Dua puluh; titik terendah

1.8K 230 91
                                    



Oh, our lives don't collide, I'm aware of thisWe've got differences and impulses and your obsession withThe little things, you like stick, and I like aerosolI don't give a fuck, I'm not giving up, I still want it all

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh, our lives don't collide, I'm aware of this
We've got differences and impulses and your obsession with
The little things, you like stick, and I like aerosol
I don't give a fuck, I'm not giving up, I still want it all

-----------------------------------------------------------------------


Perjalanan Haerya dan Mandala diisi keheningan di 30 menit pertama. Mereka sudah memastikan kalau Junio tidak ada di kantor milik keluarganya di bilangan Kuningan, maupun kantor tempatnya bekerja dulu di SCBD. Dua daerah itu luar biasa macet di jam pulang kantor seperti ini.

Angka di jam mobil menunjukkan pukul empat lewat beberapa menit, dan keduanya sepakat untuk ke PIK, bertandang ke rumah lelaki yang kini sedang dicari. Sepanjang jalan Haerya tak hentinya berusaha menghubungi entah Chendra maupun Junio yang masih belum disambut jawaban apa-apa.

Mandala melihatnya khawatir dan meraih tangan mantannya.

"Jangan gigitin kukunya. I know you're worried." Ujarnya pelan.

Kepala Haerya beralih menatapnya alih-alih layar ponsel. "Gimana bisa kamu tenang-tenang aja begini?"

"I'd rather focus on the task at hands, Chan. Bukan berarti gak khawatir." Mandala terus terang. "Tapi to think about it again, Junio juga bukan anak kecil. Dia sangat capable buat jaga diri sendiri."

Mendengarnya, Haerya berdecih sambil membuang pandangan.

"Kamu gak akan pernah bisa bayangin," balasnya pelan. "Kalo bener ini tentang Nadhi, seberapa kacaunya Junio nanti."

Sebelum lampu merah, Mandala menginjak remnya perlahan. Berhenti di belakang BMW model lama. Lalu membalas tatapannya dengan wajah paling serius yang Haerya lihat.

"Oh, I could, actually. Been there, done that." Sahutnya dengan nada kering.

Kali ini, Haerya terdiam dan meneguk ludahnya. Dia harus mengingatkan diri sendiri bahwa kepahitan akhir hubungan yang mereka lalui bukan hanya berdampak padanya seorang. Tapi Mandala juga merasakan dan menyimpan luka yang sama.

"I think," Mandala memulai kembali, tangannya fokus di roda kemudi. "Kamu harus stop projecting your reaction ke Junio. Dia bukan kamu. Mereka bukan kita." Katanya terang-terangannya. "Gimana kamu bisa tau ini tentang Nadhi? Junio lagi ngehadapin banyak hal belakangan ini."

Kemudian, tanpa aba-aba, Haerya tertawa pelan. Kekehannya terdengar sarkastis.

"Kamu lebih lama temenan sama Junio, tapi rasanya aku yang kenal dia." Jawab Haerya. "Junio... itu kayaknya unbreakable. Tapi dari dulu, cuma Nadhi yang bisa bikin dia berantakan."

batas; di antara - JaemRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang