I know that you wanna start'Cause we got our problemsI love you, but I just need tonight off
It's getting pretty deep in the AMAnd I should go home, but I'm stayingI'll be sleeping on the cold floor tonight, oh
I hope you'll understand in the morningThat this is just my problem that I'm solvingYeah, I got a lot of stuff on my mind-----------------------------------------------------------------------
Malam itu, suara gemeretak muncul dari jemari Nadhi yang menghantam pelipis Mandala. Namun keduanya sama-sama terhuyung.
Kepala Nadhi pening, darah mengisinya dengan semburan keras, meniadakan suara-suara lain kecuali deru napasnya sendiri. Tubuh Mandala bangkit dan mendorongnya hingga menabrak badan mobil.
Nadhi dan Mandala sama-sama bukan orang yang terkenal agresif. Ego memang hebat, pembangkit amarah nomor satu. Dan untuk keduanya, ego sama-sama diletakkan pada satu pijakan yang seharusnya damai. Cinta.
Satu kali, dua kali, Mandala membalas pukulan Nadhi. Dadanya perih. Ini pertama kalinya dia meluapkan perasaan sebanyak ini, sejujur ini. Sejak keputusannya meninggalkan Haerya.
Dan Mandala tidak menerima siapapun yang mengira jika kisah mereka adalah remahan sepele di matanya. Tanpa tahu jika kisah itu sendiri merobeknya dari dalam.
Sementara Nadhi...
Nadhi tak pernah menganggap serius rasa cemburunya pada Mandala. Hanya sahabat. Sahabat yang saling mengenal keluarga sendiri, sementara keluarganya dan Junio hanya dijembatani oleh Adji. Sahabat yang akan selalu dicari oleh Junio paling pertama untuk meminta pertolongan, sementara Junio akan bersikeras untuk mandiri di hadapannya. Sahabat yang selalu ditatap Junio dengan pancaran berbeda, entah bagaimana Nadhi menyadarinya.
Dan saat terbukti Mandala bisa jatuh juga ke pelukan seorang lelaki, Nadhi berubah menjadi sangsi. Mempertanyakan kembali apa yang dia tahu, dan apa yang dia rasa.
Sementara perasaannya mengatakan, Nadhi tak ingin kehilangan dunianya.
Dirinya meringis, merasai perih yang berasal dari bibirnya yang terluka. Wastafel di depannya bebercak merah.
Perkelahian itu sengit, kompetitif. Walau tanpa suara. Sampai akhirnya keduanya terengah di lantai basement yang kering, meludah darah ke samping ban mobil.
Mata Mandala berkaca-kaca. "Stop—" dia menarik napas susah payah, "Bringing Haerya into this, Nadhi. This will only get ugly."
Nadhi melihat desperasi di sana. Meski merasa masih belum sanggup memaafkan kata-kata laki-laki yang lebih tua darinya itu.
"Dan stop juga, ngeliat Junio seolah-olah dia adalah penebusan dosa. Dia bukan tanggung jawabmu." Nadhi membalas ketus.
Tangan Mandala yang bersih menyeka mukanya. Penampilannya yang rapi sejam lalu menghilang ditelan angin. Rambutnya kini porak poranda ke segala jurusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
batas; di antara - JaemRen
FanficKita ada di persisian, yang tiap-tiap sudutnya meminta untuk dipilih. Ada rasa nyaman yang terasa konstan setelah Junio dan Nadhi mengarungi hubungan berdua sejauh ini. Hampir tujuh tahun. Bukan waktu yang sebentar untuk sekali lagi melempar pertany...