CHAPTER 11

394 61 1
                                    

Kehilangan dua orang yang sangat berarti membuat kehidupan Yuta terasa kosong. Mark adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki, sementara Sicheng—tidak ada hal lain lagi yang bisa menggambarkan bahwa ia sangat mencintai pria cantik itu.

Seharusnya pencarian dilakukan sehari setelah kabar hilangnya kedua hybrid itu. Namun dikarenakan ia dan yang lain harus menghadiri acara pemakaman sang supir, maka pencarian baru dilakukan hari ini.

Dengan langkah gontai Yuta menuju halaman. Setibanya disana ia mengernyit saat melihat Lucas dan seorang temannya membawa mobil putih milik kedua pemburu itu. Satu pertanyaan yang terbesit di kepala Yuta, untuk apa?

"Kenapa kau membawa mobil mereka kemari? Apa kau terlalu malas membeli mobil baru hingga memilih untuk mengambil mobil jelek ini?" Tanya Yuta ketika Lucas keluar mobil. Ia menatap mobil itu dengan wajah menghina.

Well, sedikit informasi, ternyata mereka tidak hanya menculik Sicheng dan Mark. Mereka juga membawa mobil Lucas karena pada saat itu mereka tidak menemukan pom bensin.

"Bukan begitu." Lucas tertawa pelan. "Aku sengaja membawanya karena siapa tau, mereka meninggalkan clue didalamnya."

Mulut Yuta sedikit terbuka, tanda ia sudah paham dengan maksud Lucas. Tentu hal ini membuatnya menaruh harapan besar jika pencarian yang akan dilakukan tidak sampai berhari-hari. Itu karena si penculik terlalu bodoh dengan meninggalkan mobilnya begitu saja di tengah jalan.

Selanjutnya Yuta dan yang lain membantu Lucas melakukan penggeledahan pada mobil putih itu. Yuta mendapat di bagian depan, dan begitu melihat dashboard, ia mengernyit jijik ketika mendapati sebuah tisu bekas dengan ingus yang sudah mengering.

"OH!" Yuta tidak bisa meneruskan ucapannya, ia hanya menatap jijik tisu tersebut tanpa berniat membuangnya.

"Kau kenapa?" Lucas mengernyit.

Yuta menoleh kearah Lucas dengan wajah jijik sekaligus kesal. "Saat membawa mobil ini kemari, apa kau tidak sadar bahwa ada tisu bekas ingus disini?! Oh—kenapa hal kotor selalu identik dengan penculik?!" Tanyanya dengan suara tinggi.

Namun Lucas justru terbahak. "Tisu itu milik temanku Yuta." Ucapnya seraya mengeluarkan dus berisi beberapa botol dari dalam mobil, lalu membawa dus tersebut ke teras.

Yuta mendengus kesal, lalu memilih melupakan kekesalannya dan menyusul Lucas yang sudah berada di teras. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat memperhatikan dus berisi beberapa botol kosong itu.

"Apa kita akan mencari bukti dari botol ini?" Alis Yuta mengerut. Seketika harapannya turun dari yang 100% menjadi 40%. Ia tidak tau apa keuntungannya menyelidiki sebuah botol kosong!

Lucas mengangguk, ia mengangkat salah satu botol dan memperlihatkannya pada Yuta serta yang lain. "Dari banyaknya botol kosong yang ada didalam mobil, sepertinya mereka sangat berlangganan di kedai atau bar tempat minuman ini dijual."

Alis Yuta terangkat sebelah. "Lalu?"

"Tentu saja mencari tempat minuman ini dijual!" Lucas menjeda ucapannya, lalu memperlihatkan sebuah gambar di kertas yang melingkar di botol yang ia bawa. "Kita bisa menemukannya melalui gambar wanita yang membawa anggur ini. Dan seperti yang aku bilang tadi, jika memang mereka berlangganan di tempat itu, sudah pasti hampir setiap hari mereka datang kesana untuk membeli minuman bukan?"

Penjelasan Lucas tadi disetujui oleh yang lain, begitu juga dengan Yuta. "Apa kita semua akan mencari tempat itu?" Tanyanya.

"Tentu saja tidak, hanya beberapa dari kita. Dan mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukannya."

Yuta terlihat tidak mempermasalahkan hal tersebut, yang terpenting tempat itu berhasil ditemukan. Ia sudah tidak sabar menghajar beberapa pelaku dengan tangannya sendiri.

.

.

Menjelang siang, Yuta hanya bisa menunggu kabar dari team Lucas seraya bersandar di sofa. Sudah dibilang jika hidupnya terasa kosong setelah Sicheng dan Mark hilang, ia menjadi lebih sering melamun. Tentu hal ini membuat Jungwoo yang berniat memanggilnya memasang wajah sendu.

"Yuta.."

Hal ini membuat Yuta tersadar dari lamunannya. Ia menoleh dan mendapati Jungwoo sudah berada disampingnya. "Ya?" Tanyanya pelan.

Jungwoo tersenyum tipis. "Ayo makan, semuanya sudah siap."

Dengan gontai Yuta berdiri dan mengikuti Jungwoo menuju dapur. Sudah tersedia steak dengan sedikit kudapan kentang goreng diatas meja, namun hal tersebut tidak membuat Yuta berselera. Ia mengambil posisi duduk di salah satu kursi, lalu memakan steak tanpa ada rasa menikmati di wajahnya.

"Apa kau menyukai makanannya?" Tanya Jungwoo seraya duduk di sebelah Yuta.

Yuta tersenyum tipis, ia mengangguk pelan. Tidak ada yang salah dengan makanan ini, yang salah hanya dirinya saja yang tidak sedang dalam mood yang bagus. Sehingga membuat ekspresi seolah masakan Jungwoo tidak enak.

"Kalau begitu—"

Drrrtt

Tiba-tiba ponsel Jungwoo berdering, yang membuat pria manis itu berdiri dan mengambil ponselnya. Sementara Yuta hanya bisa memperhatikan Jungwoo seraya memasukkan potongan steak ke dalam mulutnya.

Karena Jungwoo tidak mengaktifkan tombol loudspeaker, tentu membuat Yuta penasaran hal apa yang sedang pria manis itu bicarakan dengan si penelpon.

"Siapa?" Tanya Yuta ketika Jungwoo telah mematikan panggilannya.

Wajah Jungwoo terlihat sumringah. "Temannya Lucas. Dia bilang jika dia sudah menemukan tempatnya! Tapi," sedetik kemudian wajahnya berubah sendu. "Tapi dia tidak bisa mengeceknya sekarang, itu karena tempatnya masih tutup. Tempat itu buka setiap kamis dan sabtu saja."

Yuta terdiam. Kamis dan sabtu ya? Itu berarti ia harus menunggu 3 hari lagi untuk mengetahui jawabannya.

.

.

.

TBC

Emng sengaja sih gua bkin konfliknya gampang. Tpi klo mau bkin konflik ribet ya gua jg blm bisa, otak gua terlalu bnyk ide buat ff yg coming soon.

Hibrida •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang