Bab 2

66 9 21
                                    

Aku berharap banget, rasa yang pengen aku sampein dari cerita ini bisa sampe kekalian. Jadi, kalo misalnya rasanya nyampe, kalian bisa kasi apresiasi dgn vote. Dan kalo nggak, dibaca aja udh. We respect each other guys! May you??



"Katanya, cinta tanpa perjuangan itu omong kosong"

2. Percobaan ke 2

●●●

Gara-gara Shanum, Aldio sampai harus rela dijuluki sebagai stalker oleh teman-temannya. Bagaimana tidak, setiap pulang sekolah, bukannya pulang, cowok itu buru-buru mengganti pakaian, lengkap bersama penutup wajah.

Jadwalnya mengetahui dimana Shanum tinggal. Lalu ternganga karena Shanum ternyata bukan anak orang sembarangan. Huniannya saja mungkin lebih mirip istana. Didominasi warna gold yang menambah kesan mewah, Aldio yakin butuh waktu setidaknya dua hari untuk room tour dirumah itu.

Untung saja, Aldio dan Shanum tak terhalang kasta seperti drama-drama klise yang sering mamanya saksikan ditelevisi. Menjadi seorang putra dari pengacara ternama, rasanya kemewahan Shanum juga ramah dikehidupan Aldio. Setidaknya, dia tidak akan kelimpungan andai diminta pamer harta. Haha! Canda.

"Gila!" Gara berdecak kagum saat melihat potret hasil rumah--lebih tepatnya istana Shanum diponsel Aldio. "Ini rumah gue, dikali dua ditambah lima dikurang nol juga gak bakal bisa bersaing. Bokapnya Shanum kerja apaan, btw?"

"Gue denger sih, punya PH gitu. Artis naungannya banyak, terkenal semua." Bukan Aldio, Sandy yang menyahut. sepertinya cowok itu tau banyak soal Shanum.

"Gue minder sih kalo jadi elo." Komentar Regan santai seraya mengeluarkan tangkai permen yang sedari tadi ia gigit.

Aldio tak banyak tingkah hari ini. Merenung jauh memikirkan kenapa ia baru bertemu Shanum sekarang. Coba dari dulu, pasti sudah jadi mantan.

Eh, iya kan?

"Kok gue bisa-bisanya baru tau Shanum itu ada. Dia anak baru apa gimana sih?" Aldio frustasi. Mengacak gusar rambutnya hingga berantakan. Yang bikin gagal fokus, bukannya kayak ODGJ, Aldio malah makin kece.

Sandy berdecak, "lo jadi panitia PLS tahun lalu ngapain aja, ngab? Shanum ada kok. Pleton gue malahan."

"Kenapa lo gak ngasi tau gue?"  Aldio menatap sengit.

"Penting buat gue?"

"Pentinglah!" Suara Aldio naik seoktaf. "Kan gue bisa kenal Shanum duluan. Bentar lagi kita kelas tiga bro!"

Satu alis Sandy terangkat, "terus hubungannya?"

"Ya, kan niat gue mau tobat pas kelas tiga. Lo ngerti nggak sih?!"

Gara dan Regan yang sejak tadi mendengarkan ber-oh ria. Pantas saja akhir-akhir ini Aldio gencar cari pacar. Saudara ketemu gede mereka itu, sedang dalam misi punya mantan sebanyak-banyaknya sebelum kelas tiga. Sekitar empat  bulan lagi ujian kenaikan kelas, itu artinya waktu Aldio tinggal sedikit.

"Idup lo ribet banget perasaan." Sandy memicit pangkal hidungnya pusing. Punya temen gini amat, Ya Allah. "Kalo lo beneran mau tobat, ya seriusin Shanum. Siapa tau she's meant to be yours. Nah, yang untung siapa? Gue? Lo, kan?"

Sekarang, Aldio tertegun. Sandy ada benarnya. Kalau dipikir-pikir, Shanum masuk kategori pasangan idaman Aldio.

Cantik? Checklis.

Pinter? Kalo kata Sandy sih, checklis.

Kaya? Aldio sebenarnya punya jiwa demokratis. Cuma berhubung Shanum kaya tujuh turunan, ya alhamdulillah.

You Never Ask (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang