Bab 13

51 6 7
                                    

Aku berharap banget, rasa yang pengen aku sampein dari cerita ini bisa sampe kekalian. Jadi, kalo misalnya rasanya nyampe, kalian bisa kasi apresiasi dgn vote. Dan kalo nggak, dibaca aja udh. We respect each other guys! May you??

"Best women winning"

13. Pemenang yang Sebenarnya

●●●

Senyum Shanum memudar ketika sosok jangkung yang baru saja berpamitan padanya menghilang diantara kerumunan kendaraan yang berlalu lalang. Menatap langit yang bertabur bintang, mata Shanum berkaca-kaca mengingat apa saja yang telah ia lalui seharian ini.

Dia lelah. Lelah sekali sampai-sampai rasanya Shanum ingin mengakhiri hidupnya disini. Tapi kemarin, saat melihat pemuda itu untuk kali pertama setelah dua tahun tak bersua, niat Shanum lenyap bersamaan secebis memori yang mendadak hinggap.

"Aku takut gak bisa terus jaga kamu."

Ucapan Aldio ketika ditanya hal apa yang paling cowok itu takuti dulu, terngiang di benak Shanum.

Shanum tersenyum mendengarnya. Membalas hangat ketika jemari Aldio merangkai jemarinya dalam tautan erat. Shanum tau tak ada yang abadi didunia ini. Ketakutan Aldio memang berdasar. Tapi saat itu, Shanum selalu percaya pada prinsip hidupnya.

Selama dia memberi yang terbaik, Aldio tentu akan berusaha yang terbaik pula.

Walaupun awalnya, Shanum tak ingin berbohong jika dia sempat memanfaatkan kehadiran Aldio.

Sekarang, ketika akhirnya dua tahun terlewati tanpa Aldio yang pernah berjanji akan membawanya keliling dunia, Shanum merasa dia telah melakukan kesalahan. Itu sebabnya Aldio memilih gadis itu. Itu sebabnya Aldio pergi meninggalkannya.

Tapi apa? Apa yang telah Shanum perbuat? 

Shanum baru tersadar dari lamunan ketika suara ketukan sepatu berhenti disebelahnya. Menoleh singkat, Shanum tak perlu bertanya kenapa cowok itu kesini. 'Dia' selalu tau apa yang Shanum butuhkan.

"Masih lama?" Tanyanya yang Shanum balas dengan gelengan pelan.

"Bentar lagi. Kalo mau masuk, duluan aja."

"Gak ah! Nungguin lo aja." Pemuda bertampang slengean itu melipat tangannya didepan dada,  "Emang liatin apa sih, disini? Dia gak bakal keliatan kali."

Shanum menggeleng seraya tersenyum kecil, "dia ... apa kabar?"

"Gila dia! Suer gak bohong."

"Gar ... gue serius."

"Ya gue juga serius, Sha. Aldio udah gila, lo juga gila, kan? Cocok lah." Gara tertawa puas.

"Canda Shanum, Haelah! Baperan amat sih!" Teriak cowok itu disela tawanya saat Shanum memilih balik badan meninggalkannya.

Lalu senyap. Tawa Gara lenyap. Menatap sendu punggung Shanum yang kemudian menghilang ditelan gedung megah itu.

Ah, kenapa sih dia harus terjebak dalam kisah cinta gila ini?

Sialannya lagi, mendampingi Shanum adalah mata pencahariannya.

Kan asu!

Menjabat sebagai manager gadungan, Gara--sebenarnya Sandy, tapi cowok itu undur diri beberapa pekan lalu-- dipilih sendiri oleh Shanum untuk mengatur segala kegiatannya didunia keartisan. Cuma gara-gara dia pengangguran.

Drrrt ...

Deringan ponsel menghentikan Gara mengutuk diri. Cowok itu memasang wajah malas ketika tahu siapa yang kini memanggilnya.

You Never Ask (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang