kembali bangkit, tetapi ada berbagai pertanyaan yang menggangguku malam ini. Aku kembali mendongak berbicara sendiri.

"Kenapa gue pusing gini?"

"Apa keputusan gue tepat?"

Aku terjebak dalam jalan pikiranku sendiri, setelah pulang dari restaurant tadi siang, aku kembali mencari data targetku. Aku menelusuri semua artikel tentang keluarga Angkara, tetapi nihil tak ada informasi yang kudapatkan selain kesuksesannya. Sepertinya mereka memang menutup kehidupan pribadi dari khalayak umum.

Yang aku tahu, keluarga Angkara adalah pengusaha besar, memiliki dua anak dan satu istri. Cabang perusahaannya juga di mana-mana.

Aku menghela napas sepertinya misi membunuhku kali ini lebih sulit dari apa yang kuperkirakan. Entah mengapa aku tak asing dengan mereka mungkin ... karena aku adalah jalan mereka untuk mati.

"Argh!!!!"

"Shit! Gue harus cari dia di mana lagi?"

"Mohon, kembalilah ...."

Aku agak tersentak mendengar suara teriakan pria dari bawah balkon. Menyipitkan mataku agar bisa melihatnya dengan jelas. Dari atas balkon aku bisa melihat bahwa pria itu sepertinya seusia denganku, dia jalan sempoyongan seperti orang mabuk.

Aku langsung berdiri, melihat pria itu langsung jatuh pingsan di depan pagar kastil. Bodo amatlah mau dia pingsan atau pun mati aku tak peduli. Lebih baik aku berbalik istirahat di kamar.

"Gue ... mohon kembali ...."

"Lo permata gue."

"Gue merindukan ... lo."

Deg!

Aku segera kembali ke balkon entah mengapa melihat pria itu jantungku tiba-tiba berdenyut sakit. Aku seperti ikut merasakan apa yang dirasakan pria itu.
Setelah berteriak kencang, pria itu ambruk pingsan. Ayolah, Nerium jangan pedulikan dia. Biarkan saja.

Dasar, otak tak ingin membantunya tapi hati malah sok baik ingin membantu pria itu. Aku mendengkus, lompat dari balkon. Jangan terkejut, aku sudah biasa melompat dari balkon ke bawah.

Sepi? Iya, sudah jam satu malam penjaga sudah terlelap. Aku membuka pagar perlahan kemudian menarik pria itu ke gudang belakang kastil. Tak mungkin 'kan aku memasukkannya ke kastil bisa-bisa leherku di potong Retta karena memasukkan orang asing ke dalam kastilnya.

 Nerium Fiorella.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang