Limabelas

23 1 0
                                    

Ayona hanya nyengir ketika seseorang yang membuka pintu tengah menatap nya sebal, ia memilih masuk lalu menemui wanita paruh baya yang sedang sibuk di dapur.

"Mami kangen." Ayona menghambur memeluk Indy, wanita itu tersenyum sambil masih menyusun kue di piring.

"Dih kaya gak pernah ketemu setahun aja lo." Desis Cia yang tengah mengambil air putih, Ayona hanya membalas dengan memeletkan lidah nya. "seneng lo abis pacaran." Cengiran pada Ayona menambah kesal Cia.

"Udah Ci, Sha baru dateng kok di omelin." Kekeh Indy di angguki Ayona, Cia memutar bola mata malas. Bisa di lihatkan siapa yang seperti anak kandung.

"Maaf ya mi, Sha gak bantuin mami bikin kue nya." Indy mengangguk karena sebenarnya memang Indy tak menyuruh hanya inisiatif Ayona yang ingin membantu, nyata nya ia datang justru sudah selesai. Salah nya ia yang tak bisa melewatkan Kevin.

Mengingat Kevin, pertemuan nya di taman hanya berakhir makan escream dengan diam. Sesekali menjawab celotehan Dea yang memang tak begitu takut dengan orang lain yang baru di temui dua kali ini, ingatan Dea memang bagus awalnya Ayona pikir Dea akan lupa padanya.

Diam nya Ayona karena entah ia tak ingin jail dengan Kevin atau mungkin mengingat ada anak kecil di antara mereka takut-takut jika menjaili Kevin akan memancing kemarahan laki-laki itu yang tak baik di dengar Dea. Untuk Kevin yang diam saja, ya begitulah Kevin apa lagi bersikap dengan Ayona, jadi tak heran Kevin seperti itu, tapi entah Kevin yang heran dengan keterdiaman Ayona atau biasa saja. Setelah makan escream Ayona di telpon Cia yang menggerutu dirinya tak kunjung sampai, mau tak mau ia harus berpisah terlalu cepat dengan Kevin. Jika tak cepat entah sengambek apa sahabat nya, sekarang aja sudah gak enak wajah nya.

"Bilang nya otw eh jam berapa baru sampe." Cia kembali menyindir.

"Ya habis nya gue liat masa depan gue yang cerah, gimana mau gue lewatin Ci." Cia mendengus, jika berurusan dengan Kevin sahabat nya itu akan tak waras.

"Sudah-sudah, bentar lagi temen-temen mami mau dateng kalian mau gabung atau enggak?" Kedua nya kompak menggeleng, mereka tak ingin berurusan dengan emak-emak yang melihat mereka akan terus di sodorkan dengan anak-anak mereka.

"Cia sama Sha ke atas aja mi." Indy mengangguk, Cia menarik tangan Sha untuk kekamarnya.

"Lo di jahatin apa lagi sama Kevin?"

"Dih berburuk sangka aja lo, Kevin itu gak jahat tauk cuma, -"

"Cuma kurang baik." Sela Cia.

"Gak boleh gitu lo, gitu-gitu dia yang bakal jadi masa depan gue." Memutar bola mata malas Cia memilih melihat ponsel nya.

"Pede lo lumayan sih, ntar dia jadi masa depan Citra nangis lo." Ayona mendelik, "oya besok temenin gue ke butik ya pulang sekolah." Lanjut nya.

"Gak janji, nyokap gue minta temenin ke salon." Sesaat Cia menghentikan kegiatan nya pada ponsel, menatap Ayona yang tengah sibuk menatap kuku-kuku jari nya.

"Nyokap lo udah pulang dari singapore?" Ayona mengangguk.

"Bokap lo ada di rumah?" Lagi-lagi Ayona mengangguk, tak ada sahutan dari Cia, gadis itu diam menatap Ayona yang nampak biasa saja.

"Gak lama, nyokap gue jalan lagi." Kekeh Ayona.

