CHAPTER O7

494 75 9
                                    

Yuta menggeliat ketika membuka matanya, di pandangannya yang masih buram ia melihat dua orang pria yang sedang menatapnya. Setelah beberapa detik, barulah ia bisa melihat jelas kedua pria itu. Mereka adalah Mark dan Lucas.

"Fiuh! Aku kira kau akan mati." Celetuk Mark asal.

"Ucapan macam apa itu?!" Bentak Yuta seraya sedikit mengangkat kepalanya. Ia menatap Mark nyalang, kesal dengan apa yang baru saja diucapkan adiknya itu.

Lucas yang melihatnya pun menggelengkan kepala. Tapi ia juga membenarkan ucapan Mark. "itu benar Yuta, kau kehilangan banyak darah dan pingsan. Aku juga sempat berpikir kalau kau tidak akan selamat."

Pengakuan keduanya membuat Yuta semakin kesal, ia kembali mengangkat kepala untuk mengecek kaki kanannya. Yuta menghela nafas lega—kaki kanannya masih utuh, hanya saja dibalut perban. Ia mengira jika team medis mengamputasi kaki kanannya.

"Sudah berapa lama aku pingsan?" Tanya Yuta seraya membaringkan kepalanya di bantal.

Lucas berpikir sejenak. "Setengah hari."

"Maaf jika aku merepotkanmu dan team." Ucap Yuta dengan suara pelan. Wajahnya berubah sendu, ia merasa menyesal dan juga bersalah. Tidak seharusnya ia pergi terlalu jauh dari jangkauan Lucas kemarin.

"Kau bandel!" Lucas menjeda ucapannya, ia mengusap wajahnya kasar. Tak heran Yuta seperti itu pikirnya, karena hybrid liar memang sangat menyukai kebebasan. "Tapi aku tidak bisa menyalahkanmu sepenuhnya atas hal ini, kami hanya khawatir. Dan lucunya tak ada satupun dari kita yang sadar kalau anak buah Yunho juga berada di Ooaka."

Namun Yuta meresponnya dengan gelengan kepala. "Tidak. Ooaka memiliki dua jalur yang bisa diakses keluar masuk. Pertama jalur hutan—jalur yang kita lewati, dan yang kedua jalur sungai. Kedua pria itu pasti melewati jalur sungai yang membuat mereka tidak berpapasan dengan kita."

Selain itu ia, Lucas, dan yang lain hanya berada di pemukiman selama beberapa menit. Dan selama itu juga fokus mereka semua hanya tertuju untuk mencari clue dari Taehyung. Jadi wajar saja jika tak ada satupun yang sadar kalau kedua pria itu juga berada di Ooaka.

"Apa setelah ini kau akan melarang kami bepergian?" Mark yang sedaritadi diam akhirnya bersuara. Ia menatap Lucas cemas. Ia bisa gila jika Lucas tidak mengizinkan dirinya dan Yuta bepergian walau sebentar saja.

"Aku tidak sekeras itu Mark. Kalian para hybrid liar pastinya membutuhkan refreshing di alam terbuka suatu hari nanti. Maka dari itu saat bepergian nanti, kalian akan dijaga oleh pendamping. Entah itu aku, istriku, atau yang lain." Jelas Lucas yang dibalas anggukan paham dari Yuta dan Mark. Semua ini bertujuan agar kejadian kemarin tidak terulang lagi.

"Baiklah jika kalian sudah paham. Apa ada yang ingin kalian tanyakan lagi?" Tanya Lucas sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Butuh berapa lama lukaku sembuh?"

Lucas tersenyum tipis pada Yuta. "Lukamu cukup dalam. Kira-kira seminggu atau dua minggu lagi kau sudah bisa berjalan normal." Ucapnya yang membuat Yuta melebarkan mata.

Sungguh, pikiran Yuta kalut. Berarti selama beberapa hari kedepan, setiap ia berjalan ia akan dipapah seperti lansia? Begitu? Oh, jika benar, lebih baik ia tetap berada di ranjang hingga lukanya membaik.

---

Menjelang pukul 10 malam, Yuta belum menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Ia masih setia membaca komik yang Lucas belikan untuknya dua jam yang lalu.

Ceklek

Yuta mengintip dari komik yang dibacanya, lalu menutup komik tersebut dan meletakkannya di meja nakas ketika orang yang memasuki kamarnya adalah Sicheng. Pria cantik itu tersenyum kearahnya, namun Yuta justru menekuk tangan kiri yang kemudian ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

"Maaf baru menjengukmu." Ucap Sicheng lembut. Ia duduk di pinggir ranjang dan mengernyit melihat tingkah Yuta yang kembali dingin padanya.

"Hm." Hanya itu yang keluar dari mulut Yuta.

Tidak, jangan salah sangka dulu. Yuta tidak marah pada Sicheng, hanya saja ia malu—malu terlihat seperti ini didepan banyak orang termasuk Sicheng. Ia ingin terlihat kuat dalam keadaan apapun. Itu sebabnya Yuta sempat kalut saat membayangkan dirinya akan dipapah seperti lansia.

"Apa telat menjengukmu adalah sebuah kesalahan bagimu?" Tanya Sicheng dengan wajah sendu. Ia takut jika ujung-ujungnya Yuta kembali melayangkan kalimat pedas padanya.

"Tidak. Hanya saja.. Aku malu dilihat orang lain saat dalam keadaan sakit." Setelah itu Yuta menyingkirkan tangan kiri dari wajahnya. Ia memunggungi Sicheng walaupun saat berbalik kaki kanannya terasa sakit karena ikut bergerak.

Senyuman yang tadinya luntur di wajah Sicheng kembali merekah. Ia ikut berbaring dan memeluk Yuta yang masih memunggunginya. "Kau tidak perlu malu dalam kondisi apapun didepan calon istrimu.." Bisiknya.

Yuta menoleh kearah Sicheng, ia mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang, lalu setelahnya ia kembali menatap Sicheng. Ada banyak hal yang terlintas di kepalanya tentang Sicheng saat ini, pria cantik itu berhasil membuatnya tidak bisa berkata-kata.

"Ada banyak tugas yang dimiliki seorang istri pada suaminya, salah satunya adalah merawat sang suami ketika dia sedang sakit. Jadi biarkan aku merawatmu, walaupun statusku saat ini masih sebagai calon istri." Ucap Sicheng seraya membelai pipi Yuta.

Masih merasa ragu, Yuta pun mengangguk. "Baiklah."

"Apa kau suka diperlakukan seperti ini?" Jemari Sicheng kini beralih untuk mengusap rambut Yuta.

Pada akhirnya Yuta menyerah, ia merespon pertanyaan Sicheng dengan anggukan kepala. Ia memejamkan mata—menikmati jemari Sicheng yang terus mengusap rambutnya. Yuta masih tidak percaya jika dirinya pernah membenci orang dengan sifat se lembut ini.

"Apa kau menginginkan sesuatu?"

Yuta membuka mata ketika Sicheng berhenti mengusap rambutnya. "Tidak."

"Benarkah?" Tanya Sicheng memastikan.

Yuta menggeleng ragu. "Hmm, tolong temani aku tidur ya?"

Persetan dengan sosok gagah yang dimilikinya saat menjadi manusia ataupun bertransformasi, malam ini Yuta ingin menjadi sosok dominant yang manja pada calon istrinya.

.

.

.

TBC

Hibrida •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang