Delapan

94 14 7
                                    

"Seperti nya kita emang jodoh, pasti lo kasian sama gue maka nya nemenin gue di hukum." Kevin mengangkat tangan nya, memberi hormat pada bendera. Ia berdecih mendengar ucapan Ayona, laki-laki itu terlalu malas untuk berbicara pada gadis di samping nya yang ia tau gadis itu di hukum pasti karena terlambat kesekian kali nya.

Ayona mencebik melihat Kevin tak merespon apapun, namun ia langsung merekah kan senyumnya karena kapan lagi ia bisa berada dekat dengan Kevin, jadi ia bisa mengganggu laki-laki itu.

"Kemarin gue di gangguin sama cowok, lo sih ninggalin gue. Tapi cowok nya ganteng Vin." Lagi, tak ada respon apapun. Laki-laki itu nampak acuh.

"Lo di hukum karena apa? Tumben cowok kebanggaan guru di hukum gini." Ayona tak menyerah walau ia tau laki-laki itu sangat enggan menanggapi setiap ucapan nya.

"Tebakan gue si, lo gak terlambat tapi gak ngumpul tugas kan? Iya kan?" Ayona tertawa kecil.

"Emang kaya lo, udah bego males lagi." Setajam itu jawaban Kevin walau tebakan Ayona tak sepenuh nya salah. Laki-laki itu di hukum karena tak mengumpulkan tugas nya, bukan karena tak di kerjakan tapi ia salah membawa buku yang seharus nya ia kumpul.

"Menohok nya sampe ketulang-tulang ya." Kekeh Ayona, ia sama sekali tak tersinggung walau berulang kali Kevin selalu berbicara begitu kasar.

"Vin lo gak capek apa nyuekin gue, ntar kalo udah kehilangan baru nyesel loh."

"Lo gak capek ngejar gue? Kalo gue udah milih cewek lain. Sakit hati baru tau rasa lo." Ayona justru tersenyum menatap Kevin yang masih fokus mendongak pada bendara.

"Nyelekit sih, tapi gue seneng lo ngomong panjang,-" Ayona tertawa pelan, "ya setidaknya ada kemajuan." Lanjut nya senang, Kevin mendengus malas. Ayona itu tak akan menyerah berbicara. Lihat saja, semakin ia ladenin gadis itu akan semakin ngelunjak.

"Vin, emang lo gak mau apa bayangin kalo suatu saat kita berjodoh. Bayangin anak kita secakep apa." Ayona masih berceloteh menambah kegeraman Kevin.

"Diem!" Bentak Kevin, Ayona mengatupkan bibir nya sesaat.

"Galak banget sih, ntar kalo udah cinta bisa bucin lo." lihat, betapa cerewet nya gadis itu, tak ada menyerahnya meski sudah di bentak seperti apapun. Maka nya Kevin tak begitu menyukai Ayona.

"Tutup mulut lo selama gue masih bisa sabar." Sinis Kevin.

"Kenapa ya, -" Ayona tersentak begitu lengan nya di cengkram oleh tangan Kevin, lumayan sakit karena Kevin menekan nya sedikit kuat. Cukup kaget laki-laki itu bisa bertindak dengan tindakan di luar perkiraan, namun Ayona sama sekali tak menunjukan kesakitan bahkan gadis itu justru tersenyum memandangi wajah Kevin yang terlihat sekali marah nya.

Kevin sejenak melirik tangan Ayona yang masih pada posisi hormat nya, lebih tepat nya Kevin melihat telapak tangan Ayona yang sedikit lecet.

"Gue bisa lebih kasar sama lo, ngerti lo." Kevin menyentak begitu saja kembali mengangkat tangan nya memberi hormat pada bendera.

Beberapa saat hanya kesunyian, tak ada lagi suara Ayona berceloteh. Awal nya Kevin nampak cuek, laki-laki itu justru senang gadis di samping nya tak bersuara. Namun entah apa yang membuat nya penasaran sehingga ia sedikit melirik kesamping, tak ada masalah sampai tiba-tiba tubuh Ayona terhuyung kebelakang yang dengan refleks di tangkap oleh Kevin.

"Gak usah drama deh lo." Setelah meneliti wajah Ayona yang begitu pucat, Kevin mengubah mimik wajah awalnya yang tak peduli.

"Ay,-" Tak ada respon.

"Ay, bangun Ay." Kevin mencoba menepuk-nepuk pipi Ayona namun masih tak ada pergerakan. Kevin dengan cepat mengangkat tubuh Ayona untuk ia gendong menuju UKS.

"Kevin, -" Kevin menoleh kebelakang menatap pak Edo yang bergerak menghampiri, mungkin pria paruh baya itu mengira diri nya akan kabur dari hukuman, padahal jelas-jelas Kevin tengah menggendong Ayona.