Cia sahabat dekat satu-satu nya yang mengetahui semua hal tentang Ayona, mungkin karena mereka sejak kecil saling mengenal dari dua ibu yang bersahabat dekat. Dulu Indy kerap kali bertemu Risa membawa serta Cia dengan alasan ingin mempertemukan Cia dengan Ayona supaya Cia punya teman. Padahal Indy ingin Ayona tak kesepian, Indy jelas tau semua tentang keluarga nya maka dari itu keluarga Cia lah yang sangat memperhatikan Ayona.

Setelah mereka beranjak dewasa Risa dan Indy sudah jarang sekali bertemu, hubungan mereka tak seperti sahabat dekat lagi, mungkin karena Indy yang sering menasihati Risa tentang Ayona membuat Risa merasa Indy terlalu ikut campur.

Ya, hanya keluarga Cia yang mengetahui kedua orang tua Ayona tak harmonis, walau kedua orang tua nya tak begitu selalu nampak di depan publik termasuk di depan orang-orang  yang mengenal Ayona tapi orang lain berpikir orang tua Ayona baik-baik saja, di luar mereka tak menunjukan perang dingin, mereka akan terlihat baik-baik saja demi sebuah keuntungan. Risa yang akan menemani Dony kepertemuan-pertemuan penting perusahaan, begitupun Dony akan menemani Risa jika di butuhkan, semua mereka lakukan demi citra yang baik di depan relasi bisnis mereka. Sungguh Ayona nampak muak melihat kedua nya jika berada di rumah, senyum yang mereka tampilkan di depan orang lain akan jauh berbeda saat di rumah.

"Lo mau nginep di rumah gue?" Cia paham walau Ayona nampak biasa saja, tapi menurut nya Ayona justru sedang berada di fase lelah yang membuat dia pasrah.

"Enggak deh, nyokap gue mungkin ntar malem pulang. Gue gak ada di rumah bisa jadi bahan berantem lagi." Kekeh Ayona.

"Seperti biasa aja ntar malem lo telpon gue berulang kali kalo gue gak ada respon." Cia mengangguk.

Hal yang menjadi kebiasaan Cia untuk menelepon Ayona di malam larut nya, hanya untuk membangunkan Ayona yang mungkin akan tidur dengan tangis nya. Cia akan menghentikan kebiasaan itu jika Ayona yang meminta untuk tidak menelepon nya dulu.

"Lo butuh pelukan?" Cia merentangkan kedua tangan nya yang di angguki Ayona yang langsung menghambur kepelukan Cia. Ayona tak menangis, ia hanya diam sambil menutup mata nya. Memang bukan Ayona yang saat ini ingin menangis justru Cia yang akan menangis tapi ia tahan karena Ayona tak suka di kasihani dan melihat Ayona dengan menyedihkan.

"Ada gue, ada mami. Lo kuat, lo gak bakal nyerah kaya lo ngejar Kevin." Ayona terkekeh melepas pelukan nya.

"Lo mikir gue bakal ngapain? Nyerah? Ya enggaklah. Cinta Kevin lebih menantang." Tawa nya, Cia ikut tertawa walau hati nya berdenyut pilu. Sahabat di depan nya yang sering tertawa, yang tingkah nya tak ada lelah nya ternyata justru lebih hancur dari yang terlihat mata.

"Dih otak lo kalo soal Kevin cepet ya." Sinis Cia.

Ayona terkekeh, "gak tau, gue berasa kaya abis beli kuota langsung lancar gitu."

"Gue berharap jaringan nya gangguan, mau lo baru beli kuota bakal lemot deh." Tawa Ayona pecah muka sebal Cia membuat nya terhibur. Cukup menyangkut Kevin Cia akan ngomel tiada habis nya, berbanding terbalik dengan Ayona yang justru cinta gak ada abisnya.

Panggilan telpon memutus percakapan mereka, Ayona beranjak membuka slingbag nya karena ponsel nya yang berbunyi.

"Ci, Cia. Kevin nelpon gue. Eh astaga Kevin seumur-umur baru ini ngehubungin gue, Dia mau ngapain? Mau ngajak gue kencan apa ya?" Ayona berteriak heboh mengabaikan suara nya yang mungkin saja sampai ketelinga emak-emak sosialita yang tengah berkumpul di bawah.

.
.

🍃Liipsky🍃

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langkah Terakhir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang