Sembilan

113 18 8
                                    

Kadang menunggu itu sesuatu yang menyebalkan sekaligus membosankan, termasuk menunggu seseorang membalas perasaan, tapi untuk kali ini Ayona merasakan dua hal menunggu, perasaan nya pada Kevin dan juga menunggu jemputan.

"Halo pak, dimana?" Ayona langsung menyambar pertanyaan begitu menerima panggilan telpon dari orang yang sejak tadi ia tunggu.

"Maaf non, saya gak bisa jemput. Tuan tadi buru-buru minta antar saya, terus saya lupa ngasih tau non Resa." Ya begitu banyak panggilan untuk diri nya, dari Sha di sekolah dan Resa untuk di rumah kadang di sekolah juga di panggil Resa, jangan lupakan Ay dari sang pujaan hati. Sebenarnya tidak banyak, hanya Ayona yang begitu lebay.

"Oke pak gak papa." Ayona mematikan panggilan dengan lesu, sudah sejak tadi ia menunggu padahal kondisi saat ini ia benar-benar tidak bertenaga.

Dan entah kesialan apa akhir-akhir ini, baru masuk aplikasi online notifikasi kuota habis di terima Ayona. Ia memang sangat jarang mengecek kuota termasuk tidak pernah mengisi pulsa untuk jaga-jaga.

"Pengen maki, tapi udah keseringan maki. Bosen gue." Menghela nafas lelah, Seharusnya ia ikut ajakan Cia yang ingin mengantarnya namun ia tak enak juga karena sahabat nya itu sepertinya buru-buru walau Cia tak mempermasalahkan nya.

"Ada hp gak ada guna nya banget, terus gue harus ngapain? Mau gak mau jalan kaki nyari sesuatu yang bisa gue naikin sampe rumah. Taksi dari tadi lewat terus mendadak gak ada yang lewat, emang bener-bener ini tukang taxi punya dendam apa sih sama gue." Cerocos Ayona, seperti nya gadis itu nampak kesal sendiri.

Ayona memutuskan untuk berjalan kaki dari pada menunggu yang tak pasti, Karena menunggu tidak ada guna nya, belum tentu ada yang tiba-tiba menjemput nya.

"wanjir..." Jatuh tersungkur yang saat ini Ayona alami, rasa nya lecet kemarin belum hilang saat ini sudah Ayona rasakan lagi.

"Maaf kak, sengaja lari tapi gak sengaja nabrak." Ayona menghela nafas mendongak untuk menatap tiga bocah berpakaian putih biru tengah cengengesan menatap dirinya yang jatuh tak estetik.

"Maka nya kalian itu jangan lari-lari, ini bukan arena balap lari." Sambil berdiri Ayona bersungut-sungut tapi ia tak ingin kasar dengan bocah smp yang seperti nya calon anak berandalan yang menggemaskan.

"Ya lagian ngapain kakak jalan di situ." Setelah menjawab, ketiga nya kembali berlari seolah tengah di kejar penagih hutang dan meninggalkan Ayona yang menatap kepergian mereka dengan cengo.

"Salah gue? Salah gue gitu? Heh yang bener aja salah gue. Ini jalanan umum ya bocil-bocil. Lo pada yang gak liat-liat." Teriak Ayona emosi sendiri, semua yang lewat hanya melihat Ayona aneh. Termasuk ketiga bocah yang masih dalam jangkauan mata Ayona cukup terdengar tengah tertawa.

"Haissss... Ini sih lebih sakit dari kemarin, lutut gue ikutan lecet. Ya iyalah lecet di kira ni jalanan kasur apa." Dumel nya, "Sial gue dari kemarin." Lanjut nya menghela nafas.

Tiiiiiiiiiinnnnnnnn....

"Anjir apa lagi sih ini, salah gue lagi? Gue udah di pinggir pake ngelak-" Ayona menoleh kebelakang, "son. Kevin!" Teriak Ayona begitu menyadari mobil Kevin yang berada di belakang nya.

Kevin sedikit menyembulkan kepala nya keluar jendela, "Masuk."

Ayona menatap cengo, "Gue?" menunjuk dirinya sendiri.

"Setan." Ayona mendengus, laki-laki itu tetap saja tak ada manis-manis nya kecuali wajah nya. Ah tidak, bahkan wajah nya sangat-sangat tidak bersahabat.

"Astaga Kevin, mulut nya ih minta di cium."

"Sinting." Ayona tersenyum bergerak memasuki mobil Kevin. Entah apa yang merasuki Kevin mengapa laki-laki itu mendadak baik, apa Kevin sudah jatuh cinta pada nya? Memikirkan nya saja membuat ia senyum-senyum sendiri.