"Ayona pingsan pak." Kevin berlalu begitu saja membawa cepat Ayona ke UKS, beruntung jam pelajaran tengah berlangsung. Kalau tidak, sudah di pastikan ini akan menjadi pusat perhatian, tapi ia tak menjamin kejadian ini tak akan menyebar karena selalu ada siswa yang bertugas menjaga UKS, mungkin saja mereka yang akan menyebarkan berita langka ini.

🍃🍃🍃

"Lo gak sarapan sampe pingsan gini?" Tanya Cia, Ayona masih berada di UKS gadis itu tengah duduk bersandar sambil memainkan ponsel nya.

"Gak nyesel sih gue gak sarapan kalo bakal di gendong sama Kevin." Ayona tersenyum lebar, tentu saja ia kepo setelah sadar dari pingsan nya sehingga ia menanyakan siapa yang membawanya ke UKS.

"Ayona Sharesa, plis lo waras dikit kenapa sih. Muka lo ni udah pucet, gue gak yakin lo cuma gak sarapan sampe kaya gini. Jangan ngurusin Kevin mulu." Kesal Cia.

"Gue gak papa kali Ci, lebay lo. Gue emang gak sarapan karena gak keburu di tambah gue harus lari-lari karena panik gue bakal telat maka nya gue kurang tenaga. Tapi untung ada my baby Kevin." Ayona terkikik, rasanya seperti mimpi Kevin yang awal nya sangat kasar padanya masih mau menolong nya, ya walau tak ada pilihan lain karena di sana hanya mereka berdua tak mungkin orang lain yang berada di posisi Kevin akan membiarkan begitu saja orang pingsan.

"Gue penasaran deh ekspresi Kevin kaya mana waktu gue pingsan, tapi Ci, -" Wajah Ayona sudah memerah karena sejak tadi tersenyum, gadis itu seperti sedang menahan diri untuk tidak menjerit bahagia, "perasaan gue kaya denger samar-samar ada yang manggil Ay, pasti Kevin kan Ci? Gak mungkin ada orang lain yang manggil gue Ay kecuali Kevin yang pernah manggil gue gitu, astaga Ci seneng banget gue." Cia hanya mampu menggeleng, apa begitu tergila-gila nya sahabatnya itu sampai hilang kewarasan.

"Halu banget si lo, gak mungkin lah Kevin mau manggil lo. Dia aja kasar begitu." Ayona tak peduli karena ia merasa ia sedang tidak halu, kalaupun itu hanya mimpi setidaknya yang di pikiran dia saat ini adalah Kevin yang menyebut Ay.

"Telapak tangan lo kenapa?" Tanya Cia heboh begitu menyadari telapak tangan Ayona nampak sedikit lecet, tidak terlihat lecet yang baru hal itu membuat Cia khawatir.

"Nyium trotoar Ci, yang semalam gue ceritain ke lo." Cia menghembuskan nafas nya, entah ia harus berbicara apa sebab sahabat nya itu tidak ada kapoknya sudah menerima ucapan menyakitkan dari Kevin juga luka fisik gara-gara laki-laki itu walau tidak begitu parah. Tapi bukan itu yang menjadi kecemasan nya, ada hal lain yang setidaknya untuk saat ini ia merasa lega.

"Lo tu gak ada kapok nya, ini baru lecet doang gimana nanti Sha. Dia aja udah nyakitin lo dengan kata-kata dan hampir nabrak lo juga. Sadar dong Sha dia bahaya buat lo." Cia menatap intens Ayona.

"Bukan salah dia kali Ci, kan dia gak sengaja mau nabrak gue. Gue nya aja yang gak liat-liat jalan." Cia mendengus, lagi-lagi sahabat nya itu membela Kevin.

"Tapi dia gak tanggung jawab kan, setidaknya gak ninggalin lo gitu aja."

"Tadi dia tanggung jawab yang bukan kesalahan nya Ci, aku yakin dia baik kok. Cuma belum luluh aja." Ayona memberi senyuman pada Cia, ia tau apa yang ada di pikiran sahabat nya.

"Gue takut kalo dia sama,-"

"Gak ada yang sama Cia, lo cukup dukung gue. Gue udah milih dia, dan susah buat mundur." Sela Ayona, Cia hanya menghela nafas dengan anggukan lemah.

"Terserah lo, susah emang ngasih tau cewek yang udah gak waras." Cebik Cia, Ayona tertawa lepas sampai teguran dari petugas UKS membuat Ayona mengatupkan bibirnya menahan tawa.

.
.

🍃Liipsky🍃

Langkah Terakhir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang