CHAPTER O3

623 86 11
                                    

Yuta memandang seorang hybrid kucing yang baru saja tiba bersama pria tinggi yang menangkapnya dan Mark waktu itu. Sama sekali ia tidak tertarik melihat wajah si hybrid yang terlihat cantik dan menggemaskan disaat yang bersamaan.

Disampingnya sudah berdiri Mark yang memandang objek yang sama. Berbeda dengan Yuta yang memandang penuh kebencian, ia justru memandang si hybrid dengan penuh tanda tanya. "Aku rasa dia akan dipasangkan denganmu. Karena tidak mungkin kan—mereka meminta kita melakukan threesome. Usiaku juga terlalu muda untuk menikah." Celetuknya yang membuat Yuta menggeram kesal.

Sudah dibilang jika Yuta tidak suka dipasangkan dengan hybrid kucing, itu akan membuat sosok singa yang gagah berubah wujud 180° menjadi sosok yang  menggemaskan. Ia tidak mau memiliki keturunan seperti itu.

Ketika si hybrid kucing diajak masuk, alih-alih menyambut, Yuta justru menarik pelan pergelangan tangan Jungwoo—meminta Jungwoo berbicara empat mata dengannya. Tentu permintaannya itu langsung dituruti oleh Jungwoo, ia diajak pria manis itu menuju halaman belakang.

"Baiklah Yuta, apa yang ingin kau katakan?" Jujur saja, Jungwoo dibuat bingung mengapa Yuta sampai meminta berbicara empat mata dengannya.

Yuta menghela nafas kasar. "Kau bilang kaum ku akan disilangkan dengan family yang sejenis, tapi kenapa hanya ada hybrid kucing disini?" Tanyanya dengan wajah kesal.  

Hal ini membuat Jungwoo mengernyit sekaligus tertawa geli. "Kau terlihat seperti tidak menyukai kedatangan hybrid itu."

"Memang!" Yuta menjawab dengan tidak santai. Ia menjeda ucapannya sejenak dan mengusap wajahnya kasar. "Apa tidak ada yang lain lagi? Aku tidak mau memiliki keturunan dengan hybrid kucing!"

"Untuk saat ini tidak ada. Kebanyakan para wanita dan submissive yang suamiku temui sudah berkeluarga, maka dari itu dia memutuskan untuk mengambil hybrid kucing. Dan kau tenang saja, kami tidak langsung menikahkanmu dengannya Yuta, kami memberi kalian waktu selama seminggu untuk saling nyaman. Jika tidak berhasil, barulah kami akan mencari penggantinya." Jelas Jungwoo yang membuat Yuta menggeleng tidak terima.

"Tapi aku tidak mau—"

"Tidak ada salahnya mencoba Yuta. Kau seharusnya bersyukur dengan adanya persilangan ini, bukannya berpikir bagaimana wujud keturunanmu nanti." Jungwoo memotong ucapan Yuta dengan ekspresi kesal.

Namun Yuta tetap bebal, ia meninggalkan Jungwoo dan memilih kembali ke kamar. Dan disaat yang bersamaan ia kembali berpapasan dengan Mark, adiknya itu memandangnya dengan sejuta tanda tanya di wajahnya.

"Apa yang kau bicarakan dengan kak Jungwoo tadi?"

"Hanya meluapkan protes." Lalu Yuta memajukan wajahnya kearah Mark. "Aku tidak mau memiliki keturunan dengan hybrid kucing." Ucapnya pelan, namun penuh penekanan.

Pengakuan itu membuat Mark mengernyit. "Kenapa?"

Yuta berdecih. "Oh ayolah! Memangnya kau mau sosok gagah di kaum kita berubah 180° menjadi menggemaskan?" Tanyanya dengan memberi Mark tatapan nyalang.

"Aku sih tidak masalah.. Daripada disilangkan dengan hybrid babi." Mark menjawab santai. Ucapannya itu membuat Yuta tertegun.

Ia tidak tau harus menganggap itu hal baik atau justru lebih buruk.