"Gila ya lo." Ayona menoleh kesamping, ia semakin menarik bibir nya tersenyum membuat Kevin mendengus malas.

"Oya makasih ya udah nolongin gue waktu pingsan, ternyata lo seperhatian itu juga. Mana lo manggil-manggil gue Ay lagi gue pasti gak halu." Kekeh nya senang.

"Kuping lo rusak." Ayona tak peduli karena pikiran nya tetap sama bahwa ia tak halu.

"Dan sekarang lo anterin gue pulang, pasti lo gak tega sama gue."

"Gak usah kepede an ya lo, gue gak ada niat buat ngasih lo tumpangan." Sinis Kevin, laki-laki itu masih sama dan akan tetap sama, sampai Ayona bingung sendiri mengapa laki-laki itu tak bisa bersikap manis dengan gadis cantik seperti diri nya. Kalau begini, rasa nya ia ingin menyalahkan Citra si cewek pendiam yang sangat menyebalkan bagi Ayona.

"Ya ya, nanti juga lo bakal niat antar jemput gue." Kekeh Ayona.

"Gue bukan ojek lo."

"Emang bukan, lo kan masa depan gue." Ayona cekikikan sendiri di saat Kevin ingin menurunkan gadis itu.

"Diem atau lo gue turunin di jalan." Sinis Kevin.

"Hobby lo nurunin cewek di jalan apa? kaya waktu itu gue harus pulang sendiri." Cebik Ayona.

"Lo pernah ngalamin kan, sejahat itu gue. Jadi jangan berharap gue gak tega sama lo." Tak ada sahutan, benar-benar hening membuat Kevin mengerutkan kening. Apa gadis itu sudah menyerah dan sekarang takut dengan nya? Tapi tak mungkin seorang Ayona menyerah begitu saja.

Kevin sampai berdeham beberapa kali, entah apa yang laki-laki itu lakukan tapi masih tak ada suara di samping nya. Ia tak ingin menoleh dan tak akan melakukan nya. Namun seperti nya ada yang salah dari otak nya sehingga ia melirik ke samping melihat Ayona yang nampak pucat, gadis itu tak memejamkan mata namun mata nya menatap keluar jendela. Ia juga melirik lutut gadis itu lecet, tapi Kevin kembali abai.

"Rumah lo dimana?" Tanya Kevin tanpa basa-basi. Lagi, tak ada suara, Kevin sampe bingung gadis itu masih sadar atau sudah tak sadarkan diri.

"Rumah lo dimana?" Kevin sedikit meninggikan suara membuat Ayona terkejut.

"Kenapa?" Tanya Ayona linglung.

"Rumah lo dimana?" Ayona sejenak menatap kedepan.

"Turunin gue di depan situ aja." Kevin mengerutkan kening. Maksud Ayona, gadis itu ingin di turunkan di dekat pertigaan, tapi mengapa? Kevin bingung, bukankah Ayona sangat menyukai nya? seharus nya gadis itu senang di antar pujaan hati nya sampai rumah terlebih gadis itu sepertinya sedang tak sehat. Tapi lagi-lagi Kevin tak peduli, ia akhir nya menuruti keinginan Ayona.

"Lo serius mau turunin gue di sini?" Kekeh Ayona tak bertenaga.

"Lo yang mau kan?" Lagi Ayona terkekeh.

"Jadi cowok gak peka banget." Desis Ayona namun masih bisa terkekeh.

"Cewek ribet ya apa lagi kaya lo." Sinis Kevin, "masih syukur gue kasih tumpangan." Lanjut nya.

"Masih galak aja, okey gue turun. Hati-hati di jalan ya masa depan." Ayona turun dari mobil.

Ayona masih berdiri di trotoar jalan menatap Kevin yang entah sedang mancari apa, sampai sesuatu yang laki-laki itu lempar ke luar mobil membuat Ayona sedikit terkejut.

"Vin-" Baru akan berbicara Kevin melanjukan mobilnya tanpa menunggu Ayona berbicara sebentar.

Ayona melihat beberapa lembar hansaplast yang tergeletak tak jauh dari nya, sambil tersenyum ia mengambil nya.

"Gak manusiawi sih ngasih nya, untung sayang." Desis Ayona.

"Tapi kan di rumah gue ginian mah banyak, lengkap pula gue bisa ngobatin sendiri. Apa dia malu-malu perhatian ya? Eh padahal perhatian tapi gengsi gitu. Ya ampun, jangan-jangan dia udah luluh sama gue." Ayona histeris sendiri sambil memegangi kedua pipi nya yang  nampak memerah karena senyum lebar nya.

.
.

🍃Liipsky🍃

Langkah Terakhir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang