CHAPTER 12

387 64 7
                                    

Melihat banyaknya para hybrid singa yang disiksa mulai menjadi makanan Sicheng sehari-hari. Sungguh, ia lelah. Jika para hybrid singa itu sakit karena luka yang mereka dapatkan, maka Sicheng lebih buruk lagi. Ia merasakan sakit fisik dan juga batin.

Sebagai hybrid binaan, kehidupan di tempat ini terlalu keras menurutnya. Sicheng terbiasa mendapat perlakuan lembut dari Tuannya, tentu sekalinya mendapat perlakuan keras ia sudah sangat ketakutan. Seperti sekarang, ia berbaring dengan rona hitam yang menghiasi kelopak matanya.

"Sicheng.."

Bola mata Sicheng bergerak untuk melirik Mark yang baru saja memanggilnya. Wajahnya yang pucat membuat Mark meringis. "Y-ya?" Tanyanya dengan suara serak dan lemah.

Wajah Mark mengeras, ia meremas jeruji besi yang dipegangnya. "Ku mohon bertahanlah. Kau tidak boleh menyerah—kalau kak Yuta tau, dia pasti sedih melihatmu seperti ini." Ucapnya lirih. Ia takut jika Sicheng bunuh diri, pria cantik itu seperti tidak memiliki semangat lagi untuk hidup.

Mendengar nama Yuta disebut membuat Sicheng menangis. Sungguh, ia sangat merindukan Yuta dan ingin bertemu dengannya. Tapi mengingat jika jalan keluar sangat sulit ditemukan disini, apakah mungkin ia bisa bertemu Yuta?

Brak!

Lagi—selalu seperti itu. Anak buah Yunho tidak pernah membuka pintu penjara secara halus. Sicheng tidak pernah suka hal itu, walaupun mereka tidak membawa dirinya, namun tetap saja suara keras itu berhasil membuatnya terkejut.

"Ayo!"

Dengan satu lirikan mata Sicheng bisa melihat betapa pasrahnya wajah Mark. Tidak seperti dirinya, pria itu masih ingin bertahan hidup. Maka dari itu Mark terpaksa menuruti semua perintah demi mendapatkan makanan.

Setelah kepergian Mark dan salah satu hybrid singa dari dalam sel, Sicheng memalingkan wajahnya ketika Changmin mendekati selnya. Ia sama sekali tidak bergudik ketika Changmin membuka pintu sel, terlebih setelah mencium aroma makanan yang menguar dari piring yang Changmin bawa.

"Kau tidak lapar huh kucing?" Tanya Changmin dengan nada mengejek, lalu meletakkan piringnya tepat didepan wajah Sicheng.

Wajah Sicheng memang tidak terlihat lapar, namun tidak dengan perutnya. Gemuruh pelan baru saja terdengar dari dalam perutnya, hingga pada akhirnya Sicheng bangun dan menatap piring didepannya.

"Kau seharusnya bersyukur karena bos menyuruhku dan yang lain untuk tidak memperlakukanmu dengan kasar kucing! Dan berterima kasih lah padaku karena telah membawakanmu makanan yang enak." Ucap Changmin dengan nada penuh penekanan.

Namun mata Sicheng tidak tertuju pada Changmin, ia fokus menatap pintu sel yang terbuka. Merasa ada kesempatan untuk kabur, Sicheng mengambil piring didepannya. Ia menatap makanan itu sebentar hingga pada akhirnya—

Brak!

"Argh! KUCING SIALAN!"

Sicheng baru saja melemparkan piring itu tepat di wajah Changmin, setelah melakukan itu ia pun berlari keluar penjara. Dengan jantung yang berdegup kencang Sicheng terus berlari, ia hanya takut kedua kakinya tidak kuat dan tiba-tiba terjatuh. 

Namun bukan itu lagi yang menjadi ketakutan Sicheng sekarang. Langkahnya terhenti karena dihadapkan dengan dua buah jalan di sebuah lorong. Ia memutuskan memilih jalur kanan, tapi sayangnya jalur yang ia pilih buntu.