---

Suara decakan keluar dari mulut Yuta, ia meremas kuat rambutnya dan menggeram karena tidak tahan mendengar rengekan si hybrid kucing—Sicheng yang terdengar dari ruangan sebelah. Ia yang menonton televisi menjadi tidak fokus karena rengekan yang menurutnya sangat mengganggu itu.

Karena penasaran, Yuta melirik ruangan yang pintunya terbuka itu. Ternyata Sicheng merengek karena tak sabar ingin bermain bola rajut yang Jungwoo buat. Hal ini membuat Yuta mendesis, ia memilih untuk menaikkan volume televisi guna meredam rengekan yang menurutnya sangat mengganggu itu.

"Isshh! Kenapa lama sekali?!" Tanya Sicheng tak sabaran. Ia menatap Jungwoo yang masih membuat bola rajut dengan kesal.

Jungwoo menatap Sicheng dan tersenyum manis. "Sabar ya, sebentar lagi bolanya jadi."

"Ah! Kau sudah 3x mengatakan itu! Kalau yang ini tidak jadi juga aku akan merajuk." Sicheng memalingkan wajah. Ia menumpu dagunya menggunakan kedua tangan, tak lupa dengan bibirnya yang mengerucut. Membuat Jungwoo tertawa gemas melihat tingkahnya.

"Sudah jadi. Coba lihat kesini." Pinta Jungwoo dengan lembut.

Masih dengan wajah yang ditekuk, Sicheng menoleh kearah Jungwoo. Seketika matanya berbinar ketika melihat bola rajut yang berada di tangan Jungwoo sudah jadi. Ugh, ia tidak sabar ingin bermain lempar tangkap menggunakan bola tersebut.  

"Kau mau main sekarang?" Tanya Jungwoo seraya memperlihatkan bola rajut itu pada Sicheng.

"Uhm!" Sicheng mengangguk cepat.

"Baiklah, tangkap ini." Jungwoo melempar bola rajut itu, yang kemudian menggelinding kearah Yuta yang tengah menonton televisi.

Dengan girang Sicheng mengejar bola rajut itu, lalu menangkap bola itu hingga posisi tubuhnya menjadi tengkurap. Ia mendekap bola itu dan menduselkan pipinya disana—menikmati tekstur lembut dari bola rajut yang kemudian membuat kedua telinganya berubah menjadi telinga kucing.

Yuta yang menyadari hal ini kembali menatap Sicheng yang asik dengan dunia hybridnya. Lagi-lagi ia mendesis. Ini? Ini yang akan disilangkan dengannya? Oh, Yuta tidak bisa mengatakan apapun selain mencemooh Sicheng dalam hati.

"Bagaimana Yuta? Sicheng sangat menggemaskan bukan?" Tanya Jungwoo seraya mendekati keduanya.

Alis Yuta mengerut dalam, ia menatap Jungwoo dengan tatapan nyalang. "Tidak sama sekali!" Ucapnya secara terang-terangan.

"Eh?" Seketika Sicheng kembali dari dunia hybridnya. Telinga kucing yang sempat muncul tadi kembali berubah menjadi normal, ia berdiri dan menatap Yuta sendu. "Maaf kalau kau merasa risih melihat tingkahku tadi."

Yuta tidak menjawab, ia mematikan televisi dan memilih untuk pergi ke ruangan lain. Menyisakan Sicheng dengan sejuta tanda tanya di wajahnya.

Sejak tiba disini, Sicheng sama sekali tidak mendapat sambutan dari pria tampan berambut orange itu. Bahkan saat berpapasan sejam yang lalu, tatapan Yuta yang dingin membuat ia merasa bahwa Yuta tidak menyukainya.

"Tenanglah, tidak perlu berpikir negatif. Mungkin saja mood nya sedang tidak bagus." Hibur Jungwoo seraya mengusap lembut bahu Sicheng.

Sicheng hanya bisa tersenyum kecil. Ia harap apa yang dikatakan Jungwoo memang benar. Namun jika tidak, Sicheng tidak segan untuk pergi. Ia tidak mau dinikahkan dengan seseorang yang membencinya.

.

.

.

TBC

Hibrida •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang