Not anyone, you're the one
More than fun, you're the sanctuary
'Cause what you want is what I want
Sincerity
Souls that dream alone lie awake
I'll give you something so real-----------------------------------------------------------------------
Bulan menyinari wajah kekasihnya dalam nuansa temaram yang tiada dua. Cahayanya bersinar dalam kedua bola mata Junio yang diselimuti gairah.
Nadhi terengah. Napasnya sempat tak kembali setengah detik. Keringatnya berjatuhan. Belum sempat dia mengatur ritmenya menjadi lebih baik, bibir Junio merekah. Mengerang tertahan.
"Why are you stopping?" tanyanya tak terima.
Nadhi menyaksikan bagaimana alis laki-laki keturunan Tionghoa itu bertaut, bagaimana bibirnya mencebik, dan bagaimana matanya justru menampakkan kebalikannya. Meminta.
"Aku mandangin kamu," Nadhi akhirnya mengeluarkan jawaban terdekat.
Junio menganga. Wajahnya yang sudah merah, makin memerah hingga menjalar ke leher.
"That's a lame answer,"
"Uuh, setuju."
Memandangi. Pilihan katanya buruk. Dia bukan yang menjadi lulusan sastra di antara mereka berdua, jadi bukan salahnya juga. Nadhi memandangi dengan penuh pemujaan, jika itu lebih tepat.
Seks membuat pikiran orang-orang berantakan, tapi melakukannya dengan Junio setelah dua minggu tanpa kontak, di tengah malam dan dinginnya udara Bali seperti pengalaman spiritual yang bisa terasa hingga ke tulang-tulangnya. Tubuhnya menginginkan kekasihnya itu seperti membutuhkan udara. Putus asa.
Dan dengan keputusasaan itu, dia kembali bergerak. Junio tersentak di bawahnya. Belum lagi saat laki-laki yang lebih muda darinya itu membalikkan tubuhnya dalam satu kali gerak. Kaget dengan tingkah Nadhi yang serba tiba-tiba. Tapi tak elak melenguh keras saat Nadhi merengkuhnya dari belakang.
Pikiran Junio sama seperti pakaiannya di lantai, terlucuti satu-satu. Kosong. Gerakan mereka bukan lagi gerakan remaja yang dimabuk cinta. Masa-masa itu sudah jauh terlewat. Kini, mereka merengkuh persetubuhan sebagai upaya untuk menjadi apa adanya. Menyerahkan diri seutuhnya. Sebagai deklarasi rasa percaya dan penerimaan.
Nadhi mengecup sepanjang bahunya yang telanjang dalam setiap hentakan. Erangan Junio berubah menjadi nyaris seperti suara tangis. Di satu sisi, dia ingin meledak dengan semua sensasinya, tapi di sisi lain, dia tak ingin semua ini selesai. Posisi ini sungguh buruk, dan engahan napas Nadhi di telinganya membuat situasi makin buruk.
"You want to come," bisik Nadhi, menebak isi kepalanya.
Junio memejamkan mata erat-erat. "You shut up. AH— Na—"
Setitik air mata meluncur turun. Junio berusaha sekuatnya, dan Nadhi malah bergerak semakin brutal.
"Why?" Nadhi bertanya dengan enteng. "I do this for you, Jun."
KAMU SEDANG MEMBACA
batas; di antara - JaemRen
FanfikceKita ada di persisian, yang tiap-tiap sudutnya meminta untuk dipilih. Ada rasa nyaman yang terasa konstan setelah Junio dan Nadhi mengarungi hubungan berdua sejauh ini. Hampir tujuh tahun. Bukan waktu yang sebentar untuk sekali lagi melempar pertany...