"Mau lari kemana lagi kucing?" Tiba-tiba saja Changmin sudah berada di belakang Sicheng. Wajahnya mengeras, ia mendekati Sicheng dengan tatapan nyalang.

Tidak ada yang bisa Sicheng lakukan selain berjalan mundur hingga punggungnya menyentuh dinding. Ia menatap Changmin yang terus mendekatinya dengan tubuh yang bergetar hebat.

"AKH!" Sicheng memekik ketika Changmin menendang kaki kanannya, hal ini membuat tubuhnya limbung dan tersungkur ke lantai. Sicheng menangis dengan posisi tengkurap. Terlebih ketika Changmin kembali menendang perutnya dari samping yang membuat mulutnya mengerang bersamaan dengan ludah yang keluar.

"Kau—" Changmin berjongkok disamping Sicheng, lalu mendongakkan paksa kepala Sicheng dengan menarik rambut pria cantik itu. "Dasar tidak tau diuntung!" Ia berniat menghantamkan wajah Sicheng ke lantai, namun kemunculan Yunho membuatnya mengurungkan niat itu.

"Kau seharusnya tidak bersikap kasar padanya. Ingat, dia satu-satunya informasi yang kita punya! Jangan sampai dia mati karena ulahmu." Tegur Yunho dengan nada tegas.

Changmin mendengus, ia melepaskan cengkramannya di rambut Sicheng. Namun ia masih marah. Setelah berdiri, Changmin kembali menendang Sicheng tepat di wajah pria cantik itu hingga hidungnya mengeluarkan darah.

---

Sakit, Sicheng merasakan sakit di permukaan wajahnya setelah ia sadar dari pingsan. Matanya yang sembab mulai melihat ke sekeliling, didepannya sudah tersedia meja berisi beberapa makanan. Hingga sampailah ia melirik kebawah—kearah tubuhnya, ia terkejut mendapati dirinya terikat di sebuah kursi.

"Akhirnya kau sadar juga." Ucap Yunho yang baru saja memasuki ruang makan. Ia membawa sebuah botol minuman beralkohol, lalu menuangkan isinya ke dalam gelas seraya melirik Sicheng yang menatapnya sendu.

"Kenapa?" Dengan susah payah Sicheng menelan ludah. "KENAPA KAU TIDAK MEMBUNUHKU SAJA?!"

Yunho tertawa kecil. Ia meneguk minumannya dan berjalan mendekati Sicheng. "Aku masih membutuhkan informasi darimu cantik. Jadi aku belum mau membunuhmu." Ia berbisik di telinga Sicheng.

"Aku tidak akan pernah memberitaunya padamu!" Sentak Sicheng. Ia menatap Yunho nyalang.

Dan entah apa maksudnya, Yunho mulai mengitari kursi yang ia duduki. Sungguh, hal ini membuat Sicheng risih! Terlebih setelah Yunho menyentuh pundaknya dan kembali mendekatkan wajah ke telinganya.

"Sebaiknya kau segera menarik ucapanmu itu." Ucap Yunho seraya membelai pipi Sicheng. "Kau ingin perlakuan lembut bukan? Aku bisa memberikannya padamu setiap hari. Asal kau mau memberitau informasi tentang profesor itu."

Namun Sicheng tidak terpengaruh. Ia membalasnya dengan berdecih. "Teruslah bermimpi! Diberi perlakuan lembut atau tidak, aku tidak akan pernah memberi informasi apapun padamu!" Bentaknya.

Wajah Yunho berubah datar, lalu menatap botol minuman yang berada di meja makan dan Sicheng secara bergantian. Sepertinya Yunho sudah menemukan cara yang ampuh untuk membuat Sicheng mengatakan apa yang sangat ia inginkan.

.

.

.

TBC

Hibrida •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang