♠ Desakan Retta

113 15 1
                                    

Happy Reading!

Lupa ALUR? BACA PART SEBELUMNYA YA ><🍃

Vote+Coment= VoMent!
Jangan amnesia, ya :)


Btw, aku udah pasrah banget buat pindahin akun WP aku di laptop. Gk berhasil sama skali. Jadi aku UP-nya lewat hp. Ini jadi alasan juga kenapa baru update :)

___________🔹____________

Maju beberapa langkah, uncle Faris memandangku dari bawah hingga atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maju beberapa langkah, uncle Faris memandangku dari bawah hingga atas. Sulit menebak apa yang ia pikirkan sekarang.
"Siapa orang tua, kamu?"

Orang tua?

Ha.ha.ha. aku dibesarkan oleh kehidupan gelap Retta. Jangankan mendapat kasih sayang, aku tahu mereka hidup saja baru sebulan lalu. Lantas, bagaimana bisa aku memberitahukan siapa orang tuaku, jika aku saja tak begitu tahu tentang mereka.

Mendadak tubuhku kaku, bulu kuduk ini meremang. Aku memang tidak menyukai bila seseorang menanyakan tentang siapa orang tua dari gadis iblis seperti diriku.

"Dia putri saya!" Suara lantang itu seketika membuat detak jantungku berpacu lebih cepat.

Siapa yang mengaku bahwa aku putrinya?

Secara bersamaan aku dan uncle Faris berbalik, memandang bingung pria berpakaian rapi layaknya pejabat, serta rambut yang mengkilap. Suara sepatu mengiringi langkahnya mendekat. Tangannya terangkat menyentuh rambut panjangku.

"Memangnya Fio tidak bilang kalau saya ayahnya?"

Menampilkan ekspresi datar, aku menepis tangannya. Berani sekali pria ini menyentuh rambut indahku, tidak ingat umur apa. Apa katanya, dia ayahku? Persetan! Sandiwara apalagi ini.

"Kalian ... ayah dan anak? Saya tidak tahu tentang itu. Apa-apaan ini Nav, mengapa saat makan malam kau tidak mengatakannya?" Uncle Faris bergantian menatapku dan Paman Navier heran.

Aduh ....

Aku merintih kesal, ketika hidungku ditarik tiba-tiba.
"Anak nakal! Masa kamu tidak berkata apa-apa tentang ayah tampanmu ini?"

Paman Navier Sialan! Ngapain sih, ngaku-ngaku jadi ayahku. Lagian, aku juga malas punya ayah seperti dia.

Menoleh sekilas, seorang pria berpakaian rapi mirip dengan Paman Navier tersenyum tipis menatapku, lalu beralih memandang uncle Faris.

 Nerium Fiorella.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang