"He'em"
"Eh, halo cantik"
"Dangdut."
"Goyang lah"
"GENDENG. Pacar siapa sih."
"Kamu udah dua kali nanya gini loh. Ya, pacar kamu lah. Aneh"
"Pacarku gak dangdut ya, maap maap aja nih"
"Jahat banget."
"Diem dulu."
"Oke"
Hening beberapa detik, sampai Rhea kembali mengeluarkan suaranya, "Van" tidak ada sahutan dari sebrang sana.
"Revan" masih belum ada sahutan.
"Revann~" sama sekali belum ada sahutan. Panggilannya masih kesambungkan? Oke, masih.
"Revan."
Satu...
Duaa...
Tiga...Oke, kesabaran Rhea sudah habis.
"REPAN ANJING. JAWAB GOBLOK."
"Astaghfirullah Rhe. Jangan teriak. Aku pake headset."
"YA, KAMU DENGER TAPI GAK DI JAWAB. NGAJAK BERANTEM?!"
"YA, MAAF. KAN KAMU SURUH DIEM TADI."
"Tau deh ya, van. Gila aku ngeladenin kamu."
"Jan-" ucapan Revan terpotong karena Rhea memutuskan sambungan sepihak. Pusing sama Revan.
—Ting!
—Ting!
—Ting!Revannn‹3
BY
KOK MATI?
HEIBODO AMAT VAN, BODO AMAT.
KESEL AKU SAMA KAMUaku salah apa?
Ga, ga salah apa-apa.
yaudah, telpon lagi ya?
Ga.
katanya mau jawab.
GA. NANTI AJA.
ENEG SAMA KAMU
DIEM DEHRevan membalas. Tetapi keburu Rhea sudah malas. Revan nyebelin banget, banget, banget.
—Ting!
Rhea melirik sekilas nama pengirim pesan tersebut. Bukan nama Revan, melainkan Amel. Rhea langsung membukanya.
Amellsuu
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRTUAL
Teen Fiction"Yang namanya virtual ya virtual, Rhe. Meskipun lo berdua jatuh cinta di real life, kalo belum pernah ketemu buat apa?" Hanya kisah pertemanan sekaligus percintaan Rhea di dunia virtual-nya. VIRTUAL ©ppeachiii